Agustus 18, 2011

UNTUNG SURAPATI


Resensi oleh Noviane Asmara

UNTUNG SURAPATI
Penulis : Yudhi Herwibowo
Penyunting: Sukini
ISBN : 978-602-98549-1-6
Tebal : 660 Halaman
Harga : Rp 81.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Metamind
Cetakan: I, 2011

Untung Surapati merupakah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Tepat rasanya buku ini dibaca saat semarak HUT RI masih berdengung. Walau sebenarnya buku-buku bertema pahlawan atau kisah perjuangan tetap asyik juga dibaca dihari-hari biasa. Menjaga agar semangat nasionalisme dan rasa kagum kita pada para pahlawan yang telah rela berjuang mengorbankan nyawanya selalu senantiasa hadir setiap saat di hati kita.
Rasa kagum ini pun sudah selaiknya kita persembahkan juga pada para penulis buku-buku sejarah. Karena berkat kepiawaian tangan merekalah, kita akhirnya bisa menikmati sebuah karya kisah sejarah yang mungkin selama ini hanya kita dapat di sekolah dengan porsi yang begitu kecil dan pemaparan yang tidak terlalu detail.

Memang selalu menarik bila suatu sejarah diangkat menjadi sebuah novel. Tentunya harus dibarengi dengan riset yang mendetail oleh si penulis cerita. Dan ketika saya membaca bagian Prakata dari novel Untung Surapati ini, kekaguman saya terhadap seorang Yudhi Herwibowo kian bertambah. Proses kreatif yang dipaparkan oleh Yudhi Herwibowo menggambarkan betapa rumit dan njelimetnya proses kelahiran novel Untung Surapati ini.
Buku ini ditulis dalam rentang waktu hampir 13 bulan, termasuk proses revisi di dalamnya. Awalnya tebal naskah ini hanyalah berisar 285 halaman saja, tapi setelah diadakannya revisi dan penambahan di beberapa tempat, maka jadilah naskah ini membengkak menjadi 660 halaman.
Dan ternyata memang tidak mudah menulis novel sejarah, apalagi menyangkut seorang pahlawan di masa lalu yang hidup di akhir abad ke-17. Sang penulis pun bercerita bahwa dia sempat kecapekan akibat cross check yang dilakukan oleh editornya, demi menghasilkan data yang valid dan benar. Seru juga mendengarkan Mas Yudhi bercerita dari hal besar sampai hal yang remeh sekali pun yang menyangkut novel roman sejarah ini. Di tengah kecapekan dan hilangnya mood menulis Untung Surapati, si tukang cerita tidak serta merta menjadi mandul. Dia tetap menulis, dan ajaibnya dua buah buku lainnya selesai dia tulis di sela-sela rehat dari Untung Surapati. Keren yah...

Menurut Yudhi Herwibowo, Babab Tanah Jawa adalah buku yang paling berjasa dalam penyusunan novel ini. Sampai-sampai tiga buah buku Babad Tanah Jawa dari berbagai versi dan edisi dibelinya. Buku lainnya yang tidak kalah berperan penting membidani kelahiran Untung Surapati ini adalah Terbunuhnya Kapten Tack karya de Graaf. Lewat buku hasil tulisan de Graaf inilah informasi mengenai perang di Kartasura berhasil didapatkan.
Beberapa buku penunjang lainnya adalah Jan Kompeni yang merupakan buku lama, Batavia Awal Abad 20, Prajurit Perempuan Jawa, dan History of Java.

