Resensi oleh Noviane Asmara
UNTUNG SURAPATI
Penulis : Yudhi Herwibowo
Penyunting: Sukini
Penyunting: Sukini
ISBN : 978-602-98549-1-6
Tebal : 660 Halaman
Harga : Rp 81.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Metamind
Penerbit : Metamind
Cetakan: I, 2011
Untung Surapati
merupakah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Tepat rasanya buku ini dibaca
saat semarak HUT RI masih berdengung. Walau sebenarnya buku-buku bertema
pahlawan atau kisah perjuangan tetap asyik juga dibaca dihari-hari biasa.
Menjaga agar semangat nasionalisme dan rasa kagum kita pada para pahlawan yang
telah rela berjuang mengorbankan nyawanya selalu senantiasa hadir setiap saat
di hati kita.
Rasa
kagum ini pun sudah selaiknya kita persembahkan juga pada para penulis
buku-buku sejarah. Karena berkat kepiawaian tangan merekalah, kita akhirnya
bisa menikmati sebuah karya kisah sejarah yang mungkin selama ini hanya kita
dapat di sekolah dengan porsi yang begitu kecil dan pemaparan yang tidak
terlalu detail.
Memang
selalu menarik bila suatu sejarah diangkat menjadi sebuah novel. Tentunya harus
dibarengi dengan riset yang mendetail oleh si penulis cerita. Dan ketika saya
membaca bagian Prakata dari novel Untung Surapati ini, kekaguman saya terhadap
seorang Yudhi Herwibowo kian bertambah. Proses kreatif yang dipaparkan oleh
Yudhi Herwibowo menggambarkan betapa rumit dan njelimetnya proses
kelahiran novel Untung Surapati ini.
Buku ini
ditulis dalam rentang waktu hampir 13 bulan, termasuk proses revisi di
dalamnya. Awalnya tebal naskah ini hanyalah berisar 285 halaman saja, tapi
setelah diadakannya revisi dan penambahan di beberapa tempat, maka jadilah
naskah ini membengkak menjadi 660 halaman.
Dan
ternyata memang tidak mudah menulis novel sejarah, apalagi menyangkut seorang
pahlawan di masa lalu yang hidup di akhir abad ke-17. Sang penulis pun
bercerita bahwa dia sempat kecapekan akibat cross check yang dilakukan
oleh editornya, demi menghasilkan data yang valid dan benar. Seru juga
mendengarkan Mas Yudhi bercerita dari hal besar sampai hal yang remeh sekali
pun yang menyangkut novel roman sejarah ini. Di tengah kecapekan dan hilangnya mood
menulis Untung Surapati, si tukang cerita tidak serta merta menjadi mandul.
Dia tetap menulis, dan ajaibnya dua buah buku lainnya selesai dia tulis di
sela-sela rehat dari Untung Surapati. Keren yah...
Menurut
Yudhi Herwibowo, Babab Tanah Jawa adalah buku yang paling berjasa dalam
penyusunan novel ini. Sampai-sampai tiga buah buku Babad Tanah Jawa dari
berbagai versi dan edisi dibelinya. Buku lainnya yang tidak kalah berperan
penting membidani kelahiran Untung Surapati ini adalah Terbunuhnya Kapten
Tack karya de Graaf. Lewat buku hasil tulisan de Graaf inilah informasi
mengenai perang di Kartasura berhasil didapatkan.
Beberapa
buku penunjang lainnya adalah Jan Kompeni yang merupakan buku lama, Batavia
Awal Abad 20, Prajurit Perempuan Jawa, dan History of Java.
Ternyata
memang menulis itu membutuhkan keuletan dan kesabaran tingkat tinggi untuk
mengahasilkan karya yang maksimal. Pengorbanan pun tidak hanya terpaku pada seputar
waktu dan dan materi saja. Bahkan kadang penulis harus rela menahan diri untuk
berpuasa sejenak dari eksis di akun jejaring sosial; facebook dan twitter.
Inilah yang dialami oleh Yudhi Herwibowo, berkat menahan diri untuk sementara
waktu dengan tidak selalu update status di facebook yang memang
membuat ketagihan, dia mempunyai waktu lebih efisien dan tidak terbuang
percuma.
Kadang
pula, pengorbanan ide perlu dilakukan untuk kebaikan bersama. Misalnya, adanya
bebarapa adegan yang semula diimajinasikan untuk ditulis, terpaksa harus
dihilangkan. Juga keharusan menganalisa ulang buku referensi. Di mana buku Babad
Tanah Jawa harus dianalisa ulang karena ternyata buku ini banyak yang
menentang.
Tapi
semua jerih payah dan pengorbanan seorang penulis akan terbayar lunas, saat
hasil tulisannya lahir menjadi sebuah buku yang indah, sarat dengan pengetahuan
dan kaya kandungan gizi sejarahnya. Dan yang terpenting dari semua itu adalah
saat hasil karya tersebut bisa dinikmati dan diapresiasi oleh para pembacanya sebagai
penikmat buku. Ada pun bila timbul pro dan kontra nantinya, itu adalah hal yang
lumrah terjadi. Mengingat sudut pandang setiap pembaca itu berbeda-beda.
Setidaknya
bagi saya, sudah ada seoarang penulis yang peduli akan pahlawannya dan
mengangkatnya ke dalam sebuah roman sejarah.
Saya jadi
mendambakan bisa membaca semua tokoh sejarah dan pahlawan bangsa ini melalui
sebuah novel yang dikemas apik dan tidak ngebosenin. Karena dengan
begitu akan lebih mudah menyerap isi sebuah cerita ketimbang buku teks yang
kaku seperti buku-buku paket sekolah.
Kisah
Untung Surapati diawali dengan menghilangnya seorang anak raja di Bali. Anak
tersebut kemudian dijual sebagai budak kepada seorang pemimpin Kompeni VOC di
Batavia, Mijnheer Moor. Dialah yang kemudian memberikan nama ‘Untung’
kepada anak budak berbadan kurus yang semula hanya dipanggil sebagai ‘si Kurus’
tersebut. Di tempat Mijnheer Moor inilah Utung menghabiskan masa kecil
hingga awal dewasanya, dan juga tempat dia menemukan cintanya, Suzzane Van
Moor―anak dari Mijnheer Moor. Dari keadaan inilah konflik mulai
bergulir. Mijnheer Moor tidak terima bahwa Untung yang notabene adalah
mantan budaknya yang juga seorang pribumi dan sangat dia banggakan malah berani
menikahi Suzzane. Pada saat itu, seorang pria Eropa memang dibolehkan menikahi
wanita pribumi―yang kemudian muncul istilah ‘nyai’; namun, seorang wanita Eropa
yang menikah dengan pria pribumi merupakan sebuah aib. Merujuk pada kejadian
itulah kecintaan kemudian berubah menjadi kebencian. Untung dipenjara, disiksa
dan dipukuli hingga akhirnya dia berhasil melarikan diri ke Tanah Mati, sebuah
tempat persembunyian rahasia di tengah hutan―tempat di mana dia mulai
menghimpun pasukan dan kekuatan untuk melawan kompeni.
Dengan
bertindak sebagai gerombolan begal alias perampok, Untung dan kelompoknya terus
melancarkan serangan ke pos-pos VOC, hingga namanya pun terkenal di seantero
Jawa. Mulai dari Kasultanan Banten di ujung barat hingga ke Madura. Semua
petinggi kerajaan-kerajaan itu mengenal sepak terjang Untung dan kelompoknya.
Banyak yang mendukung tapi tidak sedikit pula yang membencinya karena adanya
tekanan kuat dari VOC. Dari Banten pasukan Untung menuju Cirebon. Di Cirebon
inilah Untung berhasil menggagalkan upaya adu domba dan pengkhianatan yang
dilakukan oleh anak angkat Sultan Cirebon, Raden Surapati. Begitu kagumnya sang
Sultan, hingga akhirnya beliau kemudian menganugerahkan gelar Surapati kepada
Untung. Jadilah Untung sekarang bernama, Untung Surapati.
Panggung pertempuran
lalu berpindah ke Jawa Tengah, tepatnya ke Kraton Kartasura yang merupakan
cikal bakal dari Mataram Yogyakarta dan Mataram Surakarta. Di depan kraton
inilah, Untung Surapati meraih pencapaian tertinggi yang kelak akan sangat
dikenal dalam sejarah perjuangan bangsa ini. Untung berhasil membunuh salah
satu kapten yang sangat dibanggakan oleh VOC, yakni Kapitein Francois
Tack. Peristiwa ini begitu membekas dan monumental sehingga ikut menentukan
arah kebijakan VOC terhadap Untung Surapati dan pasukannya. Sebuah peristiwa
kejayaan yang sekaligus menandai mulai lunturnya kekuatan dan bintang
keberuntungan Untung Surapati bersama pasukannya. Dan, sejak saat inilah, VOC
terus mendesak dan mengobarkan perlawanan kepada pasukan begal itu, hingga
akhirnya mereka terdesak dan mencapai pertahanan terakhirnya di Benteng Bangil,
Pasuruan. Di benteng ini, Untung Surapati mengakhiri perjuangan yang senantiasa
meninggalkan kesan yang begitu dalam kepada bangsa ini. Dialah sang pahlawan.
