Mei 31, 2011

WUTHERING HEIGHTS: Pembalasan Dendam atas Nama Cinta



Resensi oleh : Noviane Asmara
 
Judul : WUTHERING HEIGHTS: Pembalasan Dendam atas Nama Cinta
Penulis : Emily Brontë
Alih Bahasa : Lulu Wijaya
Tebal : 488 halaman, 20 cm
Harga : Rp 55,000
ISBN : 978-979-22-6278-9
Cover : Soft Cover
Genre : Sastra Klasik
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, April 2011


Cinta memang ajaib. Dapat dengan sekejap membuat bahagia dan tak selang berapa lama mengubahnya menjadi benci.
Bagaimana seseorang yang dulu begitu sangat mencintai orang yang dikira adalah belahan jiwanya tiba-tiba berubah menjadi sosok yang teramat mendendam.
Bagaimana seseorang kehilangan kekasih hati dengan menanggung kerinduan yang selalu menyiksanya dan menghantuinya hingga maut datang.
Dan semua itu karena Cinta.

Adalah Heatcliff, tanpa nama belakang dan tanpa asal usul yang jelas. Datang sebagai ‘oleh-oleh’ yang dibawa oleh Mr. Earnshaw dalam perjalanan pulang berbisnisnya dari London. Ia ditemukan terlantar di jalanan kota London. Dan akhirnya atas kebaikan hati ia diadopsi oleh Mr. Earnshaw, pemilik Wuthering Heights yang berumur singkat. Ia tumbuh bersama kedua anak Mr. Earnshaw. Catherine Earnshaw, seorang gadis muda bandel dan judes tetapi penuh gairah, yang mau menjadikan Heatcliff teman bermain. Dan Hindley ,anak lelaki Earnshaw yang tidak sudi menjadikan Heatcliff saudara angkatnya dan memusuhinya sepanjang hidupnya.

Sepeninggal Earnshaw tua, kehidupan Heatcliff di Heights mulai berubah. Hindley yang telah membencinya sejak dulu kini menjadi tuan rumah Heights dan memperlakukan Heatcliff begitu buruk bak seorang pelayan.
Kebencian demi kebencian tumbuh dengan cepat di Wuthering Heights. Seiring dengan perasaan cinta antara Heatcliff dan Chaterine pun kian berkembang. Heatcliff menginginkan Chaterine dan tidak berniat untuk kehilangannya, karena ia ingin selalu menjaga dan menjadikan Catherine belahan jiwanya. Cinta yang begitu egois dan posesif.

Perubahan sikap terjadi pada Cahterine, saat ia dan Heatcliff bermain dan tersesat di Thrushscross Grange―kediaman keluarga Linton. Rumah yang ditinggali oleh keluarga yang 180 derajat berbeda keluarga Earnshaw dari segi kebiasaan dan perilaku. Keluarga terhormat dan terpandang yang mengutamakan  nilai-nilai sosial dalam lingkungan. Di sana Catherine bertemu dengan Edgar Linton, anak lelaki tampan, berkulit putih dan mempunyai rambut pirang yang kelak dipilih Catherine sebagai pasangan hidupnya.

Aku mencintai tanah yang dipijak kakinya, dan udara di atas kepalanya, dan segala yang disentuhnya, dan setiap kata yang diucapkannya. Aku mencintai setiap penampilannya, dan setiap perbuatannya, dan dirinya seluruhnya dan sekaligus.” (hal.114)

Heatcliff pergi dan menghilang. Melarikan diri dari kenyataan bahwa dirinya tak layak dipilih oleh Catherine yang ia cintai sejak kecil, hanya karena perbedaan strata sosial. Dia merasa terkoyak antara kemarahan dan penghinaan yang ia derita karena cinta.
Tapi tiga tahun kemudian Heatcliff muncul kembali ke Gimmerton dengan berbalut pribadi yang berbeda. Seorang pria kaya dan berpendidikan. Dan yang terburuk, ia datang membawa selusin kebencian dan rencana pembalasan dendam yang tak terperi.
Kedatangannya mengubah kehidupan Catherine yang sudah tenang menjadi bergejolak kembali, akibat perasaan yang sama-sama mereka pendam untuk saling mencintai sekaligus menyakiti satu sama lain.

Andai aku bisa terus memelukmu, sampai kita berdua mati! Aku takkan peduli dengan penderitaanmu. Kenapa kau tidak boleh menderita? Aku menderita! Apakah kau akan melupakanku? Apakah kau akan bahagia kalau aku sudah dikubur? Apakah kau akan berkata dua puluh tahun lagi, ‘itu makam Catherine Earnshaw'. Aku pernah mencintainya dahulu sekali, dan hatiku hancur saat kehilangan dia; tapi itu sudah berlalu.” (hal.229)

Pembalasan dendam bersemi akibat benci dan sakit hati yang telah mengakar kuat di hati Heatcliff yang kelam. Hati di mana rasa sayang telah mati dan tidak ada tempat untuk sebongkah empati.
Sebuah dendam yang akibatnya harus ditanggung oleh orang-orang yang tidak mengerti apa itu dendam, yang mengubah mereka menjadi iblis sesat layaknya Heatcliff si pembawa virus jahanam itu.
Pembalasan dendam yang harus ditebus dengan harga mahal sekali. Harga yang tidak akan pernah setara apabila semua nyawa tak berdosa dari keturunannya dicabut paksa.

Berlatar belakang dari dataran Yorkshire di abad ke-18 yang kasar dan liar, Wuthering Heights adalah kisah gairah kerinduan yang tak terkendali sekaligus upaya balas dendam yang melekat kental.
Membaca kisah ini jangan berharap akan menemukan akhir cerita yang bahagia. Cerita yang sejak halaman pertama dibuka sudah menyajikan alur yang mau tak mau memaksa kita untuk mulai ikut membenci setiap tokohnya yang egois dan tak berhati sekaligus memberi rasa iba dan sakit hati yang luar biasa dalam dan menyiksa.
Kelam dan suram, itulah kata yang pantas untuk menggambarkan novel yang terbit pertama kali tahun 1847 ini. Emosi kita seakan terkuras habis dan tak menyisakan sedikit pun air mata untuk sekedar berduka. Sesak napas yang melandaku saat membacanya semakin menambah aura suram yang terpancar dan sulit untuk memulihkannya. Terasa hidup dalam dunia abu-abu dan hitam tanpa segarispun putuh membentang di antaranya, di mana tawa dan bahagia adalah hal tersulit bahkan menjadi mustahil untuk dimiliki.

Walau begitu bintang lima tidaklah menjadi mustahil dan layak disandangkan untuk kekelaman cerita yang lahir dari buah pikir cemerlang seorang Emily Brontë di zamannya.

Emily Brontë (1818-1848) adalah anak kedua dari tiga bersaudari Brontë yang termasyur. Bersama saudara lelaki mereka, mereka tumbuh di desa Haworth di kawasan Yorkshire yang terpencil, tanpa pendidikan formal dan perhatian yang cukup. Peka, pemalu, dan amat tertutup, dan sama sekali tak sanggup menerima pendisiplinan apa pun, Emily Brontë menulis satu jilid puisi yang digubah dengan cermat. Dia mencurahkan pikiran-pikiran rahasia dari jiwanya yang tersiksa ke dalam Wuthering Heights (1847), buku yang mengangkat namanya menjadi tokoh besar dalam kesusastraan Inggris.

FIRELIGHT

Resensi oleh : Noviane Asmara

Detail Buku:
Judul : FIRELIGHT : Ketika Naluri Terbang tak kan Pernah Padam
Penulis : Sophie Jordan
Penerjemah: Ferry Halim
Penyunting: Ida Wajdi
Pewajah Isi : Aniza
ISBN : 978-979-024-475-7
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 425 Halaman
Harga : Rp 55,000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Cetakan: I, April 2011


Aku Cuma tahu aku tidak bisa hidup tanpa terbang. Tanpa langit dan tanah lembap yang mampu bernapas. Aku tidak akan pernah rela menyerahkan kemampuanku untuk berubah wujud.

Tentunya kita tidak asing dengan makhluk-makhluk campuran di dunia fiksi. Sebut saja Demigod; manusia setengah dewa, Dhampir; manusia setengah vampir atau Warewolf; manusia setengah serigala. Tapi bagaimana bila makhluk tersebut adalah manusia setengah naga―tepatnya manusia yang memiliki gen naga dan bisa berubah menjadi makhluk yang mempunyai keahlian seperti naga. Draki. Itulah sebutan untuk makhluk itu.

Apa gunanya keselamatan bila bagian dalam dirimu mati?

Jacinda harus menerima takdirnya. Terlahir dari keluarga yang tidak ‘biasa’. Ia adalah seorang atau lebih tepatnya seekor draki. Berwujud manusia seperti umumnya gadis-gadis seusianya, namun menyimpan gen naga dalam darahnya yang berwarna ungu―darah yang khas dimiliki kaum draki. Dan bisa berubah wujud saat ia menginginkannya.
Ketika emosi meninggi, naluri draki pun muncul. Di saat sedang ketakutan, bersemangat, bergairah … naluri draki akan muncul.