Ternyata memang menulis itu membutuhkan keuletan dan kesabaran tingkat tinggi untuk mengahasilkan karya yang maksimal. Pengorbanan pun tidak hanya terpaku pada seputar waktu dan dan materi saja. Bahkan kadang penulis harus rela menahan diri untuk berpuasa sejenak dari eksis di akun jejaring sosial; facebook dan twitter. Inilah yang dialami oleh Yudhi Herwibowo, berkat menahan diri untuk sementara waktu dengan tidak selalu update status di facebook yang memang membuat ketagihan, dia mempunyai waktu lebih efisien dan tidak terbuang percuma.
Kadang pula, pengorbanan ide perlu dilakukan untuk kebaikan bersama. Misalnya, adanya bebarapa adegan yang semula diimajinasikan untuk ditulis, terpaksa harus dihilangkan. Juga keharusan menganalisa ulang buku referensi. Di mana buku Babad Tanah Jawa harus dianalisa ulang karena ternyata buku ini banyak yang menentang.
Tapi semua jerih payah dan pengorbanan seorang penulis akan terbayar lunas, saat hasil tulisannya lahir menjadi sebuah buku yang indah, sarat dengan pengetahuan dan kaya kandungan gizi sejarahnya. Dan yang terpenting dari semua itu adalah saat hasil karya tersebut bisa dinikmati dan diapresiasi oleh para pembacanya sebagai penikmat buku. Ada pun bila timbul pro dan kontra nantinya, itu adalah hal yang lumrah terjadi. Mengingat sudut pandang setiap pembaca itu berbeda-beda.
Setidaknya bagi saya, sudah ada seoarang penulis yang peduli akan pahlawannya dan mengangkatnya ke dalam sebuah roman sejarah.

Saya jadi mendambakan bisa membaca semua tokoh sejarah dan pahlawan bangsa ini melalui sebuah novel yang dikemas apik dan tidak ngebosenin. Karena dengan begitu akan lebih mudah menyerap isi sebuah cerita ketimbang buku teks yang kaku seperti buku-buku paket sekolah.

Kisah Untung Surapati diawali dengan menghilangnya seorang anak raja di Bali. Anak tersebut kemudian dijual sebagai budak kepada seorang pemimpin Kompeni VOC di Batavia, Mijnheer Moor. Dialah yang kemudian memberikan nama ‘Untung’ kepada anak budak berbadan kurus yang semula hanya dipanggil sebagai ‘si Kurus’ tersebut. Di tempat Mijnheer Moor inilah Utung menghabiskan masa kecil hingga awal dewasanya, dan juga tempat dia menemukan cintanya, Suzzane Van Moor―anak dari Mijnheer Moor. Dari keadaan inilah konflik mulai bergulir. Mijnheer Moor tidak terima bahwa Untung yang notabene adalah mantan budaknya yang juga seorang pribumi dan sangat dia banggakan malah berani menikahi Suzzane. Pada saat itu, seorang pria Eropa memang dibolehkan menikahi wanita pribumi―yang kemudian muncul istilah ‘nyai’; namun, seorang wanita Eropa yang menikah dengan pria pribumi merupakan sebuah aib. Merujuk pada kejadian itulah kecintaan kemudian berubah menjadi kebencian. Untung dipenjara, disiksa dan dipukuli hingga akhirnya dia berhasil melarikan diri ke Tanah Mati, sebuah tempat persembunyian rahasia di tengah hutan―tempat di mana dia mulai menghimpun pasukan dan kekuatan untuk melawan kompeni.

Dengan bertindak sebagai gerombolan begal alias perampok, Untung dan kelompoknya terus melancarkan serangan ke pos-pos VOC, hingga namanya pun terkenal di seantero Jawa. Mulai dari Kasultanan Banten di ujung barat hingga ke Madura. Semua petinggi kerajaan-kerajaan itu mengenal sepak terjang Untung dan kelompoknya. Banyak yang mendukung tapi tidak sedikit pula yang membencinya karena adanya tekanan kuat dari VOC. Dari Banten pasukan Untung menuju Cirebon. Di Cirebon inilah Untung berhasil menggagalkan upaya adu domba dan pengkhianatan yang dilakukan oleh anak angkat Sultan Cirebon, Raden Surapati. Begitu kagumnya sang Sultan, hingga akhirnya beliau kemudian menganugerahkan gelar Surapati kepada Untung. Jadilah Untung sekarang bernama, Untung Surapati.

