Perpustakaan
Ajaib Bibbi Bokken
Penulis : Jostein Gaarder & Klaus Hagerup
Penerjemah: Ridwana Saleh
Penyunting: Andityas Prabantoro
Penyunting: Andityas Prabantoro
Proofreader : Emi
Kusmiati
ISBN : 978-979-433-595-6
Tebal : 284 Halaman
Harga : Rp 39,000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Mizan
Penerbit : Mizan
Cetakan: I, Maret 2011
Buku ini
sebenarnya simple karena memang hanya terdiri atas dua bab saja. Bab
pertama tentang Buku-Surat, yang lebih kepada kegiatan korespondensi―komunikasi
dua arah antara Nils Bøyum Torgersen dan Berit Bøyum, dua orang sepupu yang
sama-sama menginjak masa remaja. Laiknya kegiatan surat-menyurat biasa,
buku-surat ini pun dikirim dengan cara bolak-balik melalui pos. Patut diacungi
jempol atas kreativitas kedua remaja itu terhadap metode korespondensi yang
mereka terapkan, karena sangat langka dilakukan oleh kebanyakan orang.
Sedangkan Bab kedua tentang Perpustakaan, di bab ini bentuk sebuah novel yang
sesungguhnya terlihat―memuat cerita lengkap dengan aksi, intrik, peristiwa,
catatan sejarah dan ketegangan-ketegangan yang saling merangkai, membelit dan
membentuk sebuah cerita yang memukau
Semuanya
berawal dari keisengan Nils dan Berit yang memutuskan untuk berkorespondensi
menggunakan buku-surat. Jarak Oslo dan Fjǽland yang jauh, tempat di mana kedua
sepupu itu masing-masing tinggal, terhubung secara intens oleh sebuah
buku-surat―buku yang berisikan surat-surat yang ditulis secara bergantian oleh
kedua saudara sepupu itu. Alhasil, seluruh file surat mereka tetap tersimpat
rapi dan runut.
Celakanya,
sejak awal lahirnya buku ini, seorang wanita misterius telah mengincarnya.
Semua bukanlah sebuah kebetulan. Wanita misterius ini jugalah yang sebenarnya
ikut andil membelikan buku-surat ini ketika Nils memutuskannya untuk membeli di
suatu hari saat sedang berada di toko buku.
Mengikuti
isi surat-surat mereka, kita akan mendapatkan fantasi tentang dan dugaan teori
yang mereka miliki atas misteri yang menyelubungi mereka bersama sosok Bibbi
Bokken.
Jika
fantasi sama dengan kebohongan, para penulis merupakan pembohong yang paling
antusias. Beberapa orang senang berbohong, sedangkan yang lain senang
dibohongi. Dalam setiap masyarakat, dibangun gedung-gedung besar yang di
dalamnya kebohongan terkumpul berbaris, dan kita menyebutnya sebagai
perpustakaan. Kita pun dapat menjulukinya “laboratorium kebohongan”. Mungkin,
paling baik kita menamai perpustakaan dengan “tempat penyimpanan lelucon dan
fakta”. Karena tak semua yang tertuang dalam buku adalah kebohongan. Bahkan,
dalam satu buku, kebenaran dan fantasi boleh jadi malah berdampingan. [hal.36]
Isi surat
pun dihiasi dengan cerita-cerita yang berpangkal dari dua sumber. Awalnya
mereka saling bercerita tentang kegiatan mereka, tentang sekolah dan tentang
apa yang sedang mereka lakukan. Hingga akhirnya surat-surat mereka membahas
pada seorang wanita yang diduga bernama Bibbi Bokken.
Selama
menjalani kegiatan korespondensi melalui buku-surat ini pun, mosi tidak percaya
dan prasangka buruk, sempat menghinggapi perasaan kedua anak manusia ini,
karena itulah mereka sepakat untuk membuat kesepakatan dalam berkirim
buku-surat ini:
Peraturan
1: Dilarang berbohong dalam buku-surat.
Peraturan
2: Dilarang berprasangka bahwa pihak lain berbohong.
Buku-surat mereka menjadi lebih seru isinya tatkala Berit menemukan fakta, bahwa seorang wanita yang dia buntuti, berhenti di sebuah rumah bercat kuning, tanpa sengaja menjatuhkan sebuah surat di depan pintunya. Sejak saat itulah petualangan korespondesni mereka berdua semakin seru dan berbahaya, penuh dengan intrik dan penyelidikan laiknya detektif.
Seiring
dengan semakin instennya kiriman buku-surat, Nils dan Berit pun semakin banyak
menemukan fakta misterius seputar Bibbi Bokken. Dia seorang bibliografer.
Tapi Nils dan Berit setuju bahwa dia lebih cocok sebagai seorang bibliophile.