Jacinda adalah seorang draki spesial. Draki penyembur api yang di dalam kelompoknya telah absen lebih dari empat ratus tahun. Untuk itulah ia dipilih oleh kelompoknya untuk dinikahkan dengan Cassian―Draki Onyx yang merupakan seorang alpha di kelompoknya. Hidup Jacinda berada di bawah kendali kelompoknya. Karena sejak keunikan sekaligus kelebihannya sebagai seorang draki terlihat, ia tak punya hak lagi untuk memutuskan hidupnya sendiri.
Berbeda dengan Tamra sang adik kembarnya yang merupakan draki cacat dan tidak berguna bagi kelompoknya sekaligus tak dipedulikan.

Suatu hari Jacinda melakukan kesalahan dengan mengubah dirinya menjadi draki dan terbang di atas wilayah bukan milik kelompoknya, wilayah yang tidak terjaga oleh kabut Nidia.
Hal tersebut berujung pada kecelakaan yang menimpa dirinya akibat diburu oleh para pemburu draki yang sadis dan tamak.
Bukan hanya uang. Ketamakan. Selain ketamakan akan darah, kulit, dan tulang draki―yang konon mampu menjadi obat penyembuh bagi manusia―draki diburu karena harta benda mereka. Batu permata yang merupakan warisan nenek moyang draki sekaligus penghubung kekuatan naluri draki yang dimiliki.

Jacinda bukan hanya membawa celaka pada dirinya sendiri tapi sekaligus musibah untuk kelompoknya akibat kecerobohan dan kelalaian yang diperbuat.
Sebagai hukumannya, Severin Sang Alpha bersama kelompoknya telah menetapkan sesuatu yang menurut mereka ‘pantas’ dan sudah seharusnya Jacinda terima.
Ibu Jacinda tidak bisa menerima putusan hukuman itu. Putusan yang ia pahami hanya dengan sekilas saja tetapi tidak pernah dipahami oleh Jacinda.
Putusan yang tidak hanya menikahkan Jacinda dengan Cassian dengan tujuan untuk “dibiakkan” agar menghasilkan draki-draki dengan kualitas tangguh dan super.

Sejak saat itulah, kehidupan Jacinda berubah. Ibunya dengan terpaksa dan secara diam-diam membawa Jacinda dan Tamra pergi meninggalkan kelompoknya.
Ibu Jacinda bermaksud untuk membaur di tengah-tengah kehidupan manusia normal guna menjadi manusia seutuhnya tanpa sentuhan naluri draki muncul di dalam diri putrinya, Jacinda. Karena di dalam dirinya pun, naluri draki itu sudah padam saat ayah Jacinda tewas.
Berbeda dengan Tamra yang dengan sukacita menerima lingkungan barunya. Berbaur dengan teman-teman manusianya tanpa sedikitpun merasa kesulitan, karena memang pada dasarnya Tamra adalah draki cacat yang sampai kapan pun tidak akan bisa berubah menjadi draki seperti Jacinda kakak kembarnya.

Tetapi kiamat untuk Jacinda. Berbaur di tengah-tengah manusia normal, membuat naluri drakinya perlahan-lahan luntur, dan ia tidak menghendaki hal ini terjadi. Ia ingin tetap selalu bisa menjadi draki sejati seperti sang ayah yang sudah tiada. Bisa selalu terbang melintasi awan biru tanpa batas serta menyemburkan api.

Di tengah kegundah-gulananya antara memilih kembali ke kelompoknya dan mengikuti kemauan sang Ibu yang berniat menjaganya dari hukuman mengerikan yang akan dijatuhkan padanya senadainya ia kembali ke kelompoknya, Jacinda terperangkap dalam permainan cinta seorang Will. Pemuda teman sekolahnya yang mampu membangkitkan naluri drakinya, bahkan di gurun gersang sekalipun.

Perlahan-perlahan kebenaran itu terungkap. Will menyimpan rahasia yang tidak bisa ia bagi dengan Jacinda. Will yang telah memaksa Jacinda memilih antara keingingannya yang begitu egois atau keselamatan keluarga dan kaumnya.

Pembaca di sini akan dibawa pada suatu tempat indah di mana siapa pun yang datang mengunjunginya, akan kembali tanpa mengingat apa pun akan tempat itu. Mahkluk-makhluk unik berwujud naga dapat terlihat terbang dengan anggunnya.
Tetapi kita akan dibuat kesal dan jengkel akan betapa egoisnya seorang Jacinda. Sifat egois yang berlebihan yang dimiliki gadis usia 16 tahun yang selalu menuntut pembuktian dan pembenaran atas pelarangan yang ditetapkan.
Dapat dirasakan pula pengorbanan seorang Ibu yang begitu besar dan tak pernah lelah untuk selalu terus berada di sisi anak-anaknya dalam setiap kondisi. Tak peduli dengan penolakan yang diberikan sang anak sebagai balasannya.
Kisah romansa pun turut mewarnai Firelight semakin menjadi hidup dan manusiawi. Walau selalu terjebak dalam cinta terlarang, cinta yang datang dari dua dunia yang berbeda. Cinta yang mengharuskan si jahat dan si baik tetap berada pada koridornya.
Sensasi menegangkan juga bisa terhirup tajam di kisah ini, saat acara kejar-kejaran draki dan para pemburunya berlangsung.

Novel yang mempunyi kover unik dengan hiasan hologram melingkari apik huruf yang dicetak timbul berukir kata Firelight adalah buku pertama dari Trilogi Firelight. Buku keduanya Vanish baru akan rilis 6 September mendatang di negara asalnya.

Sophie Jordan tumbuh di Texas Hill, tempat di mana ia menciptakan tokoh-tokof fantasinya: naga, prajurit dan putri. Ia adalah mantan guru Bahasa Inggris. Saat sedang tidak menulis, ia menghabiskan waktunya dengan menikmati latte dan diet coke yang disukainya. Selain menulis buku dengan genre fantasi untuk pembaca muda dewasa, Jordan juga menulis buku dengan genre roman paranormal dengan menggunakan Sharie Kohler sebagai nama penanya.
Saat ini ia tinggal di Houston bersama keluarganya.
Untuk mengetahui sepak terjang lebih jauh, silahkan berkunjung ke situs webnya di: www.sophiejordan.net


Resensi buku lainnya dapat dilihat di www.buntelankata.blogspot.com

Mei 24, 2011

PROPHECY OF THE SISTERS


Kembar... Dua Pribadi yang saling Berseberangan
Resensi oleh Noviane Asmara

Detail Buku:
Judul : PROPHECY OF THE SISTERS
Penulis : Michelle Zink
Penerjemah : Ida Wajdi
Penyunting : Aisyah
Korektor : Tisa Anggriani
Tebal : 359 Halaman
Harga : Rp 68.500
Cover : Soft Cover
Genre : Dark Fantasy
Penerbit : Matahati
Cetakan : I, Maret 2011castilla

Bagi saya anak kembar selalu membuat saya takjub. Takjub karena mereka itu unik. Apalagi bila mereka adalah kembar identik. Dari segi fisik, semuanya sama. Postur tubuh, bentuk wajah bahkan kadang sampai kepada sikap dan hobi, walaupun hal-hal yang menyangkut kepribadian akan selalu berbeda.
Tapi bagaimana bila ada gadis kembar identik yang sifatnya saling bertolak belakang. Mereka berasal dari satu sel telur yang sama, lahir dari rahim yang sama pula, tapi ketika tumbuh dan berkembang, sifat mereka bagai kutub utara dan selatan. Menjadi dua sosok berbeda, sosok protagonist dan antagonis.

Dalam buku pertama seri Prophecy of the Sisters ini, dikisahkan dua gadis kembar identik berusia 16 tahun, Alice dan Amalia Miltrorpe.
Keduanya tumbuh dan besar bersama dibawah asuhan Bibi Virginia, saat sang Ibu yang merupakan kembarannya meninggal dunia.
Pada usia 16 tahun, kedua gadis kembar itu bersama adik lelaki mereka, Henry yang hidup mengandalkan kursi roda akibat kakinya yang lumpuh, menjadi yatim piatu. Ayah mereka, Thomas Milthorpe, meninggal dengan cara yang tidak wajar, seperti kematian Ibu meraka sebelumnya.

Kematian sang ayah, membawa banyak perubahan terhadap kehidupan Alice, Lia dan Henry Milthorpe.
Mendadak muncul tanda aneh di pergelangan tangan Lia, semacam tato timbul. Jorgumand. Tanda yang menonjol seperti parut luka, dengan pola yang membentuk garis tempat ular itu membelit diri ke tepian lingkaran hingga mulutnya memakan ekornya sendiri.
Kemunculan tanda ini disertai dengan munculnya beberapa kejadian janggal lainnya. Ditemukannya buku berkulit sejuk dan kering berhias rancangan mencetak pola figur-figur aneh dan sangat tua, di perpustakaan milik ayah mereka. Buku yang hanya berisi satu halaman saja, yang memuat tulisan berbahasa latin, yang akhirnya diketahui adalah sebuah ramalan kuno. Ramalan yang kelak menentukan takdir kehidupan si Kembar Milthorpe dan juga yang lainnya.

Melalui api dan harmoni, umat manusia bertahan
Hingga dikirimnya para Garda,
Yang mengambil istri dan kekasih dari seorang pria,
Menimbulkan kemurkaan-Nya
Cerita ini dimulai darr sini :
Dua saudari , terbentuk dari samudra bergelombang yang sama,
Yang satu sang Garda, yang lain sang Gerbang.
Yang satu penjaga kedamaian,
yang lain berukar sihir untuk pemujaan.
Tatkala para Saudari melanjutkan pertempuran
Hingga Sang Gerbang memanggil mereka kembali
Atau sang Malaikat membawa Kunci-Kunci menuju Neraka
Tentara, berbaris melalui Gerbang
Samael, sang Iblis, melalui sang Malaikat
Sang malaikat, hanya dijaga oleh perlindungan selubung halus
Emat Tanda, Empat Kunci, Lingkaran Api
Terlahir dalam napas pertama Samhain
Dalam bayangan Ular Batu Mistis dari Aubur
Biarkan Gerbang Malaikat mengayun tanpa Kunci
Diikuti Tujuh Tulah dan Tak Kembali
Kematian
Kelaparan
Darah
Api
Kegelapan
Kekeringan
Kehancuran
Rentangkan lenganmu, Nona Kekacauan
Malapetaka sang Iblis akan mengalir seperti sungai
Karena semuanya musnah saat Tujuh Tulah dimulai.

Ramalan itu seolah-olah menuntun dan menentukan kehidupan Alice dan Lia pada sebuah misteri dan dendam di masa lalu. Misteri yang telah ada beberapa ribu tahun yang lalu. Misteri yang merenggut kehidupan Ibu dan Ayah mereka, juga para saudari yang berkaitan dengan semua gadis kembar.

Sayangnya, sekarang Alice dan Lia berada di sisi yang berseberangan. Alice berada di sisi kelam, sisi yang telah dipilihnya. Alice yang sejak kecil telah menampakkan tanda-tanda itu. Tapi hal ini makin menjadi setelah kematian ayahnya. Sifat misterius dan bengisnya semakin terlihat. Sedangkan Lia berada di sisi satunya. Dan berniat menyelamatkan dunia semampu yang ia bisa lakukan dengan dukungan teman-temannya. Lia bertekad untuk mengakhiri ramalan itu.

Lia harus terus berjuang dan juga terus mendapatkan teror. Tapi ia tetap bertahan, walau hal itu kadang membuatnya hampir putus asa dan nyaris gila. Bagaimana tidak? Lia harus melawan adik kembarnya sendiri, adik yang telah bersama-sama dengan dirinya bahkan sejak dalam rahim Ibu mereka.
Bersama dua orang sahabatnya, Sonia Sorrensen dan Luisa Torelli, bersama-sama secara perlahan-lahan, mereka menyingkap selimut misteri yang sangat gelap yang awalnya datang dari sebuah pengkhianatan.

Dan Alice, memilih takdirnya sebagai orang yang melawan Lia. Semua ini ia lakukan karena dendam, ia merasa bahwa seharusnya ialah yang berada di posisi Lia saat ini, bukan Lia yang dalam pandangan Alice sudah merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya.

Lembar demi lembar yang kita baca, menyuguhkan ketegangan dan sensasi yang berbeda. Rasa marah, takut, dendam dan juga cinta, turut hadir menguras emosi para pembaca. Kita tidak disajikan kisah dark fantasy dengan endingnya biasa saja. Tetapi kita akan terhanyut di dalamnya, seolah-olah kita ikut mengembara bersama Lia, dengan merasakan kepedihannya dan rasa dilema untuk memilih. Kita juga akan ikut merasakan sakit hati yang dalam yang diderita Alice.
Kesedihan pun terurai panjang di sini. Bagaimana tatkala Alice dan Lia sekali lagi harus melihat kematian orang yang mereka berdua cintai mati, hanya karena keegoisan mereka.

Ending kisahnya, sungguh mengejutkan, tetapi jujur saya menyukainya, walaupun pada awalnya sulit untuk menerimanya. Saya yakin, buku keduanya yang berjudul Guardian of the Gate, akan sama memukaunya dengan buku ini, bahkan mungkin lebih.

Michelle Zink tinggal di New York bersama keempat anaknya. Dia selalu terpikat pada mitos dan legenda kuno, serta tak pernah berhenti mempertanyakannya. Tetapi ketika dia menemukan jawaban atas apa yang dicarinya, lahirlah sebuah kisah. Prophecy of the Sisters adalah salah satunya.
Untuk mengenal Zink lebih lanjut dan mengetahui karya lainnya, dapt mengunjungi situs webnya di: www.michellezink.com

POLLYANNA GROWS UP


POLLYANNA GROWS UP: Ketika Usia tidak Mengubah Keceriaan
Resensi oleh Noviane Asmara

Detail Buku :
Judul : Pollyanna Grows Up
Penulis : Eleanor H. Porter
Penerjemah : Rini Nurul Badariah
Penyunting : Azzura Dayana & Dee
Tebal : 361 Halaman
Harga : Rp 47,500
ISBN : 978602843695-3
Cover : Soft Cover
Genre : Klasik
Penerbit : Orange Books
Cetakan : I, September 2010


Pollyanna Grows Up adalah sekuel dari buku Pollyanna. Terbit pertama kali tahun 1915― dua tahun berselang setelah buku pertamanya.

Pollyanna Grows Up ini, mengisahkan perjalanan hidup Pollyanna yang tumbuh dan berkembang hingga menginjak usia dua puluh tahun.
Hidup yang dijalaninya masih sulit dan tidak semudah ketika ia hidup di panti asuhan. Tetapi satu kunci kebahagian Pollyanna, ia selalu memainkan permainnannya. Permainan yang dengan sangat mudah ia mainkan. Permainan Sukacita.
Tak peduli dalam keadaan apapun, segalanya selalu menjadi keceriaan untuk gadis tiga belas tahun ini.

Di buku Pollyanna, dikisahkan bahwa Bibi Polly― bibi Pollyanna, menikah dengan Dr Chinton. Untuk lebih mengingatkan dengan jelas, silahkan baca di : http://www.facebook.com/noviane.asmara?sk=notes#!/note.php?note_id=397847365753

Saat Dr Chilton ditugaskan ke Jerman, Bibi Polly merasa kebingungan dengan nasib Pollyanna. Siapa yang akan merawat Pollyanna selama musim dingin saat dirinya dan suaminya harus pergi ke Jerman dalam kurun waktu yang cukup lama.

Di sisi lain, sebuah keluarga, membutuhkan kehangatan dan keceriaan. Adalah Ruth Carew, seorang janda yang hari-harinya diliputi oleh kekelaman. Sejak kematian sang suami yang kemudian disusul kematian putra semata wayangnya, ia menarik diri dari dunia. Ia terlarut dan tenggelam dalam kesedihan yang ia buat sendiri.
Putra kakaknya yang merupakan keponakan satu-satunya, yang juga pewaris dan pelipur lara pun, tiba-tiba menghilang tanpa jejak dan tidak pernah ditemukan.
Ia menjadi antisosial dengan menolak kunjungan siapa pun untuk dirinya. Rumah mewah yang ia tempati menjadi dingin, kelam, suram dan sepi. Di mana cahaya matahari tidak diperbolehkan masuk dan menyinari rumahnya karena semua tirai ditutup dan tidak seorangpun berani berbicara dengan dirinya, kecuali sang adik, Della Wetherby. Della, seorang perawat di Sanatarium tempat dulu Pollyanna dirawat ketika mengalami kelumpuhan.

Saat itu, atas saran Della dan Dr. Charlie Ames, Mrs.Carew dianjurkan menerima dan menampung Pollyanna untuk sementara waktu, sampai paman dan bibinya kembali dari Jerman. Della yakin, kalu Pollyanna akan mampu mengubah keadaan kakaknya kembali seperti dulu. Bagi Della dan semua orang yang mengenal gadis kecil berusia tiga belas tahun itu, Pollyanna seolah-olah adalah obat untuk rasa sakit yang mereka derita. Dengan takaran dan dosis yang pas, niscaya sakit dan derita mereka akan secara perhalan. Permainan Sukacita ala Pollyannalah yang membawa semuanya menjadi ceria.

Seiring berjalannya waktu, Perubahan sikap dialami oleh Mrs. Carew. Pollyanna yang di awal kehadirannya dirasa begitu ‘mengganggu’ dengan segala ocehan dan permohonannya yang kadang tidak masuk akal, akhirnya meninggalkan kesepian saat Pollyanna harus kembali ke Beldingsville, saat paman dan bibinya telah tiba.

Saat berusia empat belas tahun, Pollyanna beserta paman dan bibinya hijrah ke Jerman untuk kemudian menetap di sana.
Roda kehidupan terus berputar, dan saat ini Dewi Fortuna sedang tidak berada di pihak Bibi Polly. Kemalangan secara bertubi-tubi menimpa Mrs. Chilton. Kematian suaminya, Dr. Chilton disusul dengan bangkrutnya ia akibat bisnis yang merugi.
Pollyanna dan Mrs. Chilton, mau tidak mau harus kembali ke kampung halamannya, Beldingsville. Saat itu usia Pollyanna telah menginjak dua puluh tahun, usia yang kian matang dan dewasa. Tetapi ia tetaplah Pollyanna yang dulu, yang polos, spontan selalu ceria karena ia selalu memainkan permainan sukacitanya.

Akhir kisah Pollyanna Grows Ups ini, sungguh menguras emosi. Misteri hilangnya sang keponakan Mrs. Carew tercinta, terjawab sudah. Dan kepada siapa Pollyanna menjatuhkan pilihannya untuk menjadi teman hidupnya, ini juga terjawab di akhir cerita.

Tokoh Jamie, Jimmy Bean Pendleton dan Sadie Dan pun, turut mewarnai cerita yg menawan ini. Sisipan romansa yang tertuang di kisah ini pun turut menjadikan cerita ini lebih hangat dan lebih hidup.

Eleanor Hodgman Porter lahir di Littleton, New Hampshire, 19 Desember 1868. Semula novelis Amerika ini dipoyeksikan menjadi penyanyi, tetapi kemudian banting stir ke dunia tulis-menulis. {ada tahun 1892, ia menikah denga John Hodgman Porter dan pindah ke Massachussetts. Kenanyakan karyanya bergenre buku anak, seperti serial Miss Billy (Miss Billy, Billy’s Decision, dan Miss Billy Married), Just David (1916), Six Star Ranch (1916), Cross Currents (1928) dan The Turn of the Tide (1918).
Pollyanna, yang terbit tahun 1913, merupakan novelnya yang paling tersohor. Sekuelnya Pollyanna Grows Up, menyusul dua tahun kemudian. Pollyanna termasuk deretan buku laris di Amerika Serikat, bahkan sempat memasuki cetakan ke-47 antara tahun 1915 dan 1920.
Eleanor H. Porter wafat pada tahun 1920 di Cambridge, Massachussets.

Mei 18, 2011

TETRA MARS: Cinta Terlarang dan Pilihan yang Takkan Pernah Dapat Diubah

TETRA MARS: Cinta Terlarang dan Pilihan yang Takkan Pernah Dapat Diubah

Resensi oleh Noviane Asmara
Detail Buku:
Judul : Aggelos#2: TETRA MARS

Penulis : Harry K. Peterson

Penyunting: Nurani Mastura

Penyelaras Aksara: M. Eka Mustamar

ISBN : 978-979-433-617-

Tebal : 507 Halaman

Harga : Rp 84.000

Cover : Soft Cover

Penerbit : Mizan Fantas

Cetakan: I, April 2011

Membaca buku kedua dari Trilogi Aggelos ini, tidak berasa seperti membaca sebuah buku lokal karya anak bangsa. Tetapi lebih seperti membaca karya terjemahan yang bukunya menjadi Best Seller di negeri asalnya dan ditulis oleh penulis fantasi yang sudah terkenal.

Lihatlah penamaan tokoh yang digunakan, yang sangat western. Setting pun diambil di negara luar, dengan mengangkat Te Anau―sebuah kota yang terletak di Selatan selandia baru, menjadi latar tempat berlangsungnya kisah fantastis ini. Kota yang digambarkan memiliki panorama yang indah bak surga dunia, di mana udara segar dan bersih masih bebas dihirup di sana.

Selain itu, kita pun akan diajak mengunjungi Paris―Kota Cinta yang memiliki Théâthe du châtelet, gedung megah tempat yang sangat prestisius di manasegala pertunjukkan besar berlangsung, walau hanya sebentar saja.

Di samping itu, kata-kata seperti; Man, Dude, Well, Buddy, Boys pun akan sering kita jumpai dalam kisah Cinta Terlarang yang megharu biru ini, layaknya sebuah novel terjemahan.

Dan hobi penulis sebagai gamer pun, bisa terlihat nyata di buku ini. Saat penulis dengan fasihnya menggambarkan kamar baru Daniel Scoot, salah satu tokoh Tetra Mars ini, sebagai kamar yang nyaman walau ukurannya tidak terlalu besar tetapi dilengkapi sebuah komputer dengan sambungan jaringan Internet supercepat dan sebuah TV layar datar yang berhubungan dengan home theatre serta Xbox 360 dan Wii. Deskripsi kamar beserta isinya ini, yang saya yakini mirip dengan kamar yang penulis ditinggali saat ini.

Buku setebal lima ratus tujuh halaman ini, menawarkan kisah fantasi yang tidak biasa. Dari penokohan yang dibuat pun sudah berbeda dengan tokoh fantasi yang sedang happening saat ini. Di sini Harry mencoba membawa para pembacanya berkelana di dua dunia. Dunia Dyfed―makhluk fana yakni manusia dan dunia Quierro―malaikat yang berada di Aenas Stone―Surga yang diperuntukkan bagi para malaikat.

Dari kisah ini pun kita akan tahu, bahwa malaikat pun memiliki tingkatan. Dari strata terendah sampai ke strata paling tinggi. Adalah Shefro yang merupakan strata terendah kaum malaikat. Shefro adalah malaikat yang dulunya seorang Dyfed. Mereka tidak mempunyai sayap dan harus puas hanya menjadi pelayan yang bertugas melayani Malaikat dengan strata di atasnya. Quierro, berada di tengah-tengah. Mereka adalah malaikat yang belum mempunyai sayap dan suatu saat akan bertranformasi menjadi Sprixie―golongan malaikat dengan tingkatan paling tinggi. Sprixie penjelmaan kesempurnaan malaikat. Mereka bersayap, mempunyai satu bakat spesial dan tentunya mempunyai kebebasan untuk memilih.

Memalui buku ini pula digambarkan bila malaikat tidak selalu baik dan suci. Beberapa di antara mereka pun mempunyai nafsu dan ambisi layaknya manusia.

Kisah ini terdiri atas dua bagian. Di mana penulis memakai sudut pandang ‘Aku’ untuk bercerita. Bagian yang mengisahkan Viola Mondru sang Dyfed dan Slaven Dulton si Quierro. Buku ini teramat memukau dan kita akan dengan mudah terhanyut dan melebur ke dalamnya. Seolah-olah kita menjadi bagian dari kisah fantastis ini.

Sungguh tidak berlebihanlah bila Truly Rudiono seorang Koordinator khusus Kerja sama Penerbit dan Toko buku dari Goodreads Indonesia memberikan kata pujian yang pas dan sangat mewakilkan isi buku ini.

... sensasi berbeda di tiap lembarnya

Karena memang seperti itu yang saya rasakan ketika membaca halaman demi halaman buku ini dalam durasi lima jam. Lima jam yang benar-benar menguras semua emosi saya. Jujur saya hanyut dan pasrah dengan alur yang mengalir cepat dan memukau. Tetapi bila saya diberikan peran sebagai Viola, jelas saya tidak akan memilih ending seperti yang Viola pilih.

Kata-kata seperti Venus dan Mars di sini pun, mengingatkan saya pada ucapan dalam seseorang di masa lalu yang terlambat saya mengerti. Dia berkata bahwa sampai kapan pun, Mars tidak mungkin bersatu dengan Venus. Karena berasal dari dunia yang berbeda. Dengan kata lain, kami menjalani hubungan yang tidak mungkin, hubungan yang mustahil untuk dijalin. Walau saya tidak tahu di mana letak kemustahilan itu.

Terima kasih pula buat Truly Rudiono dan Dion Yulianto yang sudah rela meminjamkan buku dengan kisah Cinta Terlarang yang terangkai menjadi kisah segi lima yang mengobrak-abrik perasaan.

Tanpa ragu, saya sematkan lencana bintang empat untuk buku yang berkover menawan dan tak kalah fantastisnya dengan cerita yang disajikan.


Four Choices...


One destiny...


Forbiidden to be real

Tiga kalimat yang tercetak di kover depan Tetra Mars ini, sangat menohok hati, bermakna dalam dengan penjabaran yang luas. Harry K. Peterson akan memainkan segala emosi kita. Bahkan saat kita baru saja memasuki halaman awal. Cinta, sakit hati, marah, iri dengki, benci, putus asa, dan dilema adalah emosi yang kental yang akan selalu mengikuti kita hingga berada pada bagian penutup.

Semua berawal dari kunjungan iseng Viola ke sebuah tenda berwarna kulit jeruk yang sempit dan bersuhu panas saat dirinya mendatangi Festival Balon Udara Te Anau.

Tenda yang ternyata menyediakan jasa meramal. Peramal cantik yang kemudian diketahui berasal dari Yunani itu menggunakan tulang sebagai media ramalnya, Viola yang entah didorong oleh kekuatan apa, tersihir untuk datang dan mencoba untuk diramal. Hasilnya... sungguh membuat dia ketakutan dan terjerambab pada kubangan mimpi buruknya.

“Aku melihat Venus dalam masa depanmu. Venus yang dikelilingi oleh empat Mars sekaligus”.

“Mungkin aku bisa menyebutnya ... Tetra Mars”.

Venus adalah lambang wanita dan Mars adalah lambang pria. Dua sisi yang sulit dipisahkan.

“Ini sungguh aneh”.

“Aku melihat tanda ‘terlarang’. Ada yang tidak baik dengan salah satu Mars-mu. Ini tidak boleh. Ini hal yang mematikan, kodrat yang terlarang untuk dijalani.

Kini, Viola Mondru harus menjalani kehidupannya dalam ketakutan dan keputusasaan yang luar biasa menyiksa. Menjalani takdirnya seperti yang disebutkan si peramal itu.

Slaven Dulton, sosok malaikat yang turun ke bumi dengan menjelma menjadi sosok rupawan dan mengikat janji dengan Viola

Jeff Luxe Baxter, sosok cowok keren teman sekolah Viola dan juga mantan Kapten Sexta Rugby, tim Rugbi di sekolahnya.

Daniel Scoot, sosok cowok yang sama kerennya, teman sekolah Viola dan juga Kapten Red Rugby, tim Rugbi di sekolahnya yang merupakan saingan Sexta Rugby.

Raphaël Girald, murid baru pindahan dari Prancis yang dianugerahi fisik sempurna dan langsung menjadi pujaan cewek-cewek di sekolah Viola sekaligus saingan para cowok-cowok di sekolahnya

Viola tetap setia menanti sang pujaan hati, Slaven Dulton, yang berjanji akan kembali pada dirinya tapi tak tahu kapan ia akan kembali.

Slaven harus kembali ke Surga karena ada urusan yang harus dia selesaikan. Dia dipanggil oleh dewan kehormatan Sprixie, menyangkut kehidupan masa depannya sebagai malaikat.

Di tengah penantian yang tidak pasti iru, Viola dirundung sepi yang menyayat dan keputusasaan yang hampir mengalahkan akal sehatnya karena merindukan Slaven.

Tapi hidup harus terus berjalan. Ia mulai membuka diri dan bersosialisasi dengan menerima pertemanan dari teman-temannnya dan juga beberapa cowok yang menawarkan cinta kepada dirinya.

Tapi semua yang dekat dengan Viola , selalu mengalami peristiwa mengenaskan, seolah dia adalah pembawa sial terhadap semua cowok yang mendekatinya.

Viola tidak tahan lagi. Di tengah kegalauan dan kesempatannya untuk memilih, dia memilih hal yang tidak pernah akan dipilih oleh siapa pun. Pilihan rumit dan menyakitkan saat semuanya harus berakhir.

Dan dia tidak pernah menyangka, bahwa Mars-nya yang yang dikelilingi kematian adalah sosok yang tidak pernah dia sangka sebelumnya. Sosok yang ternyata tidak seperti dugaannya, sosok yang menyimpan sejuta misteri dan terkuak di akhir cerita ini

Harry K. Peterson, pria kelahiran 21 September ini adalah seorang gamer yang hobi baca, menonton, travelling dan juga menggemari bahasa dan kebudayaan Negara asing. Tetra Mars adalah sekuel dari novel perdananya, Aggelos, yang juga diterbitkan oleh Penerbit Mizan Fantasi. Saat ini dia sedang menulis buku ketiga, bagian penutup Trilogi Aggelos.

Untuk mengetahui aktivitas penulis lebih jauh, bisa add akun facebook-nya atau dengan mem-follow twitter-nya di @harrydepeterson



















Mei 16, 2011

THE ARABIAN NIGHT: Kisah-Kisah Fantastis 1001 Malam

Resensi : Noviane Asmara

Mari Berkunjung ke Negeri Dengan Kisah 1001 Malam yang Fantastis

Detail buku:
Judul : THE ARABIAN NIGHT: Kisah-Kisah Fantastis 1001 Malam
Penulis : Andrew Lang
Penerjemah : Titik Andarwati
Editor : Anton Widyanto Putra
Desain cover : Isthis Comic
Layout : Yudhi
ISBN : 978-979-1032-56-8
Tebal : 270 Halaman
Penerbit : Katta
Harga : Rp 49.800
Cetakan : I, April 2011

Berbicara tentang kisah 1001 malam, pasti tak akan terlepas dari Negara Timur Tengah di mana kisah ini berasal. Kisah yang isi ceritanya kental dengan unsur Jin, Lampu Ajaib, Permadani, Pangeran, Sultan, Putri, Permaisuri, Wazir, Tukang Sihir dan hal lainnya yang berbau Timur Tengah.
Kali ini Bukukatta menerbitkan kumpulan Kisah-Kisah Fantastis 1001 Malam yang dihimpun dalam Buku The Arabian Night.

Buku setebal dua ratus tujuh puluh halaman ini menyajikan tiga puluh lima kisah 1001 malam. Dari ketigapuluh lima kisah ini, ada beberapa kisah yang pasti sudah tidak akan asing bagi kita, karena kisahnya sudah sering kita dengar berkali-kali bahkan sudah kita tonton pula versi filmnya walau tentunya dengan sajian yang berbeda.

Sebut saja kisah Alladin dan Lampu Ajibnya. Siapa yang tak kenal dengan sosok pemuda biasa ini. Nasibnya tiba-tiba berubah 180 derajat saat dengan tidak sengaja menemukan Lampu Ajaib yang dihuni oleh Jin. Dengan bantuan Jin yang telah lama terkurung dalam Lampu Ajaib ini, selain menjadi kaya raya, Alladin pun akhirnya bisa menikah dengan wanita pujaannya―Putri Sultan. Dan kelak dia menjadi Raja dengan menggantikan Sultan ketika telah wafat.

Ada pula kisah heroik dari Sinbad si Pelaut Ulung. Kisah Sinbad ini tertuangkan dalam delapan kisah. Dalam kisah Tujuh Pelayaran Sinbad si Pelaut, Tokoh Sinbad hanya tampil sebagai pelengkap kisah saja. Karena di kisah tersebut Sinbad bermaksud menceritakan ketujuh pelayaran menakjubkannya dengan menjadikannya kisah yang terpisah. Dimulai dari kisah Pelayaran Pertama, Pelayaran Kedua, Pelayaran Ketiga, Pelayaran Keempat, Pelayaran Kelima, Pelayaran Keenam dan ditutup dengan Kisah Pelayaran Ketujuh dan Terakhir.
Dalam kedelapan kisah pelayaran Sinbad itu kita kan diajak bertualang oleh Sinbad mengarungi lautan, menaklukan badai, terdampar di tempat antah berantah sampai menjadi budak. Keperkasaan Sinbad inilah yang ingin disampaikan oleh si penulis. Dengan tekad kuat dan jiwa petualang, Sinbad berhasil menaklukkan segala bahaya dan rintangan yang nyaris selalu merenggut nyawanya.

Uniknya buku The Arabian Night ini mempunyai cara bercerita yang tidak biasa. Ketika kita membuka buku ini, kita akan menemukan Kisah Sultan Syahryar dan Putri Sheherazad. Akhir dari kisah ini diceritakan bahwa Putri Sheherazad bercerita tentang Kisah Pedagang dan Jin yang merupakan Kisah Kedua dari buku ini. Begitu juga selanjutnya, akhir dari kisah ini adalah menceritakan tiga laki-laki tua teman dari si Pedagang yang bercerita dengan kisah berbeda pada si Jin. Jadilah kisah ini berjudul: Kisah Laki-laki Tua Pertama dan Rusa Betina, Kisah Laki-laki Tua Kedua dan Dua Anjing Hitam dan seterusnya.
Kisah ini seperti Boneka Matryoskha, begitu boneka besar dibuka, akan terdapat boneka serupa dengan ukuran yang lebih kecil dan seterusnya sampai boneka tersebut adalah boneka terkecil yang merupakan boneka penutup.
Demikian dengan Kisah The Arabian Night. Di akhir kisah, si tokoh utama ataupun tokoh pembantu dalam kisah itu akan bercerita tentang kisah lainnya. Yang terus sambung menyambung walaupun kisahnya kadang tidak saling berhubungan.
Para pembaca dijamin tidak akan bosan dengan Kisah-Kisah Fantastis 1001 Malam yang ditawarkan oleh penerbit BukuKatta ini. Karena 35 kisah yang disajikan begitu beragam dan menawan serta sarat dengan makna pembelajaran hidup. Bagaimana kita berlaku adil, bagaimana menjadi pribadi bijaksana, bagaimana cara menghormati dan menyayangi sesama makhluk Tuhan, dan juga cara bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Kejutan-kejutan yang ada di dalamnya pun kadang membuat kita tak percaya sekaligus merasa puas.
Kisah Petualangan Pangeran Qamarulzaman dan Putri Badura yang berada di halaman 130 adalah kisah favorit pilhan saya. Kisah yang menceritakan bagaimana perasaan rindunya Raja Shahzaman yang telah lama menikah tapi belum juga dikarunia anak. Tapi ketika anugerah itu hadir, sang anak yang diberi nama Qamarulzaman yang artinya “rembulan abad ini”.
Putra mahkota ini tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan tampan. Sampai suatu hari sang Raja berniat menyerahkan tampuk kepeminpinannya pada anak semata wayangnya ini yang langsung ditampik oleh sang anak.

Akhirnya dengan nasihat dari Wazir Agung-nya Raja berniat menikahkan sang anak dengan maksud agar sang Pangeran akan tetap tinggal di istana.

Konflik dimulai ketika Pangeran Qamarulzaman tetap menolak perintah ayahnya untuk menikah dan menggantikan dirinya menjadi raja.

Akhirnya Raja Shajzaman pun murka dan menghukum Pangeran. Di tempat pengasingan ini lah akhirnya Pangeran menemukan belahan jiwanya. Belahan jiwa yang ia temukan secara tidak sengaja akibat keisengan dan kejahilan dua jin yang sedang bertaruh.

Dan akhir ceritanya tentunya happy ending, walapun untuk mencapai kebahagian itu Pangeran Qamarulzaman haru banyak berkorban dan menderita. Pengorbanan yang tidak semua orang akan sanggup menghadapinya.

Terima kasih kepada BukuKatta yang telah menerbitkan Kisah-Kisah Fantastis 1001 Malam ini, karena saya merasa bernoltagia kembali ke masa kecil saat saya didongengkan Alladin dan Lampu Ajaibnya yang juga telah saya lihat filmya dalam berbagai versi pula. Begitu pula dengan tokoh heroik si Pelaut Ulung―Sinbad. Saya merasa dibangkitkan kembali memori masa kecil saya saat membaca buku The Arabian Night ini. Termasuk kisah Petualangan Khalifah Harun Al Rasyid yang sungguh cerminan seorang pemimpin yang adil dan peka terhadap kehidupan rakyatnya.
Sejumlah penulis terkenal seperti Voltaire, Goethe dan Jorge Luis Borges pun mengakui pengaruh besar kisah-kisah dalam Arabian Night dalam karir kepenulisan mereka. Kisah ‘Seribu Satu Malam’ yang akan terus dikisahkan dan disimak kembali.

Dari segi kemasan, The Arabian Night sudah sangat jauh lebih baik dari buku-buku yang telah BukuKatta terbitkan sebelumnya. Kovernya yang sangat “1001 malam” pun menambah kuat akan kisah yang hendak diceritakan. Adapun tulisan The Arabian Night-nya pun dibuat dengan karakter kaligrafi yang berbau Timur Tengah. Ketebalan tinta atas kualitas cetakan huruf pun sudah bagus, tidak seperti di buku sebelumnya yang masih terdapat ketidakrataan cetakan tintanya.

Hanya sayang masih terdapat typo yang sangat kontras tertulis di buku ini. Kata ‘merubah’ yang berkali-kali tertulis, walau di bagian lain ada pula tertulis kata ‘mengubah’.
Penasaran dengan kisak-kisah apik nan memukau dari Negeri Timur Tengah ini? Ya silahkan baca saja bukunya.

Mei 14, 2011

TREASURE ISLAND

TREASURE ISLAND : Petualangan Jim Hawkins Mencari Harta Karun
Resensi : Noviane asmara
Detail Buku:
Judul : TREASURE ISLAND

Penulis : Robert Louis Stevenson
Penerjemah: Mutia Dharma
Penyunting: Ida Wajdi dan Pujia Pernami
Pewajah Isi : Hadi Mahfudin

ISBN : 978-979-024-465-8

Ukuran : 13 x 20,5 cm

Tebal : 352 Halaman

Harga : Rp 43.000

Cover : Soft Cover

Penerbit : Atria

Cetakan: I, April 2011


Jika kisah pelaut dan nyanyian,

Badai dan petualangan, dingin dan panas,

Jika perahu, pulau dan daratan,

Dan bajak laut, serta emas,

Dan semua romansa itu, dikisahkan lagi

Seperti di zaman yang telah pergi
Bias menghiburku seperti juga,
Orang-orang yang masih muda,

--maka mulailah! Namun jika,
Para pmuda tak lagi peduli,

Jika pikiran mereka telah lupa,

Pada Kinsgton, atau Ballantyne yang berani,

Atau Cooper penguasa hutan dan gelombang:

Juga biarkanlah! Maka aku
Dan semua bajak laut bias berbagi kubur
Tempat mereka dan ciptanannya tertidur!

-Kepada Para Pemburu Yang Ragu-

Buku Treasure Island ini merupakan salah satu dari sekian banyak buku klasik yang populer. Buku yang dibagi menjadi enam bagian ini mengisahkan petualangan Jim Hawkins, seorang anak biasa yang sehari-harinya membantu ayahnya mengurusi Admiral Benbow―penginapan mereka.

Sampai suatu saat Admiral Benbow kedatangan seorang pengunjung―seorang bajak laut tua bernama Flint. Kedatangan bajak laut tua ini menjadikan kehidupan monoton Jim berubah total. Kematian bajak laut tua di penginapannya secara tragis, mewariskan Jim sebuah peta harta karun.

Jim terpaksa harus berpisah dengan ibunya demi ikut bertualang mencari harta karun bersama-sama dengan orang yang telah menolongnya dengan berbekal sebuah buku dan kertas bersegal sebagai petunjuk
Darah muda yang mengalir dalam tubuh Jim, menjadikan ia begitu bersemangat untuk mengarungi lautan dengan menunggangi kapal cantik HISPANIOLA.
Di tengah petualangannya mengarungi lautan demi mencari harta karun, Jim bersama Hakim Trelawney, Dokter Livesey, Kapten Smollet dan beberapa orang lainnya yang bertugas sebagai anak buah kapal, banyak mengalami rintangan.

Rintangan itu tidak hanya datang dari luar, tetapi lebih parahnya lagi ada konspirasi jahat dari dalam yang siap-siap mengadang dan menghancurkan visi dan misi Jim Hawkins.

Dengan segala keterbatasan Jim yang dasarnya hanyalah anak biasa dan bukan pelaut, ia berusaha menyelamatkan diri dan orang-oarang yang ia anggap teman.

Dan diakhir cerita dikisahkan kalau perjuangan Jim yang pantang menyerah dan penuh semangat itu membuahkan hasil yang gemilang.


Bagi saya novel klasik ini begitu ringan dan sederhana. Tidak seperti cerita-cerita klasik lainnya yang sarat dengan kata bijak, bertaburan perumpamaan indah, Treasure Island ini sedikit berbeda. Mungkin karena bercerita tentang bajak laut dan perjalanan mengarungi laut, bukan tentang cerita yang menitikberatkan pada kehidupan social dan pencarian jati diri.
Konon, inilah buku pertama yang mengilhami ditulisnya cerita-cerita tentang perburuan dan harta karun.
Dan petualangan  bajak laut yang kini banyak difilmkan, dibuat pertama kali karena terinspirasi oleh novel ini.


Ada beberapa kata yang membuat kening saya berkerut saat membacanya. Berkali-kali saya menemukan kata ‘tuggas’ bukannya ‘tugas’. Adapula kata ‘bayyi’ dan bukannya ‘bayi’ dan ‘dilluar’ bukannya ‘diluar’.

Saat saya berpikir kalau hal itu adalah kesalahan dalam pengetikan, tapi segera saya temukan jawabannya, yaitu tidak mungkin. Karena kata-kata tersebut muncul kembali dan tetap tertulis demikian.

Akhirnya saya mencoba mencari penjelasan dengan bertanya pada seorang teman yang kebetulan sudah pernah membaca versi aslinya yaitu dalam Bahasa Inggris, dan juga seorang editor. Dan dia menerangkan bila memang di dalam buku aslinya pun kata tersebut tertulis demikian. ‘babby’ bukannya ‘baby’ dan ‘tassk’ bukannya ‘task’. Menurut dia, kata tersebut sengaja ditulis seperti itu oleh si penulisnya, karena untuk menggambarkan tentang latar pendidikan para bajak laut saat itu yang digambarkan bodoh dalam hal baca dan tulis. Masuk akal memang penjelasan tersebut. CMIIW.

Tapi ketika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, saya tidak bisa membaca kearah mana hal tersebut dimaksud. Dilihat dari konteks kalimatnya pun, seperti tidak ada penekanan atau makna yang tersirat. Atau mungkin saya yang kurang peka dan jeli ketika membacanya.


Satu lagi yang menjadi ganjalan saya. Terdapat penggunaan kata ‘goblog’ yang saya pikir kurang sopan dan terlalu kasar untuk jenis novel kalsik yang ditujukan untuk anak-anak dan remaja. Mungkin bisa diganti dengan bahasa hujatan atau sumpah serapah yang lain, yang mungkin akan terdengar lebih sopan.

Untuk kisah petualangan Jim Hawkins ini, saya berikan 2.5 bintang. Tapi saya suka dengan ilustrasi di dalamnya yang berada di setiap babnya plus kover memukau yang sangat lucu dan eye cathing.


Roberts Louis Balfour Stevenson lahir di Edinburg, Skotlandia 13 November 1850. Selain sebagai seorang novelis, beliau juga seorang penyair, esais dan penulis perjalanan. Selama 44 tahun masa hidupnya, beliau telah menulis lebih dari selusin novel. Treasure Island (1883), The Black Arror: A Tale of the Two Roses (1883), Prince Otto (1885), Strange Case of Dr Jekyll and Mr Hyde (1886), Kidnapped (1886), The Master of Ballantrae (1889), The Wrong Box (1889), The Wrecker (1892), Catriona (1893), The Ebb-Tide (1894), Weir Hermiston (1896), St. Ives: being the Adventures of s French Prisoner in England (1897). Treasure Island adalah salah satu novelnya yang meraih sukses.

Sayangnya ada beberapa novel beliau yang belum sempat terselesaikan sampai beliau meninggal yang kemudian diteruskan oleh penulis lain.

Beberapa penulis ternama sangat mengagumi beliau. Adalah Ernest Hemingway yang terkenal dengan Masterpiece-nya The Old Man and The sea..

Robert Louis Stevanson meninggal di Vailima, Samoa 3 Desember 1894 dalam usia yang masih relatif muda, 44 tahun.

Mei 03, 2011

KORUPSI (L'HOMME ROMPU)

 Korupsi: Ujian atas sebuah Integritas


Resensi: Noviane Asmara
Detail buku:
Judul : KORUPSI (L’Homme Rompu)
Penulis : Tahar Ben Jelloun
Penerjemah : Okke K.S.Zaimar
Penyunting : Anton Kurnia
Pewajah Isi : Siti Qomariyah
ISBN : 978-979-024-073-5
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 236 Halaman
Cover : Soft Cover
Penerbit : Serambi
Cetakan I: November 2010

Pertama kali melihat buku ini di sebuah toko buku hari Selasa kemarin, saya pikir ini bukan novel. Tapi saya sedikit heran, karena buku ini terdisplay di jajaran rak buku baru yang kesemua isinya adalah novel.
Dari judulnya saja, saya sudah berpikiran, kalau ini adalah buku “serius”. Buku yang akan mengupas tuntas permasalahan korupsi yang saat ini semakin menjamur dan happening di negeri kia, Indonesia. Tapi ketika saya dapati tulisan “sebuah novel” di sampul depan buku ini, walau tidak terlalu besar, barulah saya tahu, bahwa buku Korupsi ini adalah novel. Saya pun mulai penasaran dan dengan segera membaca sinopsis di back cover buku ini.
Wow….
Paragrap pertamanya membuat saya kaget dan tersanjung, karena ternyata novel ini merupakan novel yang diilhami karya pengarang besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Salah satu penulis kebanggan Indonesia atas karya-karya gemilangnya.
Dan ternyata, novel ini adalah novel terjemahan, pantas saja nama penulisnya berbau asing, walau awalnya saya mengira kalau Tahar Ben Jelloun ini adalah penulis asli Indonesia. Maklumlah, saya bukan termasuk orang yang hafal dan familiar terhadap penulis-penulis Indonesia, terutama penulis sastra.

Novel yang diterjemahkan langsung dari bahasa Prancis ini mempunyai judul asli L’Homme rompu. Secara harfiah artinya Lelaki yang Patah dan menjadi karya persembahan Tahar untuk Pramoedya.
Novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1994 ini sedikit banyak terispirasi oleh novel Korupsi karya Pramoedya yang terbit di Indonesia tahun 1954.

Buku Korupsi ini bukanlah suatu pemaparan cerita kaku tentang korupsi. Tapi juga masalah tentang perilaku hidup dan tatanan social yang berlaku di masyarakat Maroko saat itu. Kisah percintaan pun bertebaran di dalam novel ini. Penulisan kata-kata yang tertuang juga begitu berani dan sarat dengan sindiran-sindiran tajam.
Novel hasil rekaan Tahar ini mengambil setting di Negara Maroko, negeri asalnya yang dalam banyak hal menyimpan banyak persamaan dengan Indonesia.
Hal ini menunjukkan pada kita, bahwa di bawah langit yang berbeda dan berjarak beribu-ribu kilometer, ketika didera oleh kesengsaraan yang sama, kadang-kadang jiwa manusia menyerah pada setan yang sama.
Karena itulah novel ini menjadi layak dibaca sebagai cermin atas situasi di negeri kita yang tak kunjung reda dilanda badai korupsi.

Murad. Dialah sosok analogi dari Lerlaki yang patah. Seorang insinyur yang bekerja di Kementrain Pekerjaan Umum, Cassablanca Maroko. Ia mempunyai jabatan yang diincar oleh banyak orang yaitu sebagai Wakil Direktur Perencanaan dan Pembinaan.
Kasarnya, tempat ia bekerja adalah “tempat basah”. Walaupun dikelilingi oleh orang-orang yang berpikiran dangkal dan senang menggunakan cara pintas demi mendapatkan sesuatu, Murad adalah pribadi yang kuat yang memegang teguh prinsip sebagai “orang bersih”. Ia tetap bergeming tak tergoyahkan oleh godaan yang datang.
Ia semakin menjadi orang “aneh” di tengah orang-orang yang berlomba-lomba dalam penggelapan, pemerasan, suap dan ghulul―korupsi. Aneh, hanya karena orang-orang di lingkungan sekitar dirinya tidaklah sama seperti yang ia alami.
Rengekan Hilma istrinya yang tidak puas dengan keadaan hidup mereka yang teramat sangat pas-pasan, hinaan dari ibu mertuanya dan permintaan anak-anaknya yang tidak mungkin dapat Murad penuhi, tetap tidak mengubah prinsip Murad. Ia tetaplah menjadi seorang yang tidak dapat disuap. Ia bangga dengan dengan integritasnya itu.

Sekali lagi, prinsip teguh Murad diuji kembali ketika harus berhadapan dengan berkas Tuan Sabbane. Berkas yang hanya dengan satu buah tanda tangan dari dirinya, keadaan akan berubah total. Setan pun mulai memainkan peranannya untuk membuat sedikit keluwesan dalam sikap Murad. Tidak hanya itu, perlahan-lahan keadaan rumah tangganya semakin tidak harmonis akibat dari keadaan ekonomi yang memburuk. Hal ini membuat Murad mencari cinta wanita lain. Lewat Nadia, janda cantik yang juga adalah sepupunya dan lewat Nadia juga, mahasiswi Fakultas kedokteran, ia  melampiaskan rasa frustrasi dan nafsunya.
Manusia adalah makhluk yang bisa berubah setiap saat. Baik berubah menuju kebaikan ataupun berubah menuju kesesatan. Di sanalah Murad melewati proses revolusi diri.
Apakah Murad masih dapat bertahan dengan prinsipnya sebagai orang bersih. ataukan ia rela menggadaikan prinsipnya itu dengan lembaran-lembaran dolar.

Tahar Ben Jelloun adalah sastrawan terkemuka dunia yang menulis dalam bahasa Prancis. Lahir di Fez, Maroko, 1 Desember 1944. belajar filsafat di Universitas V Rabbat. Tahun1971 ia hijrah ke Prancis dan berhasil meraih gelar doctor dalam bidang psikiatri social. Pada tahun 1987 ia meraih Prix Goncourt―hadiah sastra paling terkemuka di Prancis untuk novelnya Malam pertama. Sat ini ia menetap di Paris bersama istri dan ketiga anaknya.
Novel Korupsi atau L’Homme rompu hasil karyanya ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.


NERAKA CERMIN

NERAKA CERMIN: Persembahan Menawan Sang Edogawa Rampo

Resensi: Noviane Asmara
Detail buku:
Judul : Neraka Cermin
Penulis : Edogawa Rampo
Penerjemah : Anton WP
ISBN : 978-979-1032-50-6
Tebal : 104 Halaman
Cover : Soft Cover
Kategori :  Fantasy Mystery
Penerbit : Bukukatta
Terbit : Januari 2011

Mendengar kata Edogawa, langsung mengingatkan saya pada serial komik Detektif Conan Edogawa. Serial komik ini begitu fenomenal dan begitu disukai banyak orang. Bukan saja anak-anak, tetapi orang dewasa pun menyukainya, termasuk saya.
Walaupun jujur, ada sedikit rasa bosan saat ini ketika membaca serialnya. Serial yang sudah mencapai seri ke 56. Selain serial komiknya, Detektif Conan Edogawa ini telah dibuat serial film kartunnya, yang diputar disalah satu televisi swasta. Film kartun ini sempat menjadi tontonan favorit dan wajib saya tonton.

Di sini saya tidak akan membahas tentang Detektif Cilik Conan Edogawa. Tapi nama Edogawa yang diambil oleh Sinichi Kudo sebagai nama untuk penyamaran dirinya.
Nama Conan kita sudah tahu berasal dari nama Sir Arthur Conan Doyle, penulis cerita Detektif Sherlock Holmes yang terkenal itu. Namun nama Edogawa, jarang orang yang tahu, berasal dari mana nama itu. Ternyata nama Edogawa diambil dari penulis besar Jepang yang bernama Edogawa Rampo.
Edogawa Rampo ini dijuluki sebagai Bapak Cerita Misteri Jepang. Julukan itu begitu tepat disandangnya, mengingat karya-karya yang beliau hasilkan benar-benar memikat dan penuh misteri. Edogawa juga menciptakan tokoh detektif Kogoro Akechi dan Kobayashi Shōnen dalam novel detektifnya yang ditujukan untuk kaum muda.
Dari sekian banyak cerita yang telah  beliau tulis, kali ini saya berkesempatan membaca enam buah karyanya yang tegabung dalam Novel Neraka Cermin yang diterbitkan Bukukatta.

Keenam cerita yang menurut saya semua penyajiannya sangat khas dan sangat ‘Edogawa’ sekali, berhasil membuat saya kagum.
Tengok saja betapa uniknya hobi seorang Tanuma terhadap benda yang dapat memantulkan bayangan dan juga semua bentuk lensa. Hobi yang lama-lama berubah menjadi obsesi dan mengantarkannya ke dalam maut. Edogawa meramu cerita misteri yang tidak biasa ini dalam kisah Neraka Cermin. Lain lagi dengan kisah Jurang, yang juga unik. Unik karena cerita ini hanyalah berupa percakapan antara dua tokoh, tokoh Wanita dan tokoh Pria. Di mana dari percakapan-percakapan ini terangkai sebuah misteri pembunuhan. Misteri pembunuhan seorang suami oleh istrinya. Pengungkapan siapa yang membunuh, motif terjadinya pembunuhan, alibi si pembunuh dan apa yang ingin dicapai oleh si pembunuh pun terungkap hanya dengan dialog-dialog yang mengalir deras dari kedua tokoh ini. Hasil akhirnya… begitu membuat saya terpukau. Karena itulah saya sangat menyukai cerita Jurang ini dari keenam cerita lainnya.
Cerita yang tak kalah menariknya adalah kisah Kembar: Pengakuan Seorang Penjahat pada Pendeta. Kisah seorang penjahat yang dihukum mati akibat perbuatannya. Dia berniat bertobat dan mengakui semua kejahatan-kejahatan besar yang pernah dia lakukan sebelumnya, termasuk satu kejahatan besar dan merupakan kejahatan pertama kali yang dia lakukakan, yang selalu menghantui kehidupannya. Membunuh Kembarannya
Cerita misteri lainnya yang juga menjadi favorit saya adalah Kursi Bernyawa. Cerita yang penuh dengan teka-teki. Kemudian ada cerita Dua Orang Pincang dan cerita Ulat sebagai penutup yang sempurna dari  buku kumpulan cerita dari Edogawa Rampo ini.

