Juli 27, 2011

KETIKA DIA KEMBALI


Resensi oleh Noviane Asmara

KETIKA DIA KEMBALI
Penulis : Rini Nurul B.
Penyunting: Retnadi Nur’aini
ISBN : 978-602-99043-3-8
Tebal : 136 Halaman
Kover : Soft Cover
Harga: Rp
Penerbit : Halaman Moeka Publishing
Cetakan: I, Juni 2011


Novel Ketika Dia Kembali adalah novel dengan kisah yang mengangkat dua buah tema. Tapi saya hanya akan mengulas kisah ini dari sisi tema yang satu saja, karena saya pikir satu tema lagi yang ingin penulis bagi di sini kepada para pembacanya adalah tema kejutan yang akan mengungkapkan teka-teki dari cerita yang disajikan bahkan dari judul yang ditawarkan. Tema ini menjadi kunci jawaban sekaligus tema yang sangat menarik terutama karena tema ini percaya atau tidak percaya, ada di sekitar kita dan bisa terjadi kepada siapa saja. Tema yang kental dengan masalah psikologi manusia. Dan saya tahu, tema ini sengaja tidak disebutkan dalam sinopsis yang tertera di kover belakang, karena penulis ingin memberikan sebuah kejutan dan juga mengajak kita untuk berpikir. Bila saya sebutkan, tentulah ini menjadi spoiler, dan para calon pembaca buku ini nantinya akan kehilangan kejutan dan rasa geregetnya.
Satu tema yang akan banyak saya ulas di sini yaitu bullying.

Menurut Dian P. Adilla, Psi, Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya (korban disebut bully boy atau bully girl) berupa stres. Apalagi Bully biasanya berlangsung dalam waktu yang lama (tahunan) sehingga sangat mungkin memengaruhi korban secara psikis.
Bentuk Bully terbagi dua, tindakan langsung seperti menyakiti, mengancam, atau menjelekkan anak lain. Sementara bentuk tidak langsung adalah mendiamkan, menghasut, atau mengucilkan anak lain, tujuannya adalah sama, yaitu untuk “menekan” korbannya, dan mendapat kepuasaan dari perlakuan tersebut.
Pelaku puas melihat ketakutan, kegelisahan dan bahkan sorot mata permusuhan dari korbannya.
Karakteristik korban Bully adalah mereka yang tidak mampu melawan atau mempertahankan dirinya dari tindakan Bully.
Bully biasanya muncul di usia sekolah. Pelaku Bully memiliki karakteristik tertentu. Umumnya mereka adalah anak-anak yang berani, tidak mudah takut, dan memiliki motif dasar tertentu. Motif dasar utama yang biasanya ditenggarai terdapat pada pelaku Bully adalah agresifitas. Padahal, ada motif lain yang juga bisa dimiliki pelaku Bully, yaitu rasa rendah diri dan kecemasan. Bully menjadi bentuk pertahanan diri yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah diri dan kecemasannya tersebut.


Bullying tidak hanya terjadi di sekolah, bahkan dapat terjadi di kantor, dunia maya, kancah politik dan militer. Dampak yang terjadi pada korban adalah stres tingkat tinggi dan dorongan untuk bunuh diri

Kisah ini berawal dari datangnya seorang siswi baru ke SMA Bintang Timur. Bea. Demikian nama gadis itu. Kenyamanan SMA Bintang Timur yang sedari awal “terjaga”, mendadak berubah seiring dengan hadirnya Bea.
Sejak Bea hadir menjadi salah satu siswa di sekolah itu, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi. Berawal saat Meis secara tidak sengaja menemukan CD yang berisi potongan gambar horor di Lab saat siswa-siswa kelas XI B akan praktik. Gambar di dalam CD tersebut sontak membuat Meis terkejut dan ketakutan. Karena gambar di dalam CD tersebut memperlihatkan sesosok wajah seorang siswa mantan SMA Bintang Timur yang sudah meninggal. Sophia. Bagaimana sosok orang yang sudah meninggal tiba-tiba bisa hadir di tengah ketenteraman acara belajar para siswa dalam bentuk video horor?

Selang beberapa waktu, kejadiah aneh dan mengerikan kembali terjadi. Penghuni SMA Bintang Timur, mulai dihinggapi perasaan waswas dan ketakutan.
Begitu pun dengan Sarah―teman sekelas Bea yang lemah lembut dan penurut. Anehnya hal ini juga terjadi pada Kanya dan Libra. Mereka adalah dua gadis yang dihindari oleh semua siswa Bintang Timur. Semua siswa Bintang Timur takut terhadap kedua gadis itu. Dan tamatlah riwayat para siswa itu bila harus berhadapan dengan duo pembawa horor. Dua gadis itu gemar memeras, meminta contekan tugas kepada siswa yang pintar dan mengancam para korbannya bila keinginan mereka tidak dipenuhi, bahkan tega menganiaya bila sang korban terang-terangan memperlihatkan perlawanan dan berusaha melawan.
Kanya dan Libra adalah sebuah masalah yang harus dibasmi dengan tindakan bullying mereka yang ternyata telah lama mereka lakukan. Dan ironisnya, hal itu didiamkan oleh pihak sekolah karena masalah nepotisme dan kekuasaan orangtua yang menaungi mereka.

Bea adalah siswa yang berbeda dengan siswa kebanyakan di Bintang Timur. Walaupun ia siswa baru, tetapi Bea tidak tinggal diam ketika melihat kedua kakak kelasnya itu memeras Sarah, temannya dan juga dirinya. Di setiap kesempatan, Bea berusaha merintangi dan menentang mereka. Dan hal itu menjadikan duo horor, Kanya dan Libra membenci Bea. Mereka merasa terganggu atas sikap perlawanan yang Bea tawarkan, alih-alih rasa takut dan hormat yang mereka dapatkan.