Yudhi
Herwibowo, lahir di Plaembang, tetapi terus pindah dari Tegal, Kupang,
Purwekerto, dan Solo. Lulusan Arsitektur, Universitas Sebelas Maret Surakarta
ini telah memenangi beberapa lomba kepenulisan, diantaranya: Cerpen Femina
2004, Novelet Femina 2005 dan Penulisan Novel Inspirasi Penerbit Andi di
Yogyakarta serta diundang di Ubud Writers and Festival 2010.
Terdapat
lebih dari 27 buku fiksi dan non fiksi yang telah ditulisnya. Beberapa bukunya
malah sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan Inggris. Buku Pandaya
Sriwijaya (Bentang) merupakan buku roman sejarah yang pertama kali dia
tulis. Ada pun buku lainnya yang fenomenal adalah Mata Air, Air Mata Kumari
(BukuKatta) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Saat ini
dia memutuskan untuk total menulis. Selain sebagai penulis, dia juga aktif
sebagai koordinator di buletin sastra pawon, Solo.
Untuk
mengenal lebih jauh tentang Yudhi Herwibowo dan karyarnya, bisa mengunjungi www.yudhiherwibowo.com atau di www.yudhiherwibowo.blogspot.com
dan www.untungsurapati.blogspot.com

Komenntnya sama kayak di FB ya xixixi ... :)
BalasHapuskalau liat lagi, ternyata sampulnya keren yah..
BalasHapusXD
Dion, wkwkwk.. yaudah dicopas aja atuh.
BalasHapusdasar Dion pemalas :p
Miss ally, emang kovernya keren, tapi khas Tiga Serangkai banget deh :)
BalasHapusMakanya kebayang seperti apa riset yang harus si pengarang lakukan. Hebat ya! Bravo! Bravo!
BalasHapusiya mbak. beruntungnya aku bisa ngobrol langsung ma si tukang cerita :)
BalasHapusbikin aku gemes n ga bosen dengerin dia ngedongeng :)
Sebelumnya ak nggak tahu kalo Untung Surapati itu pahlawan dan ada #memalukan. Nulis yg bertemakan sejarah ternyata sangat susah, setelah baca ini dan kuantar ke gerbang kok agak penasaran dg roman sejarah ya? :))
BalasHapusZhuelhies, hihi, aku ngga tahu klo ini adalah si Peri Hutan :D
BalasHapuseh kamu bisa diomelin orang se-Indonesia nih, sampe ga tau Untung Surapati itu pahlawan *sok nasionalis*
ayo2, belajar pelan-pelan membaca roman sejarah or buku sejarah lainnya. aku jg lagi pelan-pelan kok... :)
ne, thanks buat info ttg pengarangnya =) menarik nih!
BalasHapussama-sama mbak Astrid, coba follow blog beliau saja biar lbh jelas :)
BalasHapusKalau melihat perjuangan di masa lalu tidak mudah bagi pejuang pribumi untuk membunuh seorang perwira VOC yang notabene,terpelajar n terlatih, last but not least wellpaid. Namun Untung Surapati mampu meyakinkan dirinya bahwa kalau kita percaya diri, tidak setengah2 apa pun bisa kita lakukan termasuk mengalahkan perwira VOC di abad ke 17.
BalasHapusTerima kasih pahlawan nasionalku namamu senantiasa hidup di hati manusia yang mencintai tanah airnya dan yang mengikuti jejak Rasulullah yang anti akan perbudakan dan penindasan.Amin YRA.
Wasalamwrwb.
H.david omar arya
Thx Mas David atas komentarnya. Masih banyak Mas pahlawan Nasional yang seperti ntung Surapati, hanya kita belum tahu saja :D
Hapusayo semangat membaca cerita tokoh para pahlawan :D
Klo ga salah ini ada cover yg berbeda ya...
BalasHapuseh masa sih? yang (baru) aku tahu baru ini saja, coz ini buku cetakan pertamanya ;)
Hapus