Juli 29, 2011

THE DAY OF THE JACKAL


Resensi oleh Noviane Asmara
THE DAY OF THE JACKAL
Penulis : Frederick Forsyth
Penerjemah: Ranina B. Kunto
Penyunting: Adi Toha
Pewajah Isi : Dinar Ramdhani Nugraha
ISBN : 978-979-024-356-9
Tebal : 609 Halaman
Harga : Rp 79.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Serambi
Cetakan: I, Juni 2011


Seseorang yang tak dikenal… seorang pembunuh bayaran!

Bersetting Prancis pada tahun 60-an, novel ini mengisahkan tentang upaya pembunuhan terhadap Presiden Prancis kala itu, Jenderal Charles de Gaulle.
Percobaan pembunuhan ini telah enam kali dilakukan. Dan sebanyak enam kali pulalah kegagalan harus ditelan pahit oleh para petinggi OAS (Organisation L’Armée Sacrète).

Matinya Letnan Kolonel Jean-Marie Basytien-Thiry, pemimpin sebuah geng pembunuh dari OAS yang dihukum tembak mati pada 11 Maret 1963, tidak serta-merta mengakhiri upaya-upaya lebih lanjut untuk mencabut nyawa sang Presiden. Namun, takdir berkata lain. Hal itu justru menjadi permulaan.

Buku yang terbagi ke dalam tiga bagian ini, yakni; Anatomi Sebuah Perencanaan, Anatomi Perburuan Manusia dan Anatomi Pembunuhan, sangat kental dengan intrik politik.
Ketidakpuasaan beberapa golongan terhadap kebijakan Presiden de Gaulle, mendorong mereka melakukan aksi yang tidak hanya menggulingkan pemerintahan de Gaulle, bahkan dengan membunuh langsung Presiden tersebut.

Adalah Marc Rodin seorang komandan di Indo-China yang akhirnya dikirim ke Aljazair. Awalnya menganggap de Gaulle bak Zeus turun ke Gunung Olympus, saat de Gaulle mengunjungi Aljazair. Rodin yakin, kebijakan baru de Gaulle akan segera diberlakukan. Para komunis akan disapu dari jabatan mereka, para pengkhianat akan ditembak mati, serikat dagang akan ditundukkan dan dukungan sepenuh hati terhadap Prancis atas teman-teman dan saudara-saudaranya di Aljazair dan atas pasukannya yang melindungi perbatasan wilayah kekuasaan Prancis itu, akan segera tiba.
Tapi ternyata, de Gaulle mengambil langkah-langkah untuk memulihkan Prancis menurut caranya sendiri. Dan hal ini membuat Rodin hancur dan marah. Karena akhirnya terbukti bahwa konsep Charles de Gaulle tentang kebangkitan Prancis tidaklah mencakup Aljazair.
Yang tersisa pada dirinya tinggallah kebencian.
Kebencian terhadap sistem, terhadap politisi, terhadap cendikiawan, terhadap orang Aljazair, terhadap serikat dagang, terhadap para wartawan dan terhadap orang-orang asing.
Kemudian Rodin memimpin seluruh batalionnya ke dalam kudeta militer untuk menggulingkan pemerintahan pada bulan April 1961.

Dengan bercermin terhadap enam kegagalan sebelumnya dalam upaya pembunuhan Presiden de Gaulle, akhirnya Marc Rodin yang kini menjabat sebagai kepala operasi OAS, bersama dua teman seperjuangannya, René Montclair, bendahara dan André Casson, kepala jaringan bawah tanah di Metropole, melakukan pertemuan di Pension Kleist sebuah hotel kecil di Brucknerallee Wina, Austria pada pertengahan Juni 1963.
Hasil kesepakatan mereka adalah, membunuh de Gaulle dengan menggunakan orang asing, bukan orang dari kesatuannya atau dari negerinya sendiri.
Orang yang benar-benar asing―yang tidak mempunyai kepentingan politik atau idealisme seperti ketiga orang tersebut.
Orang asing yang bekerja secara profesional dan murni karena uang.

Dengan melibatkan jaringan bawah tanahnya, akhirnya mereka sepakat menggunakan jasa seorang asing―seorang pembunuh bayaran, yang kemudian dikenal dengan sandi Jackal (Jakal) yang berarti sejenis anjing liar berbulu kuning.
Kesepakatan telah dibuat. Sang Jakal akan bekerja dengan caranya sendiri tanpa campur tangan pihak OAS. Pihak OAS hanya perlu menyediakan dana awal sebanyak dua ratus lima puluh ribu dolar, dan sisanya sebanyak dua ratus lima puluh ribu dolar lagi akan diberikan, setelah pekerjaan Sang Jakal selesai.
Harga yang bagi mereka terbilang fantastis untuk sebuah nyawa seorang pengkhianat semacam Presiden de Gaulle.

Banyak hal menarik dan seru yang terjadi saat Sang Jakal mempersiapkan segalanya menjelang hari H. Hari di mana eksekusi akan dia lakukan terhadap de Gaulle.
Penyamaran pun mulai dilakukan. Pencurian paspor warga negara lain sebagai identitas baru dilakukan oleh Sang Jakal. Pembuatan SIM Internasional, pemalsuan paspor, pemesanan senjata sesuai yang ia butuhkan―ia lakukan secara detail dan sesempurna mungkin.
Latihan menembak pun, tidak lupa ia lakukan. Pengukuran jarak dan sudut tempat di mana ia akan melakukan aksinya telah ia perhitungkan dengan sangat cermat dan matang.
Sang Jakal memang luar biasa cerdas. Ia tahu, yakin, paham dan sangat ahli dalam bidangnya.

Di sisi lain, kepolisian Prancis dan pasukan pengawal Presiden Prancis, mencium adanya upaya pembunuhan (lagi) terhadap de Gaulle melalui agen-agen rahasia yang berhasil disusupkan.
Rapat besar pun digelar. Dan hasilnya pemerintah Prancis menyerahkan urusan penyelidikan dan pengejaran Sang Pembunuh Bayaran pada seorang Detektif Pembunuhan yang kariernya sedang menanjak pesat. Claude Lebel.
Bersama Lebel inilah, kita akan menyaksikan cara kerja seorang detektif Prancis untuk mengungkap dan menemukan identitas Sang Jakal, yang melibatkan tujuh petinggi keamanan di tujuh negara.
Lebel yang dibantu oleh Caron sebagai asistennya, sedikit demi sedikit menemukan jejak Sang Jakal. Ia bekerja sama tidak hanya dengan negara-negara di Eropa saja, tapi sampai menyeberang ke belahan benua lainnya.

Kecerdasan Sang Jakal dan Sang Detektif, perlu diacungi jempol. Mereka dua orang yang mempunyai tekad kuat. Berdedikasi terhadap pekerjaannya, tegas dan mempunyai insting yang tajam.
Lebel tahu, bahwa Sang Jakal akan mengumbar aksinya di hari yang tidak akan mungkin dihindari oleh de Gaulle. Hari di mana de Gaulle sebagai Kepala Negara, harus melakukan kegiatan rutin tahunannya.
Hari itu adalah Hari kemerdekaan Prancis, setelah merdeka dari Jerman pada 25 Agustus 1944.
Sang Jakal akan keluar dari persembunyiannya dan menjemput maut Presiden de Gaulle di hari bersejarah itu. Hari bersejarah untuk Prancis. Hari Kemerdekaan, 25 Agustus.

Membaca kisah ini, serasa menyaksikan sebuah film action. Di mana ada suara-suara ketidakpuasaan rakyat atau organisasi tertentu kepada pemerintahan akibat kebijakannya yang dinilai melukai harga diri dan hati mereka.
Pembalasan dendam dengan menghalalkan berbagai cara adalah hal yang mutlak dilakukan.
Bagaimana sensasi tegang dan perasaan mencekam saat pertemuan rahasia antara ketiga petinggi OAS itu berlangsung. Bagaimana mereka harus terus bersembunyi dari satu negara ke negara lainnya di Eropa, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Merasakan miris dan mual saat menyaksikan interogasi paksa yang dilakukan para polisi dan politisi terhadap tawanan yang mereka culik untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Cara kejam pun akan mereka lakukan.
Ditambah dengan beberapa warga sipil yang harus mati sia-sia akibat keegoisan Sang Jakal.

Kisah ini, terbukti membenarkan tentang paradigma bahwa politik itu kotor dan berlumur darah. Karena bila idealisme yang diperjuangkan, dan harga diri berbicara, apapun akan mereka lakukan. Sekalipun nyawa dan harga diri adalah taruhannya.


Frederick Forsyth lahir di Inggris pada 25 Agustus 1938. Dia menjalani wajib militer dari tahun 1956 – 1958. Pada usia 19 tahun, dia menjadi pilot termuda di Angkatan Udara. Tahun 1961, dia bergabung dengan Reuters kemudian tahun 1965 bergabung dengan BBC.
Pada tahun 1969, dia menulis buku pertamanya yang berjudul The Biafra Story.
The Day of Jackal, pertama kali terbit tahun 1971, menjadi buku laris dan mendapatkan penghargaan novel terbaik Edgar Allan Poe Award 1962.
Novel ini menjadikannya salah satu penulis novel thriller terkemuka, dan termasuk ke dalam salah satu dari 100 novel kriminal terbaik sepanjang masa.
Novel-novel Forsyth bercerita seputar peperangan, intrik internasional, intrik politik, spionase dan kriminalitas lintas negara. Karya-karya lainnya yang juga laris dan mendapat pengakuan secara luas adalah: The Dogs of War, The Odessa File, The Devil’s Alernaive, The Fourth Protocol, The Negotiator, The Deceiver, The Fist of God, Avangher, The Afgan dan The Cobra.
Saat ini dia tinggal di Hertfortshire, Inggris bersama istrinya.
 

Juli 27, 2011

KETIKA DIA KEMBALI


Resensi oleh Noviane Asmara

KETIKA DIA KEMBALI
Penulis : Rini Nurul B.
Penyunting: Retnadi Nur’aini
ISBN : 978-602-99043-3-8
Tebal : 136 Halaman
Kover : Soft Cover
Harga: Rp
Penerbit : Halaman Moeka Publishing
Cetakan: I, Juni 2011


Novel Ketika Dia Kembali adalah novel dengan kisah yang mengangkat dua buah tema. Tapi saya hanya akan mengulas kisah ini dari sisi tema yang satu saja, karena saya pikir satu tema lagi yang ingin penulis bagi di sini kepada para pembacanya adalah tema kejutan yang akan mengungkapkan teka-teki dari cerita yang disajikan bahkan dari judul yang ditawarkan. Tema ini menjadi kunci jawaban sekaligus tema yang sangat menarik terutama karena tema ini percaya atau tidak percaya, ada di sekitar kita dan bisa terjadi kepada siapa saja. Tema yang kental dengan masalah psikologi manusia. Dan saya tahu, tema ini sengaja tidak disebutkan dalam sinopsis yang tertera di kover belakang, karena penulis ingin memberikan sebuah kejutan dan juga mengajak kita untuk berpikir. Bila saya sebutkan, tentulah ini menjadi spoiler, dan para calon pembaca buku ini nantinya akan kehilangan kejutan dan rasa geregetnya.
Satu tema yang akan banyak saya ulas di sini yaitu bullying.