Panggung pertempuran lalu berpindah ke Jawa Tengah, tepatnya ke Kraton Kartasura yang merupakan cikal bakal dari Mataram Yogyakarta dan Mataram Surakarta. Di depan kraton inilah, Untung Surapati meraih pencapaian tertinggi yang kelak akan sangat dikenal dalam sejarah perjuangan bangsa ini. Untung berhasil membunuh salah satu kapten yang sangat dibanggakan oleh VOC, yakni Kapitein Francois Tack. Peristiwa ini begitu membekas dan monumental sehingga ikut menentukan arah kebijakan VOC terhadap Untung Surapati dan pasukannya. Sebuah peristiwa kejayaan yang sekaligus menandai mulai lunturnya kekuatan dan bintang keberuntungan Untung Surapati bersama pasukannya. Dan, sejak saat inilah, VOC terus mendesak dan mengobarkan perlawanan kepada pasukan begal itu, hingga akhirnya mereka terdesak dan mencapai pertahanan terakhirnya di Benteng Bangil, Pasuruan. Di benteng ini, Untung Surapati mengakhiri perjuangan yang senantiasa meninggalkan kesan yang begitu dalam kepada bangsa ini. Dialah sang pahlawan.

Yudhi Herwibowo, lahir di Plaembang, tetapi terus pindah dari Tegal, Kupang, Purwekerto, dan Solo. Lulusan Arsitektur, Universitas Sebelas Maret Surakarta ini telah memenangi beberapa lomba kepenulisan, diantaranya: Cerpen Femina 2004, Novelet Femina 2005 dan Penulisan Novel Inspirasi Penerbit Andi di Yogyakarta serta diundang di Ubud Writers and Festival 2010.
Terdapat lebih dari 27 buku fiksi dan non fiksi yang telah ditulisnya. Beberapa bukunya malah sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan Inggris. Buku Pandaya Sriwijaya (Bentang) merupakan buku roman sejarah yang pertama kali dia tulis. Ada pun buku lainnya yang fenomenal adalah Mata Air, Air Mata Kumari (BukuKatta) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Saat ini dia memutuskan untuk total menulis. Selain sebagai penulis, dia juga aktif sebagai koordinator di buletin sastra pawon, Solo.
Untuk mengenal lebih jauh tentang Yudhi Herwibowo dan karyarnya, bisa mengunjungi www.yudhiherwibowo.com atau di www.yudhiherwibowo.blogspot.com dan www.untungsurapati.blogspot.com

SUDDENLY SUPERNATURAL #2: Kat Si Medium Penakut

Resensi oleh Noviane Asmara

SUDDENLY SUPERNATURAL #2: Kat Si Medium Penakut
Penulis : Elizabeth Cody Kimmel
Penerjemah : Barokah Ruziati
Penyunting : Pujia Pernami
Pewajah Isi: Aniza
ISBN : 978-979-024-471-9
Tebal : 161 Halaman
Harga : Rp 30.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Cetakan I : Juli 2011


Semuanya berawal dari keisengan Katslavina yang akrab dipanngil Kat, saat tengah memotret rumah yang berada di sebelah rumahnya sebagai objek untuk proyek Komunikasi Dasarnya dari kamarnya.
Saat melihat-lihat foto hasil jepretan isengnya di komputer, Kat menemukan hal-hal ganjil di dalam fotonya. Sebuah wajah pucat seorang anak lelaki, menatap lurus ke kameranya terekam di kamera digitalnya.

Seperti yang diceritakan di dalam buku Suddenly Supernatural #1 : Arwah Sekolah, di mana Kat mendapatkan Penglihatan di usianya yang kala itu tepat 13 tahun. Kat bisa melihat arwah-arwah orang yang sudah mati sekaligus berkomunikasi dengan mereka. Yah, Kat adalah seorang Medium Pemula. Bakat yang dia dapatkan sama dengan bakat yang dimiliki Ibunya yang adalah seorang Medium juga.
Kadang Kat menganggapnya itu sebagai anugerah, tapi kadang dia menggapnya itu sebuah musibah. Karena dengan keadaannya yang seperti ini, jelas Kat bukanlah gadis biasa.

