Juni 30, 2011

THE HERETIC'S DAUGHTER


Resensi oleh Noviane Asmara 
THE HERETIC'S DAUGHTER: 
Paranoia yang ironisnya menjamur di tengah ketaatan beribadah 
Penulis : Kathlenn Kent
Penerjemah : Leinovar Bahfein
Korektor : Tisa Anggriani
Tebal : 282 Halaman
ISBN : 9786029625554
Cover : Soft Cover
Genre : Historical Fiction
Penerbit : Matahati
Cetakan : I, Mei 2011


Selalu saja menarik untuk saya, bila suatu buku diangkat berdasarkan sejarah yang pernah ada. Karena sejarah menandakan adanya peristiwa yang terjadi di masa lalu. Sejarah tidak dapat diubah sampai kapan pun, bahkan bila hal itu telah melewati beberapa dekade, abad atau milenium sekalipun.

Kali ini Matahati menerbitkan buku dengan judul The Heretic’s Daugter yang ber-genre fiksi sejarah. Buku yang mengambil setting Massachussets di pertengahan abad 17 ini mengangkat isu tentang keberadaan penyihir yang hadir di tengah kehidupan warga.
Isu yang timbul di tengah maraknya wabah cacar yang melanda, dan juga di tengah serangan-serangan brutal orang Indian yang datang berbertubi-tubi. Kesemuanya itu diyakini sebagai bagian dari pekerjaan Iblis.

Kisah berawal dari Keluarga Carrier yang mendadak harus mengungsi dari desanya, karena salah satu anggota keluarga mereka terjangkit penyakit cacar. Mereka terpaksa mengungsi dari Billerica―tempat mereka tinggal, agar tidak menyebarkan virus yang mematikan itu kepada warga Bellarica.
Andover, desa di mana nenek Sarah Carrier dari pihak ibu menetap, menjadi tujuannya. Tetapi Thomas dan Martha Carrier, memutuskan untuk mengungsikan kembali kedua putri mereka, Sarah dan Hannah secara diam-diam ke rumah bibi mereka di Bellarica, karena dikhawatirkan akan tertular cacar juga bila tetap bersama keluarganya.

Di rumah bibinya, Sarah dan Hannah mendapatkan kehidupan yang jauh lebih hangat daripada di rumah mereka sendiri. Sampai-sampai Sarah menjadikan Paman, bibi dan sepupunya itu idolanya.
Sarah tidak pernah tahu, mengapa keluarganya dan keluarga bibinya tidak akur. Yang ia tahu, pamannya tidak seperti yang diceritakan oleh ayah maupun ibunya. Tapi kelak ia mengalami dilema saat perlahan-lahan kebenaran terungkap.

Jika bukan untuk raja, maka untuk negara. Jika bukan untuk negara, maka untuk klan. Jika bukan untuk klan, maka untuk saudaraku. Jika bukan untuk saudaraku, maka tidak lain untuk rumahku.
Kesetiaan kepada keluarga adalah nomor satu. (hal. 126)

Pepatah itulah yang Martha katakan pada Sarah, ketika putrinya itu bertanya ikhwal permusuhan yang terjadi antara Keluarga Carrier dan Toothaker, keluarga pamannya.

Saat wabah cacar mulai mereda, Sarah dan Hannah dijemput kembali oleh ayahnya. Tapi Sarah merasa ada yang salah dengan keluarganya. Sikap ibunya tidak sehangat bibinya di Billerica, padahal mereka adalah kakak-beradik.
Martha Carrier merupakan wanita yang keras, berlidah tajam, kaku dan kukuh terhadap prinsip. Ia tidak menyukai cara hidup tetangganya yang alih-alih terpuji dan berkelakuan baik karena selalu rutin beribadah, malah menjadikan mereka sebagai orang munafik dan selalu berprasangka buruk terhadap orang lain.
Dengan alasan itulah, Martha dan segenap keluarganya dibenci oleh warga Andover. Sampai akhirnya keluarga Carrier dituduh sebagai keluarga yang menganut aliran sesat dan mempraktikkan sihir.

Puncak peristiwa terjadi pada tahun Mei 1692. Pada tahun tersebut banyak wanita di wilayah koloni Massachussets, dari berbagai desa ditangkap dan ditahan kemudian dibawa ke Desa Salem untuk diadili. Mereka dituduh telah melakukan praktik sihir yang menyebabkan kegilaan dan banyak kerusakan.
Hal ini pun menimpa Keluarga Carrier. Mula-mula Martha Carrier ditahan karena tuduhan yang dilakukan warga setempat kepadanya yang menyatakan bahwa ia seorang penyihir. Terbukti dengan selalu menjadi nyata, sumpah serapah dan cacian yang ia layangkan pada warga. Martha pun divonis hukum mati―gantung. Hukumannya bisa menjadi lebih ringan bila ia mau mengakui atas semua yang dituduhkan pada dirinya. Tetapi Martha lebih baik menyerahkan akhir hidupnya di tiang gantungan, daripada harus mengakui hal-hal yang tidak ia pernah lakukan.
Selang beberapa waktu kemudian kelima anaknya, mengalami tuduhan yang sama. Richard, Tom, Andrew, Sarah dan Hannah, harus rela mendekam di penjara dengan tuduhan yang sama kejinya. Mereka masih mempunyai pilihan. Mengaku benar sebagai penyihir dan diringankan dari hukuman, atau bersikukuh bersama idealisme mereka dengan tiang gantungan sebagai ganjarannya.