Menurut Dian P. Adilla, Psi, Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya (korban disebut bully boy atau bully girl) berupa stres. Apalagi Bully biasanya berlangsung dalam waktu yang lama (tahunan) sehingga sangat mungkin memengaruhi korban secara psikis.
Bentuk Bully terbagi dua, tindakan langsung seperti menyakiti, mengancam, atau menjelekkan anak lain. Sementara bentuk tidak langsung adalah mendiamkan, menghasut, atau mengucilkan anak lain, tujuannya adalah sama, yaitu untuk “menekan” korbannya, dan mendapat kepuasaan dari perlakuan tersebut.
Pelaku puas melihat ketakutan, kegelisahan dan bahkan sorot mata permusuhan dari korbannya.
Karakteristik korban Bully adalah mereka yang tidak mampu melawan atau mempertahankan dirinya dari tindakan Bully.
Bully biasanya muncul di usia sekolah. Pelaku Bully memiliki karakteristik tertentu. Umumnya mereka adalah anak-anak yang berani, tidak mudah takut, dan memiliki motif dasar tertentu. Motif dasar utama yang biasanya ditenggarai terdapat pada pelaku Bully adalah agresifitas. Padahal, ada motif lain yang juga bisa dimiliki pelaku Bully, yaitu rasa rendah diri dan kecemasan. Bully menjadi bentuk pertahanan diri yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah diri dan kecemasannya tersebut.


Bullying tidak hanya terjadi di sekolah, bahkan dapat terjadi di kantor, dunia maya, kancah politik dan militer. Dampak yang terjadi pada korban adalah stres tingkat tinggi dan dorongan untuk bunuh diri

Kisah ini berawal dari datangnya seorang siswi baru ke SMA Bintang Timur. Bea. Demikian nama gadis itu. Kenyamanan SMA Bintang Timur yang sedari awal “terjaga”, mendadak berubah seiring dengan hadirnya Bea.
Sejak Bea hadir menjadi salah satu siswa di sekolah itu, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi. Berawal saat Meis secara tidak sengaja menemukan CD yang berisi potongan gambar horor di Lab saat siswa-siswa kelas XI B akan praktik. Gambar di dalam CD tersebut sontak membuat Meis terkejut dan ketakutan. Karena gambar di dalam CD tersebut memperlihatkan sesosok wajah seorang siswa mantan SMA Bintang Timur yang sudah meninggal. Sophia. Bagaimana sosok orang yang sudah meninggal tiba-tiba bisa hadir di tengah ketenteraman acara belajar para siswa dalam bentuk video horor?

Selang beberapa waktu, kejadiah aneh dan mengerikan kembali terjadi. Penghuni SMA Bintang Timur, mulai dihinggapi perasaan waswas dan ketakutan.
Begitu pun dengan Sarah―teman sekelas Bea yang lemah lembut dan penurut. Anehnya hal ini juga terjadi pada Kanya dan Libra. Mereka adalah dua gadis yang dihindari oleh semua siswa Bintang Timur. Semua siswa Bintang Timur takut terhadap kedua gadis itu. Dan tamatlah riwayat para siswa itu bila harus berhadapan dengan duo pembawa horor. Dua gadis itu gemar memeras, meminta contekan tugas kepada siswa yang pintar dan mengancam para korbannya bila keinginan mereka tidak dipenuhi, bahkan tega menganiaya bila sang korban terang-terangan memperlihatkan perlawanan dan berusaha melawan.
Kanya dan Libra adalah sebuah masalah yang harus dibasmi dengan tindakan bullying mereka yang ternyata telah lama mereka lakukan. Dan ironisnya, hal itu didiamkan oleh pihak sekolah karena masalah nepotisme dan kekuasaan orangtua yang menaungi mereka.

Bea adalah siswa yang berbeda dengan siswa kebanyakan di Bintang Timur. Walaupun ia siswa baru, tetapi Bea tidak tinggal diam ketika melihat kedua kakak kelasnya itu memeras Sarah, temannya dan juga dirinya. Di setiap kesempatan, Bea berusaha merintangi dan menentang mereka. Dan hal itu menjadikan duo horor, Kanya dan Libra membenci Bea. Mereka merasa terganggu atas sikap perlawanan yang Bea tawarkan, alih-alih rasa takut dan hormat yang mereka dapatkan.