Rasa penasaran Kat terhadap sosok wajah di fotonya, membuat dia untuk menyelidiki siapa sebenarnya sosok anak lelaki itu. Kat pun berinisiatif untuk berkunjung ke rumah sebelahnya, rumah yang sudah kosong lebih dari dua tahun. Ternyata, di rumah kosong itu bukan hanya satu arwah yang dia temui, tapi banyak sekali arwah yang dijumpai oleh Kat, termasuk arwah lelaki tua yang pemarah, yang sangat membuat Kat ketakutan.
Dan arwah anak lelaki itu pun ada di sana. Anehnya, Kat tidak dapat berkomunikasi dengan arwah anak lelaki itu, walau Kat sudah berusaha untuk memanggil dan meminta perhatian si Arwah. Sampai saat ketika Kat sudah tidak menghiraukannya, dia terpaku pada tulisan di jendela bersalut lapisan tipis debu, yang digoreskan dengan jari: TOLONG AKU.

Dari sini, ceritanya semakin seru dan kompleks. Kita tidak hanya diajak oleh Kat dan sahabatnya, Jac untuk ikut bertualang memecahkan misteri tentang penampakan anak lelaki yang diduga bernama Tank saja. Konflik-konflik lain selain tentang arwah anak lelaki pun menghiasi cerita ringan dan menghibur ini.
Sebut saja konflik yang terjadi antara Jac dan Ibunya. Bagaimana Jac yang selalu punya solusi untuk masalah orang lain, harus berjuang keras terhadap masalah yang menyangkut dirinya sendiri. Jac yang telah memutuskan sesuatu yang besar dalam hidupnya―yang jelas mendapatkan murka dan pertentangan habis-habisan dari Ibunya.
Lalu Kat di usianya yang masih terbilang ABG labil, usia di mana anak-anak berada dalam posisi tidak nyaman―selalu ingin menentang dan memusuhi orangtuanya, walau mereka tahu tidak ada satu kesalahan pun yang diperbuat oleh orangtua mereka.
Kat yang tidak nyaman dengan hubungan dia dan Ibunya. Hubungan yang di mata Jac, sahabatnya merupakan hubungan yang harmonis yang selalu didambakan oleh Jac, tapi tidak untuk Kat.
Terlebih saat muncul seorang lelaki yang harus diakui Kat sebagai seorang yang tampan, menawan dan baik tetapi bisa menjauhkan dia dari kasih sayang Ibunya.
Ketakutan-ketakutan semacam itulah yang umumnya menyerang pada gadis seusia Kat dan Jac. Rasa ingin memberontak yang besar, mengubah pola pikir meraka. Mereka cenderung mengangap diri mereka benar, dan membenci orang-orang sekeliling mereka yang tidak pernah mendukungnya. Sebuah krisis pengenalan jati diri.

Kandungan misteri yang mengisi unsur cerita ini pun cukup mendebarkan jantung para pembaca. Bukan karena perasaan seram terhadap hantu atau arwah, tapi sensasi lega saat misteri tentang arwah anak lelaki yang sudah lama tersimpan, akhirnya bisa dikuak dengan cara yang sangat apik. Kejutan-kejutan yang keluar di setiap langkah penyelidikan yang dilakukan Kat dan Jac, sejenak membawa kita kepada cerita-cerita detektif dalam hal memecahkan kasus.

Mau tahu aksi seru Kat dan Jac di Suddenly Supernatural #2: Kat Si Medium Penakut secara gamblang? Baca saja buku ini, karena tidak memerlukan waktu lama buat kamu untuk menuntaskan buku yang hanya mempunyai 161 halaman saja. Eit, jangan salah, walau tergolong tipis, tapi keseruan yang didapat sangatlah tebal. Selain Kat dan Jac, kamu pun akan menjumpai si Shaggy tampan yang mengaku sebagai seorang Penyembuh. Coba, apalagi itu?


“Aku tidak perlu mendapatkan pujian. Aku tidak mengoleksi berkas perkara dengan akhir bahagia. Aku bukan penyembuh jika masih mementingkan ego. Tugasku adalah menyembuhkan. Inilah diriku. Aku tidak merasakan apa pun selain bahagia”.