Ada satu misteri yang hingga buku ini selesai, tetap tidak terungkap. Yaitu isi sebuah buku yang ditulis oleh Martha Carrier selama menikah dengan Thomas Carrier. Buku besar bersampul merah yang diwariskan Martha kepada Sarah, dengan amanat agar buku itu dibaca sampai Sarah siap. Tetapi hingga Sarah berusia 71 tahun, buku yang disinyalir berisi tentang rahasia Thomas Carrier, ayahnya, tidak pernah sanggup Sarah buka. Buku yang menurut ibunya diinginkan oleh sekelompok orang, hingga mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan buku itu.
Jujur, saya penasaran sekali dengan buku itu. Karena dalam The Heretic’s Daughter ini, sedikit sekali hal yang dibahas tentang masa lalu Thomas Carrier, selain hanya keterangan yang menyebutkan ia adalah seorang puritan dan mantan pengawal raja.

Buku ini menggambarkan bagaimana di abad itu, kehidupan penduduk Massachussets sarat dengan konflik. Konflik sosial, politik dan agama. Disamping harus menghadapi wabah cacar yang disebut sebagai penyakit yang berasal dari iblis, meraka juga harus selalu waspada terhadap serangan beberapa suku Indian yang sering datang dengan tiba-tiba, membantai warga dengan sangat sadis dan bebrapa diculik untuk dimintai tebusan.
Selain serangan penyakit dan serangan fisik yang datang dari luar. Warga Massachussets pun harus menghadapi serangan yang lebih kejam lagi. Fitnah. Dengan ditanamnya benih paranoia, yang menjadikan orang saling tuduh-menuduh untuk menyelamatkan diri sendiri.

Banyak hipotesis telah diutarakan untuk menjelaskan perilaku aneh yang terjadi di Salem pada 1692. Salah satu studi paling konkret, yang diterbitkan di jurnal Science pada tahun 1976 oleh psikolog Linnda Caporael, menyalahkan kebiasaan abnormal para terdakwa pada jamur ergot, yang dapat ditemukan dalam gandum, rumput gandum dan sereal lainnya. Ahli toksikologi ergot mengatakan bahwa makan makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan kejang otot, muntah, delusi dan halusinasi. Selain itu, jamur yang tumbuh subur di iklim yang hangat dan lembap―tidak terlalu berbeda dengan padang rumput lebak di Desa Salem, di mana gandum sebagai bahan pokok selama musim semi dan musim panas.

Sepintas mengenai Sejarah Kota Salem.
Kota Salem adalah satu-satunya kota di dunia yang diakui sebagai kota sihir yang sangat penuh misteri. Kota sihir yang benar-benar ada, tepatnya di Negara bagian Massachussets. Kota ini secara resmi telah ditetapkan sebagi Kota Sihir oleh Michael Dukakis, Gubernur Massachussets pada masa itu.
Kota ini ditetapkan sebagai kota sihir karena di kota ini pernah terjadi peristiwa yang sangat mengerikan. Peristiwa The Salem Witch Trial, peristiwa di mana lebih dari 150 penduduk kota ini ditangkap, diadili dan dihukum hanya karena dianggap mempraktikkan sihir.

Membaca The Heretic’s Daughter, membuat cairan empedu saya naik merayap ke tenggorokan. Menjadikan sulit untuk bernapas beberapa saat dan jantung yang seolah-olah berdetak tiga kali lebih kencang dari biasanya. Mual, menegangkan sekaligus mendebarkan. Itu sensasi yang saya rasakan.
Alurnya pun semakin lama semakin cepat. Dan kata-kata yang terangkai cukup mudah diikuti dan dipahami.

Kathleen Kent tinggal di Dallas bersama suami dan anaknya. The Heretic's Daughter adalah novel pertamanya. Sebagian besar buku yang telah memengaruhi dan menyentuhnya adalah fiksi sejarah.
Saat kecil buku favoritnya adalah The Quincunx karya Charles Palliser, "Instance of the Fingerpost karya Iain Pir, The Weight of Water karya Anita Shreve, dan The Source karya James Mitchener.
Saat ini ia sedang membaca sebuah buku berjudul "The Home Long" karya William Gay yang menurutnya merupakan salah satu penulis fiksi terbaik di Amerika saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar