Maret 16, 2011

SILVER STONE

Resensi Noviane Asmara
Penulis : Ardina Hasanbasri
Penyunting : Jia Effendie
Penyelaras : Ida Wajdi
ISBN : 978-979-024-468-9
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 313 Halaman
Harga : Rp 39.900
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Cetakan: I, Januari 2011

Saya merasa senang, akhirnya Atria tidak hanya menerbitkan buku-buku terjemahan saja, tetapi sudah mulai berani menerbitkan buku lokal, hasil goresan anak bangsa.

Awalanya saya tidak menduga bahwa buku ini adalah buku yang ditulis oleh penulis lokal, karena ketika membaca judulnya “Silver Stone”, yang menggunakan bahasa asing, saya berpikiran bahwa ini adalah buku terjemahan.

Tapi memang bebarapa waktu belakangan ini, ada banyak bermunculan buku cerita atau novel yang bergenre fiksi fantasi hasil penulis-penulis berbakat Indonesia, yang hampir seluruh judul buku mereka menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin pemakaian Bahasa Inggris dalam judul, bermaksud agar buku tersebut lebih terdengar mendunia atau mungkin agar lebih familiar saja.

Buku Silver Stone ini terdiri dari tujuh bab, di mana setiap babnya terdiri atas bebarapa sub bab. Tujuh bab itu adalah:

Sang Putri

Anak Tukang Kayu

Sang Pangeran

Para Monster

Naga

Batu

Sang Kesatria

Yang unik dan hebat dari setiap bab ini adalah terdapat kata-kata pembuka yang merupakan kalimat bijak atau pepatah yang merupakan sari dari bab-bab tersebut dan merangkum cerita yang ada di dalam setiap babnya. Dan sebagai pemanis, dalam setiap bab ini juga, dibuat indah dengan hadirnya gambar siluet dari judul bab yang tercantum. Misalnya siluet seorang putri dari bab Sang Putri, atau siluet lucu tapi cukup mengerikan yang mewakili Siluet Sang Monster. Sangat kreatif dan manambah nilai tambah untuk buku ini.

Terdapat satu kalimat pembuka yang menjadi favorit saya. Kalimat pembuka pada bab Anak Tukang Kayu.

Sama halnya seperti sebuah cerita, setiap orang memiliki keunikan mereka masing-masing. Keunikan itu bias menjadi kelemahan atau bias jadi penentu kehebatan. Semua tergantung pada orangnya. Namun, kadang kita merasa berkecil hati bila mendengar tanggapan orang-oarang mengenai kita. Akhirnya kita terjebak dalam situasi di mana potensi diri tidak dapat berkembang seutuhnya. Tak aka nada yang berubah, kecuali kita sendiri yang ingin mengubahnya.

Buku yang menceritakan tentang seorang Putri dari sebuah kerajaan yang melarikan diri ini, berakhir dengan kebahagian atau happy ending.

Cerita yang disuguhkan cukup menarik, khasnya sebuah buku dongeng. Banyak keterlibatan tokoh di dalamnya. Seperti Penyihir, Naga, Pangeran, Keluarga Tukang Kayu dan lainnya. Tetapi saya sempat merasa kelabakan saking banyaknya nama tokoh yang harus saya ingat. Apalagi nama-nama tokohnya sudah sering muncul di dalam buku-buku cerita fiksi fantasi atau dongeng yang pernah saya baca sebelumnya. Andai saja namanya sedikit berbau nama Indonesia, mungkin tidak akan membuat saya disorientasi akan tokoh yang ada. Dan mungkin pula ceritanya akan lebih lucu.

Dikisahkan Putri dari Kerajaan Meza, Alyssa Adora Celeste, pergi melarikan diri dari istananya, tepat seminggu sebelum hari pertunangannya. Bersama sang pengasuh yang juga pengawal pribadinya, Pasque, Putri Alyssa bertualang ke luar istana tanpa rencana dan tanpa tujuan. Alyssa melarikan diri karena ia merasa tertekan akan kehidupan di istananya, terutama ketika harus berhadapan dengan aturan dan etiket sebagai seorang Putri Raja. Ia pun merasa kesal akan sikap Theda, neneknya dan juga para sepupunya yang selalu menuntut ia berlaku sepantasnya dan selayaknya seorang Putri Raja.

Di tengah pelariannya, Alyssa bersama Pasque, bertemu dengan dua orang tua. Tepatnya dua kakek. Kakek-kakek itu secara fisik sangat jauh berbeda, tetapi meraka mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama seorang Penyihir Senior. Penyihir tua pertama adalah Maxim. Ia mempunyai benda magis yang diyakininya sebagai benda paling hebat di jagat raya. Sebuah Batu berwarna Perak.

Kakek penyihir kedua pun mempunyai benda magis yang tak kalah kehebatannya dengan benda yang dimiliki oleh Max, yaitu sebuah Tongkat Emas.

Ketika Alyssa bertemu keduanya, ia ditawari untuk mencari Batu Perak. Batu ajaib yang dapat menemukn apa pun yang dicari. Akhirnya Alyssa pun menyanggupi tawaran kedua kakek itu. Usaha kabur dari istana yang awalnya tanpa tujuan, akhirnya mempunyai tujuan pasti. Mencari Batu Perak itu yang dapat membantunya mencari takdirnya sendiri.

Perjalanan berikutnya, mempertemukan Alyssa dengankeluarga tukang kayu yang mempunyai empat orang anak yang berbeda karakter.

Akhirnya salah seorang anak tukang kayu yang paling lemah dan paling pesimis, Troy menjadi teman Alyssa dalam perjalanannya mencari batu yang bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan padanya.

Tapi perjalanan Alyssa dalam mencari batu itu tidaklah mulus seperti yang dikiranya. Ia harus menghadapi kakak beradik dari keluarga penyihir, yaitu Mirabel dan Ronda.

Selain harus menghadapi gangguan dan tipuan dari Mirabel dan Rhonda, Alyssa, Paque dan Trooy pun harus siap berhadapan dengan teka-teki dan sambutan makhluk-makhluk yang mengerikan.

Dalam satu peristiwa yang mengharuskan ia memasuki sebuah Rumah Misterius yang diyakini terdapat batu Perak yang ia cari, Alyssa bertemu dengan Sang Pangeran, yang ternyata adalah Pangeran yang akan ditunangkan dengan Effie, teman sekaligus musuhnya yang merupakan Putri dari kerajaan tetangga.

Akhir cerita dari kisah ini, seperti kebanyakan cerita tentang seorang Putri atau seorang Pangeran dari suatu kerajaan tertentu, adalah happy ending.

Buku ini sangat cocok dibaca oleh kalangan remaja, karena temanya tidaklah terlalu rumit dan bahasanya ang mudah dimengerti.

SUDDENLY SUPERNATURAL


Arwah di Sekolah
Resensi : Noviane Asmara
Penulis : Elizabeth Cody Kimmel

Penerjemah : Barokah Ruziati
Penyunting : Ida Wajdi

Penyelaras aksara: Fenty Nadia

Pewajah Isi: Aniza

ISBN : 978-979-024-467-2

Tebal : 207 Halaman

Harga : Rp 35.000

Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria

Cetakan I : Februari 2011

Saya membaca buku ini saat dalam perjalanan menuju Islamic Book Fair yang uniknya, saat itu saya satu mobil bersama sang penerjamah.

Saat itu si penerjemah menanyakan kepada saya tentang buku ini. Saya belum sempat menjawabnya, karena saat itu baru mencapai setengah bagian buku saja.

Melalui ulasan ini, saya akan menjawabnya.

Buku ini begitu ringan, tidak sampai membuat kening kita berkerut karena harus berpikir keras, sedikit menegangkan karena bercerita mengenai arwah yang penasaran, tapi tidak serta merta membuat kita takut. Dan bahasanya pun mengalir dengan apik sehingga mudah dipahami.

Para arwah merusak hidupku.

Aku menyalahkan ibuku.

Katslavina yang akrab dipanngil Kat, hidup bersama sang ibu yang mempunyai kelebihan. Kelebihan dan keunikan yang kadang membuat dirinya minder dan menjadi “aneh” di sekolahnya. Kelebihan yang merupakan aib untuk dirinya dan berusaha ia tutupi dari semua orang.

Ibunya adalah seorang Medium. Bukan dalam arti medium yang merupakan pertengahan antara kecil dan besar, tetapi lebih kepada penggambaran ideal tentang seorang perempuan vegetarian pembakar dupa dan pemakai rok India yang kebetulan bisa melihat dan berhubungan dengan orang mati.

Keadaan ini diperparah saat Kat pun akhirnya mengalami hal yang sama setelah berulang tahun ketiga belas. Kat dapat melihat arwah juga.

Di sekolah Kat tergolong murid yang genius. Tapi kegeniusannya tidak serta merta ia bisa masuk dalam geng popular dan mempunyai banyak teman.