Kata-kata di atas yang dilontarkan si penyembuh, lumayan menohok. Karena siapa pun kita apa pun yang kita lakukan, baik untuk kita sendiri atau pun untuk orang lain, seharusnya memang dilakukan tanpa mengharapkan pujian atau karena ego semata. Karena sesuatu yang kita lakukan dengan ikhlas dan tanpa pamrih dengan berakhir sebuah kebahagiaan untuk orang lain dan juga diri sendiri, adalah hal yang luar biasa indahnya.

Saya sendiri tidak sabar untuk membaca buku selanjutnya dari serial Suddenly Supernatural ini. Siapa tahu rasa penasaran saya terhadap arwah lelaki tua yang pemarah akan terjawab di buku berikutnya.


KUCING BERNAMA DISCKENS


Resensi oleh Noviane Asmara
KUCING BERNAMA DICKENS
Penyusun: Callie Smith Grant
Penerjemah : Istiani Prajoko
Penyunting : Adi Toha
Pemeriksa aksara: Dian Pranasari
Pewajah Isi: Eri Ambardi
ISBN : 978-979-024-361-3
Tebal : 236 Halaman
Harga : Rp 39.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Serambi
Cetakan I : Juli 2011

Lagi-lagi tentang Kucing.
Beberapa waktu lalu saya baru saja selesai membaca Serial Wariors #1: Into The Wild dari Penerbit Kantera di mana tokoh ceritanya adalah kucing. Dan beberapa bulan sebelumnya saya pun pernah membaca buku terbitan Serambi yang bercerita tentang kucing juga yang berjudul Dewey.
Ternyata kucing bisa dikemas dalam berbagai cerita, baik berupa fabel (dongeng binatang), cerita fiksi biasa bahkan cerita non fiksi yang melibatkan kucing di dalamnya.

Saya bukanlah tipe orang yang suka memelihara binatang, apa pun itu. Termasuk kucing. Padahal kalau boleh dirunut info seputar kucing yang saya peroleh dari dulu, seharusnya saya sudah menyukai binatang ini.
Kucing yang menurut mitos mempunyai 9 nyawa, atau mitos yang mengatakan bila kita menabrak kucing kita akan mendapat sial atau celaka, bahkan pada info yang saya dapatkan bahwa kucing itu adalah binatang kesayangan Nabi Muhammad SAW. Untuk itulah kita dilarang menyakiti binatang ini.
Dan ketika saya membaca kumpulan cerita non fiksi yang disusun oleh Callie Smith Grant dalam buku berjudul Kucing Bernama Dickens: Kisah Memikat tentang Kucing yang membuat Kita jatuh Cinta, saya semakin yakin bahwa benar kalau kucing itu adalah binatang yang harus kita sayangi, dan mudah membuat kita jatuh cinta padanya.
Kucing bisa cepat memahami manusia―tentu dengan caranya sendiri.

Dalam pengantarnya di buku ini, Callie Smith Grant menulis bahwa Kucing memiliki cara tersendiri . Di dunia ini mereka diberi karunia berupa gerak-gerik yang lemah gemulai. Terkadang dengan cara-cara uniknya kucing menghampiri dan membantu kita.
Di dalam halaman-halaman buku ini, kita akan bertemu dengan kucing-kucing yang menakjubkan berserta manusia-manusia pemiliknya. Kita akan bertemu dengan kucing yang meringankan luka-luka batin masa kanak-kanak, menciptakan kerukunan dalam keluarga, mlindungi anak-anak, menghibur orang-orang yang tengah gelisah, dan bahkan tentu saja dengan cara kucing―berperan dalm keimanan seseorang.
Kucing yang dikirimkan Tuhan tersebut benar-benar ‘menyelamatkan’ jiwa manusia dengan cara mereka sendiri―dengan tenang, merunduk ke tanah, berjinjit agar tidak ketahuan, danm sambil terus mendengkur.