Sementara itu, bayang-bayang misterius yang menghantui Bintang Timur semakin mencekam dan beritanya tercium oleh wartawan. Sehingga sebuah tabloib terkenal menurunkan Head Line dengan judul: SEKOLAH NGETOP YANG ANGKER. Hal itu tentu saja merusak citra SMA Bintang Timur yang selama ini terkenal sebagai sekolah swasta unggulan yang hebat dan bersih.
Dan ternyata semua kejadian misterius yang menimpa pada SMA Bintang Timur, semuanya berawal dari tindakan Bullying yang dilakukan Kanya dan Libra. Dua gadis malang yang bermasalah.

Pengungkapan akan terkuaknya siapa “Dia” di dalam kisah Ketika Dia Kembali pun sungguh memukau. Penulis sebelumnya berhasil mengecoh saya sebagai pembaca, hingga saya menyadari bahwa tema kedualah yang menjadi jawaban atas semua misteri dan kejadian yang menimpa Bintang Timur.

Perasaan merinding dan sedikit takut, sempat mewarnai suasana ketika saya membaca buku ini. Jujur saya merinding membaca tentang saat teror horor berlangsung. Apalagi saat berlangsungnya acara Bedtime Story. Sebuah acara live di radio, di mana pendengar bisa berbagi dengan sang penyiar menceritakan pengalaman horor di tengah malam. Dan salah seorang siswa Bintang Timur sempat menceritakan cerita horor yang sedang terjadi di sekolahnya.

Tapi untungnya, saya pernah membaca beberapa buku terjemahan yang memang terang-terangan mengangkat tema kedua dari buku Ketika Dia Kembali ini. Jadi saya tidak menemukan kesulitan yang berarti untuk memahami apa yang penulis sampaikan.

Bagi penggemar suspense, buku ini layak untuk dibaca. Disamping itu, kita akan diperkenalkan pada masalah psikologi manusia yang tidak lazim. Keunikan dan keasikan itulah yang akan kita dapati di buku ini. Ditambah lagi, ketegangan kita sesekali akan mencair akibat kelakar dan kata-kata saling meledek dalam dialog yang disajikan.

Buku ini ditulis dengan bahasa yang (sangat) kita gunakan sehari-hari. Tapi jujur saya sedikit merasa terganggu, karena saya jadi merasakan kehilangan rasa “membaca” dari buku ini. Mungkin bila bahasanya tidak terlalu dibuat dan ditulis seperti adanya saat kita berbicara dalam kehidupan sehari-hari, saya akan merasakan sensasi membaca yang seutuhnya.
Tetapi hebatnya dari penulisan buku ini adalah minimnya typo yang saya temukan. Dan hal ini sangat dimungkinkan mengingat background sang penulis yang merupakan seorang penerjemah dan penyunting senior. Jadi, ia sudah sangat gape dan juga banyak memakan asam-garam dalam hal penulisan.

Sayangnya, saya hanya baru dapat menikmati satu buku tulisannya. Walau saya tahu bahwa sang penulis sebelumnya telah menulis buku dengan judul yang tak kalah menarik. Tapi saya tidak bersedih, karena karya terjemahannya telah banyak saya nikmati.

Penasaran atas misteri-misteri yang bertebaran di Bintang Timur? Kepengin tahu lebih dalam tentang siapakah Bea, Kanya, Libra dan apa hubungannya dengan Sophia? Dan apa pula isu yang terselubung di balik kisah dari buku dengan tebal 136 halaman ini? Sebaiknya dibaca dan temukan sendiri jawabannya.

Rini Nurul Badariah seorang penerjemah dan penyunting lepas. Saat ini ia tinggal di Bandung bersama suaminya.
Untuk mengetahui profilnya lebih lanjut, silahkan kunjungi www.rinurbad.com

4 komentar:

  1. dari kabar yang beredar buku ini buku horor ya? wah saya gak begitu suka dengan "hororisme". kalau ada orang yang di-bully terus ia membalas dendam dengan cara meng-hack semua gadget yang dimiliki si pelaku bullying, sehingga tiap buka hp, yang muncul gambar serem sama tawa kuntilanak, dan tulisan2 mengancam. begitu juga saat ia membuka komputernya misalnya. foto profil facebooknya berubah jadi gambar pocong, kayaknya malah lebih asyik.
    wah kayaknya saya harus nulis buku sendiri deh. ha ha ha ha

    BalasHapus
  2. Tet tot, tebakanmu salah Mas, walo ga semuanya salah.
    sebenernya buku ini ga horor2 banget sih. dan bukan semacam The Ring-nya Sadako. Gimana yah jelasinnya, heheh. takut terjebak ama Spoiler sih Mas. soalnya yang aku tangkap, penulisnya ini ingin menyampaikan satu isu di mana hal itu bs saja terjadi pada semua orang. dan hal itu penyebabnya bisa macem-macem. Ya di buku ini kasus penyebabnya ya Bullying itu :)
    eh PM or DM aja yah klo penasaran...
    tengkyu sudah mampirr...

    BalasHapus
  3. Thriller ya nov? Tapi over all seru nda? *tertarik*

    BalasHapus
  4. Mbak Nissa, gada bunuh-bunuhannya sih. Klo Thriller kan biasanya ada bunuh2annya yah? dibilang horor pun, ya ga horor banget, tapi ada suspense-nya lha. Over all bagus kok. klo bintang sih aku ksh 3.
    tau dunk mbak Rini Nurul Badariah , heheh..
    belinya kudu online mbak, via halaman moeka dot com.
    happy hunting yah...

    BalasHapus