Setelah membaca keenam cerita misteri hasil goresan tangan ajaib Edogawa Rampo ini, kekaguman saya bertambah besar. Ternyata Jepang tidak hanya mempunyai penulis besar semacam Eiji Yoshikawa dengan karyanya yang gemilang dalam kisah epik dan Sastra Jepang lainnya, tapi Jepang juga mempunyai penulis cerita misteri yang cerdas seperti Edogawa Rampo, yang terlahir dengan nama asli  Hirai Taro.
Mendengar kata Hirai pun, mengingatkan saya pada penyanyi Jepang favorit saya, dengan lagu-lagunya yang selalu berhasil menghanyutkan saya, apalagi ketika saya sedang membaca novel yang sedikit berbau romance. Dia adalah Hirai Ken, atau lebih sering dikenal sebagai Ken Hirai.
Kira-kira ada hubungan apa yah antara Hirai Taro dan Hirai Ken ini? ^ _

THE EVOLUTION OF CALPURNIA TATE

Belajar Terori Darwin bersama Callie Vee


Resensi: Noviane Asmara
Detail Buku :
Judul : THE EVOLUTION of CALPURNIA TATE
Penulis : Jacqueline Kelly
Penerjemah : Berliani M. Nugrahani
Penyunting : Nadya Andwiani
Korektor : Nani
Tebal : 383 Halaman
Harga : Rp 52.500
Cover : Soft Cover
Penerbit : Matahati
Cetakan : November

CALLIE Vee. Begitu orang-orang memanggilnya. Tetapi ia terlahir dengan nama lengkap Calpurnia Virginia Tate. Ia adalah anak perempuan keluarga Tate satu-satunya yang berusia sebelas tahun dari tujuh bersaudara. Tumbuh dan besar bersama tiga kakak dan tiga adik laki-lakinya bukanlah hal yang mudah baginya. Karena ia menjadi satu-satunya anak perempuan yang harus mengikuti aturan kuno dan tradisi kala itu.

Mengambil setting desa Fentress, Texas 1899. Tahun yang bisa dibilang masih kuno. Dengan bermacam aturan tetekbengek yang saat ini tidak masuk akal, sampai masalah rasisme yang masih kental.

The Evolution of Calpurnia Tate ini mengisahkan perjalanan hidup seorang Callie Vee menjelang usia dua belas tahun yang penuh rasa ingin tahu.. Ia berusaha menemukan jati dirinya dan berusaha mendobrak adat dan aturan kuno yang mengungkung hidupnya.
Semua itu bermula ketika ia mempunyai segudang pertanyaan tentang kebiasaan binatang dan makhluk hidup di sekitar rumahnya. Dan tidak seorang kakaknya pun mengetahui jawabannya, alih-alih ia diminta bertanya kepada Walter Tate, sang Kakek.
Kakek yang menurut Harry kakak tertuanya, mempunyai pengetahuan luas dan dapat menjawab semua bentuk pertanyaan yang dimiliki Callie. Hanya masalahnya adalah sang Kakek terkenal tidak dekat dengan cucu-cucunya dan dimungkinkan tidak mengetahui nama dari ketujuh cucunya itu. Begitu pun para cucunya, mereka enggan bertanya dan dekat kepada sang Kakek.

Callie akhirnya memberanikan diri mengunjungi Kakeknya di laboratorium―tempat yang selalu dihabiskan Kakeknya seharian. Saat mengajukan pertanyaan pertama dengan rasa gentar, alih-alih jawaban yang Callie terima, ia malah diberikan pertanyaan balik oleh sang Kakek. Persahabatan antara keduanya pun akhirnya terbentuk.
Untuk ukuran anak perempuan seusianya, Callie seharusnya belajar piano, merajut, menyulam bahkan memasak. Tapi ia tertarik pada sains. Keingintahuannya terhadap dunia sains begitu besar, terlebih terhadap perilaku makhluk hidup di sekitarnya.
Seperti mengapa belalang kuning berwarna kuning agar bisa bertahan lama di tengah kekeringan; agar burung-burung tidak bisa melihat mereka di tengah hamparan rumput yang menguning. Belalang hijau, yang menjadi mangsa empuk burung-burung, berusia lebih pendek. Hanya yang kuning yang bisa bertahan hidup karena mereka lebih kuat untuk bertahan di tengah cuaca panas.

Callie jatuh cinta terhadap dunia ini. Dan ketika ia tidak dapat meminjam buku yang sangat ia inginkan di perpustakaan sekolahnya, karena dinilai belum pantas membacanya, secara tak disangka-sangka ia mendapatkan buku tersebut dari Kakeknya yang mengambilnya dari koleksi  perpustakaannya. The Origin of Species karya Mr. Darwin.

Hari-hari Callie ia habiskan bersama Kakeknya. Pergi ke Hutan dan sungai mencari spesimen-spesimen baru. Meneliti, menganalisa, membandingkan, berteman dengan mikroskop, stoples dan cairan pengawet. Callie menyukai hari-hari bersama Kakeknya. Karena cakrawalanya terbuka lebar dan menawarkan sesuatu yang penuh dengan tantangan dan dunia baru.
Lambat laun Margaret, ibunda Callie merasa keberatan akan perilaku putri semata wayangnya. Akhirnya ia menerapkan disiplin ketat untuk Callie. Hari-hari Callie dijejali dengan segudang aktivitas berbau feminin. Ia diwajibkan merajut kaus kaki untuk keenam saudara lelakinya, menjahit, merenda, membuat pie apel dan bermain piano. Ibunya menginkan Callie menjadi seorang debutan. Sesuatu yang tidak pernah tercapai oleh dirinya semasa muda.
Callie tidak mempunyai pilihan. Keputusan sang Ibu menjadi mimpi buruk baginya, takdir yang tak bisa ia tolak.
Pernah suatu ketika ia menyampaikan keinginannya menjadi seorang Ilmuwan, tapi langsung disambut dengan tatapan kamu-adalah-seorang-perempuan.
Tapi bukan Callie si pendobrak namanya yang harus menyerah pada keadaan. Ia tetaplah seorang calon ilmuwan. Panggilan jiwa rasa ingin tahunya lebih besar daripada rasa patuhnya. Callie pun kembali meneliti dan bermitra bersama Kakeknya.

Suatu ketika saat Callie dan Kakeknya berjalan-jalan ke hutan untuk mencari sesuatu yang baru, Callie menemukan tumbuhan vetch berbulu. Dan setelah mereka teliti, tumbuhan itu tidak ada dalam peta buku tumbuhan dunia. Maka mereka pun mengirimkan hasil penelitiannya ke Komite Taksonomi Tumbuhan di Washington D.C.
Jawaban atas surat meraka datang dalam bentuk telegram pribadi dua hari setelah Natal. Betapa terkejutnya Callie dan sang Kakek, ketika telegram tersebut menyatakan sesuatu yang positif. Dan bahkan nama mereka pun diabadikan sebagai nama spesies baru. Pencapaian yang luar biasa untuk Callie dan Kakeknya.

Buku ini menawarkan sesuatu yang baru. Sarat dengan pengetahuan akan makhluk hidup. Tentang pembahasan garis besar teori Darwin. Setiap bab dibuka oleh suatu Epigraf yang diambil dari The Origin of Species karya Charls Darwin.
Dengan membaca buku ini, kita akan mendapatkan keuntungan ganda. Tentang cerita ringan Callie Vee gadis sebelas tahun yang hidup di abad 19 beserta keuntungan memahami teori Darwin dalam bentuk rangkaian cerita.
Kita tidak akan dibuat jenuh atau merasa digurui, karena pemaparan kisah ini begitu halus tetapi mengena.
Buku ini wajib menjadi bacaan anak-anak yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi sekaligus cinta keluarga.

Ada satu kalimat positif yang patut kita contoh. “Pelajaran hari ini adalah: lebih baik melakukan perjalanan dengan harapan yang tersimpan di hati daripada tiba dengan selamat”
Artinya, kita harus merayakan kegagalan kita hari ini, karena ini adalah pertanda nyata bahwa petualangan kita di dunia penemuan belum berakhir. Hari ketika sebuah eksperimen berakhir adalah hari ketika eksperimen itu berakhir.

Jacqueline Kelly dilahirkan di New Zeland dan dibesarkan di bagian barat Kanada. Beberapa tahun kemudian keluarganya pindah ke El Paso, Texas. Ia adalah lulusan El paso University and Medical School di Galveston dan juga seorang lulusan dari University of Texas School of Law. Tetapi menulis cerita fiksi adalah kebanggaan dan kebahagiannya. The Evolution of Calpurnia Tate yang merupakan novel pertamanya ini  dirilis pada tanggal 12 Mei 2009.
Saat ini dia memiliki rumah bersama suaminya dan bermacam-macam anjing dan kucing di Austin serta Fentress, Texas. Dia berpraktik sebagai dokter dan pengacara.

Thanks buat Penerbit Matahati yang sudah memberikan kesempatan pada saya menjadi First Reader buku yang sungguh menawan, memesona dan sarat dengan pengetahuan ini. Saya senang bila Matahati terus menerbitkan buku dengan genre yang serupa kisah Calpurnia ini.