Buku ini memuat 24 cerita pendek tentang kucing dan manusia, yang semuanya mengisahkan ajaibnya sentuhan dan kehadiran seekor kucing di tengah kehidupan manusia.
1.      Kucing Bernama Dickens
2.      Clover
3.      Penderita Anoreksia dan Anak Kucing
4.      Keajaiban-keajaiban Kecil
5.      Hanya Butuh Mocha
6.      Mittens
7.      Kucing yang Menyelamatkan Seorang Bocah
8.      Malaikat
9.      Sang Pendamai
10.  Kucing Ibuku
11.  Penulis dan Kucingnya
12.  Kucing Pemakan Segala
13.  Kucing Palungan dan Induknya
14.  Frankie, si Kucing Penjaga
15.  Kucing yang Menyukai Kemoterapi
16.  Ratu Kucing
17.  Iffy
18.  Konser Terakhir
19.  Pickles Bisa Hidup Tenang
20.  Pelukan yang Kosong
21.  Di Pinggir Hutan
22.  Doa April Mop
23.  Anugerah dari Tuhan
24.  Tiga Ekor Kucing dan Ayah Tiri


Dari kedua puluh empat cerita yang disajikan, dari beberapa judulnya saja kita sudah bisa meraba, bahwa itu adalah cerita tentang interaksi kucing dan manusia, atau tentang pengaruh seekor kucing di dalam kehidupan manusia.

Cerita Kucing Bernama Dickens yang merupakan judul induk buku ini, mengisahkan tentang perjuangan Gwen Ellis, seorang perempuan tua yang menderita kanker ovarium dalam mengatasi penyakitnya. Ellis, harus terus menerus mengikuti sesi kemoterapi untuk kesembuhannya. Wendy, anak Gwen Ellis menyarankan agar Ibunya memelihara kucing sebagai teman di kala dia kesepian. Akhirnya hadirlah seekor kucing muda, matanya cemerlang, dengan bulu dada, kaki dan telapak kaki putih, seperti yang Ellis minta kepada putrinya. Ellis menamai kucing itu Charles Dickens.
Beberapa waktu setelah tinggal bersama Ellis, Dickens terserang bersin-bersin hebat dan akhirya sakit. Tetapi setelah delapan hari kemudian, tibalah titik balik. Dickens sembuh dan melompat dengan sorot mata berseri-seri.
Sejak itu Ellis yakin, bahwa dia pun akan tiba pada titik balik seperti halnya Dickens. Terbukti akhirnya dengan semangatnya yang besar untuk sembuh dan didampingi oleh Dickens yang setiap hari setia menemani pada malam-malam yang sepi, mengajak balapan naik tangga, melompat ke ujung tempat tidur dan menunggu di kala kesakitan, setelah enam bulan menjalani pengobatan, Gwen Ellis menemukan titik baliknya. Dia sembuh. Tidak terlihat ada sel kanker di mana pun.
Itulah keajaiban yang dirasakan Gwen Ellis bersama Charles Dickens si Kucing Pemberi Semangat.
Ada satu cerita yang menjadi cerita favorit versi saya dari kedua puluh empat cerita yang masing-masing menarik untuk disimak.
Cerita Penderita Anoreksia dan Anak Kucing. Cerita itu begitu sangat menyentuh hati saya, sampai-sampai saya menitikkan air mata. Bagaimana tidak? Seorang anak perempuan yang baru berumur enam tahun, menderita anoreksia. Ironis sekali, dia tidak mau makan dan bersedia menahan lapar dan menjadi kurus. Dia terobsesi dengan kelaparan. Saking kurusnya, dia bak anak-anak yang dipakai sebagai model iklan pengumpulan dana bagi negara dunia ketiga.
Orangtuanya berasal dari keluarga kaya dan hampir menjadi bangkrut akibat terapi yang dilakukan untuk kesembuhan Brenda. Brenda pernah mengikuti program di tiga rumah sakit, termasuk dirawat di ICU. Tetapi semua usaha itu tidak membuahkan hasil. Sampai akhirnya orangtua Brenda membawa dirinya ke sebuah klinik yang mempunyai program unik untuk mengatasi kebiasaan makan yang buruk.
Di tempat inilah kehidupan Brenda menjadi lebih baik. Dan itu semua tidak lepas dari peran dokter yang merawatnya dengan menghadiahkan Brenda seekor anak kucing yang kecil dan lemah―nyaris mati.
Mendapat ‘hadiah’ yang lebih merupakan amanat untuk menjaga anak kucing kecil nan lemah itu agar tetap hidup, membuat Brenda berpikir untuk makan. Karena yang diperlukan anak kucing itu adalah makanan, seperti dirinya. Brenda menyayangi anak kucing itu dan tidak mau membiarkannya mati. Demikian pula dengan dirinya. Akhirnya Brenda dapat terbebas dari kebiasaan makan buruknya dan pulang untuk meneruskan hidupnya.
Sementara si anak kucing tetap tinggal di klinik dan dijuluki sebagai ‘kucing terapis’.