Shoshanna, ketua dari geng popular akhirnya mendekati Kat hanya demi memanfaatkan kepintarannya. Saat Shoshanna berkunjung ke rumah kat untuk mengerjakan proyek biologinya, dia mengalami hal-hal yang aneh di rumah Kat, yang membuat bulu kuduknya meremang.

Suhu ruangan yang tiba-tiba menjadi sangat dingin, rangkaian jeritan, erangan dan raungan yang tiba-tiba berkumandang. Dan itu pastinya Arwah. Karena arwah seperti bayi. Mereka menjerit dan melolong saat menginginkan sesuatu, dan mereka akan terus melakukannya sampai kau mengatasi masalah mereka.

Hal ini membuat Shoshanna meyakini bahwa rumah Kat, berhantu. Dan ia memutuskan untuk membatalkan mengerjakan proyek sekolahnya dengan bantuan Kat.

Sejak peristiwa itu, Kat menjadi sendiri lagi. Sampai pada satu hari datang siswi baru, cewek mungil berambut merah yang selalu menyeret-nyeret tas Selo yang begitu besar. Jacqulieline.

Jac, akhirnya berteman dengan Kat. Mereka mempunyai banyak kesamaan dan saling cocok satu sama lain. Jac tidak serta merta meninggalkan Kat sebagai temannya seperti saat Shoshanna meninggalkannya dan menyebarkan isu tentang ibunya, saat Jac mengetahui keadaan sebenarnya.

Kat dan Jac kerap menghabiskan waktu di perpustaan sekolah. Sampai suatu hari Kat melihat sesesok gadis bertubuh kurus dan tinggi dengan rambut kepang dua dan berbaju seragam jadul. Kat yakin bahwa itu adalah arwah sekolah yang penasaran.

Bersama Jac, Kat pun melakukan penyelidikan mengenai siapa gadis itu. Dan apa yang hendak disampaikannya kepada Kat. Karena Kat merasa bahwa sang Arwah ini begitu penasaran akan kehidupan terkahirnya di dunia. Ada sesuatu yang belum selesai. Dan melalui kelebihan yang Kat miliki, Arwah tersebut meminta bantuan.

Dimulai dengan menelusuri lewat buku tahunan siswa, akhirnya kebenaran terungkap secara perlahan-lahan. Hal yang mengejutkan adalah, Jac mempunyai hubungan dengan si Arwah ini. Dan mau tidak mau, Jac harus terlibat semakin jauh demi membantu sang Arwah menyelesaikan urusannya dan kembali pada alamnya.

Siapa sebenarnya gadis yang arwahnya bergentayangan di Sekolah? Bagaimana dia meninggal dan urusan apa yang belum terselesaikan semasa hidupnya sampai-sampai ketika sudah mati dia masih saja mencari cara untuk menyelesaikan urusannya tersebut.

Jawabannya, ya hanya ada di sini, di buku pertama dari serial Suddenly Supernatural ini. Dan sudah terbit tiga buku lainnya di negera asalnya.

SISTERS RED

Dua Saudari Bertudung Merah

Resensi : Noviane Asmara
Penulis : Jackson Pearce
Penerjemah: Ferry Halim
Penyunting: Ida Wajdi
Pewajah Isi: Aniza Pujiati & Hadi
ISBN : 978-979-024-464-1
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 432 Halaman
Harga : Rp 55.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Cetakan: I, Februari 2011

Peringatan.

Untuk para gadis, waspadalah. Berhati-hatilah terhadap lelaki asing; tua ataupun muda yang kalian temui di mana saja. Di acara Festival, di tempat boling ataupun di studio les tari. Periksalah apakah mereka mempunyai tato anak panah atau tato koin atau mungkin tato lonceng di pergelangan tangannya?

Bila iya. Kalian dalam masalah besar. Karena mereka adalah Fenris. Fenris yang tidak hanya menjadikanmu mangsa empuknya, tapi juga akan mengubah hidupmu menjadi tidak sama lagi. Seperti hidup kakak beradik March.

SEJAK peristiwa tragis beberapa belas tahun yang lalu, hidup kakak beradik March, Scarlett dan Rosie sudah tidak sama lagi. Mereka kini hidup sebagai pemburu alih-alih pelajar. Mereka memburu sosok yang dikenal sebagai Fenris, manusia serigala.

Scarlett March berusia delapan belas tahun, hidupnya kini hanya difokuskan untuk berburu Fenris. Berburu telah menjadi kesenangan dan obsesinya. Hasratnya akan terpuaskan bila dia sudah dapat membunuh Fenris yang telah mengambil mata kanannya dan meninggalkan luka-luka mengerikan di sekujur badannya, saat dia melindungi Rosie dari sebuah serangan sadis semasa kecil dulu di rumah Oma March di Ellison

Sementara Rosie March yang dua tahun lebih muda dari Scarlett, mau tidak mau berutang nyawa terhadap kakaknya seumur hidupnya. Dia pun terpaksa bergabung dengan kakaknya berburu Fenris demi menebus apa yang telah kakaknya lakukan untuk dirinya. Walaupun jauh di dalam hatinya, Rosie mengharapkan kehidupan ‘normal’ layaknya gadis seusianya; sekolah, mengambil les gambar dan berkencan.

Bersama kakaknya, hal itu adalah hal yang sangat mustahil, karena itu berarti dia akan dianggap Scarlett mengkhianati dirinya, juga membiarkan para Fenris terus membunuh gadis-gadis yang tidak berdosa sebagai mangsanya.

Lett dan Ros mempunyai rekan berburu yang tangguh. Silas Reynolds. Anak dari Pa Reynolds yang telah mengurusi si kakak beradik March sejal nenek mereka meninggal. Pa Reynold pula yang banyak mengajarkan hal berburu pada kedua gadis March ini.

Silas yang mempunyai lima saudara lelaki dan tiga saudara perempuan, telah lama bersama dengan kedua gadis March ini nberburu Fenris.

Sampai suatu saat mereka bertiga pergi ke acara Festival Musim Apel di taman Ellison. Rosie sebagai umpan. Rosie mengenakan tudung merah. Tudung yang memiliki fungsi ganda―warnanya memancarkan gairah seks, dan nafsu cabul yang sama sekali tidak bisa ditolak para serigala, dan bahan kainnya menyembunyikan sebuah alat yang mendatangkan kematian bagi mereka.

Usaha perburuan mereka awalnya berjalan mulus dan mereka telah berhasil membunuh hampir seratus ekor Fenris dari bermacam-macam kelompok. Tapi kemudian terjadi hal-hal yang aneh. Kini ketika mereka bertemu dengan Fenris, baik secara tunggal maupun bergerombol, para Fenris itu tidak lagi berusaha memangsa mereka. Mereka terlihat menahan diri. Ternyata para Fenris itu mempunyai tujuan yang lebih penting untuk saat ini, yaitu berburu Calon.

Calon yang akan mereka ubah saat bulan Purnama hanya dengan satu gigitan saja.

Kembali tiga pemburu ini beraksi untuk berburu Fenris dan mencari si Calon. Mereka berpacu dengan waktu. Karena bila terlambat sedikit saja, mereka tidak dapat menyelamatkan Calon tersebut. Dan bila para kelompok Fenris yang mendapatkannya lebih awal, artinya Calon tersebut akan berubah menjadi Fenris, sosok monster yang akan meneror kehidupan manusia.

Lett, Ros dan Sil pun terus mencari tahu cirri-ciri Calon tersebut. Dan akhirnya petunjuk mengarahkan bahwa sang Calon adalah seorang lelaki yang merupakan anak ketujuh dari anak ketujuh dan berumur kelipatan tujuh saat fase pergerakan bulan. Dan saat bulan telah sempurna, saat itulah yang akan mengubah si Calon menjadi Fenris.

Namun kenyataan mengejutkan dan menyakitkan harus mereka terima. Calon yang mereka cari-cari selama ini ternyata begitu dekat dengan mereka. Mereka harus berjuang untuk menyelamatkan si calon itu, walaupun ketiga pemburu itu harus menukarkan jiwa mereka.

Dalam kisah Sisters Red ini, Pearce tidak hanyan menyuguhkan adegan-adegan tentang perburuan dan pertempuran melawan Fenris, tetapi juga menyelipkan adegan romansa.

Cinta segitiga yang selalu membuat salah seorang terluka. Sil terlibat asmara dengan Lett dan Ros. Kedekatan antara Sil dan Ros yang semakin mesra dan hangat membuat Lett terluka dan dikhianati, walaupun Lett tahu bahwa jauh di dalam jiwanya, sudah tidak pernah ada rasa cinta, karena gairah yang dia rasakan adalah gairah ketika sedang berburu. Karena dia adalah pemburu sejati.

Ketika membaca bab-bab awal sampai bab pertengahan alurnya tidak begitu cepat. Tetapi mengarah pada setengah bab terakhir, alur melaju semakin cepat dan semakin menegangkan. Misteri kehidupan masa lalu dari Trio pemburu ini semakin terkuak dan kejutan-kejutan perlahan-lahan terjadi, menambah ketegangan saat membacanya.