Selain
itu, penyelidikan mereka sampai kepada suatu buku yang memberikan banyak
kemudahan dan menjadi acuan dalam penataan bidang-bidang keilmuan di
perpustakaan. Buku bertema tertentu diberi angka tertentu antara 0 sampai 999.
Buku yang berjudul: Klasifikasi Desimal
Dewey.
Petualangan
akhir mereka membawa kepada sebuah perpustakaan yang memiliki rak buku raksasa
(ilustrasinya bisa dilihat di kover buku ini). Ajaibnya, buku-buku yang
tersusun di rak bertingkat itu pun merupakan buku yang akan ditulis dan diterbitkan
tahun depan, di sinilah misteri sesungguhnya tertanam. Dan masih banyak misteri
dan kejutan-kejutan lainnya yang akan membuat mata kita terbelakak tak percaya
di akhir kisah ini. Kemunculan beberapa tokoh yang tidak diduga pun, semakin
menambah serunya petualangan Nils dan Berit ini. Dan lokasi tempat di mana
perpustakaan ajaib ini berada, sungguh sangat menggoncang jiwa kita. Penasaran?
Temukan
sendiri keajaiban perpustakaan tersebut dengan membacanya langsung.
Seperti
halnya buku Gaarder yang sudah saya baca sebelumnya, Dunia Sophie, di
buku Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken pun sesaat kita akan merasa
tersesat, bingung, terjebak dalam pusaran imaji dan pendeskripsian yang tentu
berbau filfasat khas Gaarder tanpa lupa meninggalkan polesan-polesan
petualangan yang seru.
Bagi
saya, membaca karya Gaarder ini membutuhkan kesabaran, karena saya sangat awam
terhadap bacaan berbau filsafat seperti ini. Beruntung saya bisa
menyelesaikannya hingga akhir, tidak seperti Dunia Sophie yang membuat
saya tersaruk-saruk saat membacanya sebelum mencapai garis finish.
Bahkan Gadis Jeruk membuat saya bertekuk lutut menyerah sebelum mencapai
pertengahan buku.
Tetapi
saya menemukan keasyikan dan kepuasaan tersendiri saat tema yang diusung oleh
Gaarder kali ini adalah buku dan perpustakaan.
Keasyikan mengikuti kegiatan surat-menyurat Nils dan Berit pun tidak terlepas karena rasa nyaman akan terjemahan buku ini yang tergolong mudah dicerna, walau beberapa typo masih ditemukan. Seperti kata hipnotis yang seharusnya hipnosis.
Saya
selalu menyukai novel yang mengangkat tema tentang buku atau perpustakaan,
karena saya selalu bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Sebut saja bagaimana
saya larut dalam aroma buku di perpustakaan Libri di Luca, atau ikut
terperangkap bersama The Man who Loved Books Too Much.
Jadi
menurut saya, buku ini sangat saya rekomendasikan untuk para pecinta buku.
Rasanya tidak syah mengaku sebagai pecinta buku bila belum menjamah,
menelanjangi dan membongkar habis Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken ini.

karya-karya beliau diantaranya:
- Slik tenker jeg pa dere (1969)
- Alt er sa nǽr meg (1988)

Dia
mempelajari bahasa-bahasa Skandinavia dan Teologi di University of Oslo.
Sebelum memulai karier menulisnya, dia mengajar filsafat.
Karyanya
yang paling terkenal adalah Dunia Sophie, dengan subtitle Sebuah Novel Tentang
Sejarah Filsafat. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 53 bahasa; 26 juta
eksemplar tercetak, dengan tiga juta eksemplar terjual di Jerman saja.
Pada
tahun 1997, dia mendirikan Sophie Prize bersama istrinya, Siri Dannvviq.
Penghargaan internasional ini diberikan kepada perjuangan untuk pembangunan
masyarakat dan pelestarian lingkungan, sebesar US$ 100.000, yang diberikan
setiap tahun. Penghargaan ini dinamai sesuai dengan novelnya Dunia Sophie.
Karya-karya
Gaarder yang telah ditulis sepanjang hidupnya adalah:
·
Diagnosen Andre Noveller (1986)
·
Froskeslottet (1998)
·
Kabalmysteriet (Misteri Soliter) (1990)
·
Sofies Verden (Dunia Sophie) (1991)
·
Julemysteriet (1992)
·
Bibbi Bokkens Magiske Bibliotek (Perpustakaan
Ajaib Bibbi Bokken) (1993)
·
I et speil, i en gate (1993)
·
Hallo? Er det noen her? (1996)
·
Vita Brevis (Brief Life) (Vita Brevis) (1996)
·
Maya (1999)
·
Sirkusdirektørens Datter (Putri Sirkus dan
Lelaki Penjual Mimpi) (2001)
·
Applesinpiken (Gadis Jeruk) (2004)
Iseng foto-foto dengan buku Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba.
Iseng foto-foto dengan buku Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba.