Betapa ajaibnya seekor kucing dalam kelangsungan hidup beberapa manusia. Memang tekad dan niat sembuhlah yang utama, sementara kucing, dokter dan obat-obatan hanya media perantara dan pelengkap saja.
Cerita-cerita seru dan haru lainnya mengenai ajaibnya pengaruh kucing dalam kehidupan manusia, masih bisa kita dapatkan di dua puluh dua cerita lainnya.

Catatan tentang Callie Smith Grant
Dia seorang penyayang kucing. Selalu. Dia menganggap kucing adalah hasil ciptaan Tuhan yang paling indah. Jadi, membuat buku yang berisi kumpulan cerita singkat tentang kucing, dirasakannya sebagai tugas yang menyenangkan.

WARRIORS #1: Into The Wild


Resensi oleh Noviane Asmara
WARRIORS #1: Into The Wild
Penulis : Erin Hunter
Penerjemah: Yunita Chandra S
Penyunting: Ari Nilandari
ISBN : 978-602-987377-0-4
Tebal : 346 Halaman
Harga : Rp 47.900
Cover : Soft Cover
Penerbit : Kantera
Cetakan: I, 2011


Buku ini adalah sebuah fabel, karena tokoh yang mengisi cerita di dalam buku ini adalah binatang. Kali ini kucing menjadi topik yang dibahas dan menjadi tokoh utama dalam buku seri Warriors #1: Into The Wild.
Seperti umumnya di dunia manusia, di dunia kucing pun berlaku hal-hal yang ada di dunia manusia. Kekuasaan, kesetiaan, aktualisasi diri dan rasa harga diri.
Dalam buku Into The wild yang merupakan buku pertama dari serial Warrior ini, dunia kucing digambarkan terdiri atas beberapa Klan yang tentunya berasal dari jenis kucing yang berbeda-beda.

Ketika membuka buku ini, pada bagian awal halaman, kita akan diperkenalkan kepada macam-macam jenis kucing. Saya sampai merasa kewalahan mengingat daftar istilah yang tertulis walaupun hanya satu halaman saja. Saya rasa lebih mudah menghafalkan nama manusia ketimbang istilah-istilah dalam mengenal kucing. Seperti apa itu Telon atau Calico, Tortoiseshell, Tabby, Maltese, Tuxedo cat, Jellicle cat, Silverpelt dan lain-lain.

Alkisah, di sebuah hutan hiduplah ratusan kucing liar yang tergabung dalam bebarapa kelompok―atau lebih dikenal dengan sebutan Klan. Setiap klan dipimpin oleh seekor kucing yang dianggap mumpuni untuk memimpin klannya, bisa betina atau pun jantan.
Ada sekurangnya lima klan yang menempati hutan itu. ThunderClan atau Klan-Guntur, ShadowClan atau Klan-Bayangan, WindClan atau Klan-Angin, RiverClan atau Klan-Sungai dan StarClan atau Klan-Bintang.
Setiap klan mempunyai pemimpin, deputi dan warrior. Tingkatan warrior ini adalah kelas yang paling berprestise, karena mereka dianggap sebagai pejuang dan penjaga klan. Klan-klan ini hidup berdampingan di dalam hutan sesuai aturan yang berlaku menurut hukum mereka―hukum yang telah digariskan oleh para leluhur mereka. Kecuali Klan-Bintang, yang anggotanya adalah para arwah kucing, diyakini sebagai klan bijak yang member petunjuk bagi klan-klan lainnya.

Adalah Rusty yang merupakan seekor kucing rumahan. Rusty dipelihara oleh kakidua―sebutan bangsa kucing untuk manusia. Jelas saja sebagai kucing peliharaan, hidupnya nyaman dan terjamin. Selain semua kebutuhan seperti makanan, minuman yang bisa didapatkan secara mudah oleh Rusty, dia pun sangat disayang oleh oleh pemliknya. Elusan dan belaian adalah kemanjaan-kemanjaan ekstra yang dia dapatkan dari pemiliknya. Apalagi yang Rusty cari dalam hidupnya sebagai kucing? Karena saat ini hidupnya sudah sangat sempurna dengan kemewahan dan kenyamanan mengelilinginya.

Tapi ternyata bukan saja manusia yang tidak pernah puas terhadap apa yang sudah didapatkan dan dimilikinya. Seperti pepatah yang menyebutkan bahwa rumput tetangga terlihat lebih hijau. Itulah yang dialami oleh Rusty, tatkala suatu malam saat dia mengabaikan teriakan panggilan terakhir dari pemiliknya karena lebih tergoda oleh bau tajam hutan yang menjadi segar sehabis hujan, dari situlah awal segala yang mengubah kehidupan Rusty sebagai kucing rumahan.
Di pinggir hutan, Rusty bertemu dengan beberapa kucing liar dari ThunderClan. Bagi mereka, Rusty tidak lebih dari seekor kucing rumahan yang manja dan manis. Tidak mempunyai keahlian apa pun bahkan cenderung akan menjadi gendut, lemah dan tidak ‘jantan’ lagi.

Dan bagi Rusty, kehidupan para kucing liar yang baru dijumpainya terlihat lebih seru dan menantang. Dia pun terpikir untuk bergabung dengan ThunderClan dan menjadi warrior seperti teman-teman barunya. Maka ketika dia mendapatkan ajakan untuk bergabung dengan ThunderClan, Rusty tergoda untuk mencoba menjajal kemampuannya menjadi kucing liar dan bertekad menjadi warrior yang tangguh. Tapi di sisi lain dia masih merasa nyaman dengan kehidupan yang sudah dia terima selama ini.
Pilihan apa yang akan Rusty ambil? Tetap bertahan sebagai kucing rumahan yang manis dan dimanja sang pemilik atau mendobrak identitas dirinya sebagai kucing rumahan dengan hidup di hutan sebagai kucing liar dan bergabung dengan salah satu klan kucing.

Di cerita ini juga, kita akan diajak menyelami banyak hal tentang dunia dan pemikiran-pemikiran kucing. Ada perselisihan, pertengkaran dan perebutan kekuasaan. Tapi kita pun akan terenyuh melihat manisnya persahabatan yang terjalin di dunia kucing.
Saya pernah membaca fabel berseri tentang Burung Hantu, di mana ceritanya sangat bagus dan memukau. Kaya akan pengetahuan, sarat dengan pesan moral dan pemaparan tentang kehidupan dan kebiasaan Burung hantu yang mendetail. Karena si penulis adalah seseorang yang concern terhadap objek yang sedang dia tulis dan mempunyai rasa cinta yang besar terhadap Burung hantu.

Demikian juga dengan Erin Hunter. Dia tidak semata-mata mengangkat tema Kucing sebagai objek dari buku yang di tulisnya. Apalagi seri Warrior ini telah mencapai 6 buku, yaitu:

1.   Into the Wild
2.   Fire and Ice
3.   Forest of Secrets
4.   Rising Storm
5.   A Dangerous Path
6.   The Darkest Hour
Kepandaian Hunter dalam mengolah cerita tidak perlu disangsikan lagi. Terbukti dia dapat menggambarkan dan memaparkan kucing dan dunianya secara detail, seolah-olah dia adalah bagian dari mereka, dan mengerti apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka rasakan.
Bagi para pecinta fabel terlebih yang berhubungan dengan kucing, buku Warriors #1: Into The Wild ini akan menjawab terhadap rasa haus akan cerita-cerita binatang yang seru, lucu dan tentunya sarat pesan moral yang tinggi.