Sementara itu, bayang-bayang misterius yang menghantui Bintang Timur semakin mencekam dan beritanya tercium oleh wartawan. Sehingga sebuah tabloib terkenal menurunkan Head Line dengan judul: SEKOLAH NGETOP YANG ANGKER. Hal itu tentu saja merusak citra SMA Bintang Timur yang selama ini terkenal sebagai sekolah swasta unggulan yang hebat dan bersih.
Dan ternyata semua kejadian misterius yang menimpa pada SMA Bintang Timur, semuanya berawal dari tindakan Bullying yang dilakukan Kanya dan Libra. Dua gadis malang yang bermasalah.

Pengungkapan akan terkuaknya siapa “Dia” di dalam kisah Ketika Dia Kembali pun sungguh memukau. Penulis sebelumnya berhasil mengecoh saya sebagai pembaca, hingga saya menyadari bahwa tema kedualah yang menjadi jawaban atas semua misteri dan kejadian yang menimpa Bintang Timur.

Perasaan merinding dan sedikit takut, sempat mewarnai suasana ketika saya membaca buku ini. Jujur saya merinding membaca tentang saat teror horor berlangsung. Apalagi saat berlangsungnya acara Bedtime Story. Sebuah acara live di radio, di mana pendengar bisa berbagi dengan sang penyiar menceritakan pengalaman horor di tengah malam. Dan salah seorang siswa Bintang Timur sempat menceritakan cerita horor yang sedang terjadi di sekolahnya.

Tapi untungnya, saya pernah membaca beberapa buku terjemahan yang memang terang-terangan mengangkat tema kedua dari buku Ketika Dia Kembali ini. Jadi saya tidak menemukan kesulitan yang berarti untuk memahami apa yang penulis sampaikan.

Bagi penggemar suspense, buku ini layak untuk dibaca. Disamping itu, kita akan diperkenalkan pada masalah psikologi manusia yang tidak lazim. Keunikan dan keasikan itulah yang akan kita dapati di buku ini. Ditambah lagi, ketegangan kita sesekali akan mencair akibat kelakar dan kata-kata saling meledek dalam dialog yang disajikan.

Buku ini ditulis dengan bahasa yang (sangat) kita gunakan sehari-hari. Tapi jujur saya sedikit merasa terganggu, karena saya jadi merasakan kehilangan rasa “membaca” dari buku ini. Mungkin bila bahasanya tidak terlalu dibuat dan ditulis seperti adanya saat kita berbicara dalam kehidupan sehari-hari, saya akan merasakan sensasi membaca yang seutuhnya.
Tetapi hebatnya dari penulisan buku ini adalah minimnya typo yang saya temukan. Dan hal ini sangat dimungkinkan mengingat background sang penulis yang merupakan seorang penerjemah dan penyunting senior. Jadi, ia sudah sangat gape dan juga banyak memakan asam-garam dalam hal penulisan.

Sayangnya, saya hanya baru dapat menikmati satu buku tulisannya. Walau saya tahu bahwa sang penulis sebelumnya telah menulis buku dengan judul yang tak kalah menarik. Tapi saya tidak bersedih, karena karya terjemahannya telah banyak saya nikmati.

Penasaran atas misteri-misteri yang bertebaran di Bintang Timur? Kepengin tahu lebih dalam tentang siapakah Bea, Kanya, Libra dan apa hubungannya dengan Sophia? Dan apa pula isu yang terselubung di balik kisah dari buku dengan tebal 136 halaman ini? Sebaiknya dibaca dan temukan sendiri jawabannya.

Rini Nurul Badariah seorang penerjemah dan penyunting lepas. Saat ini ia tinggal di Bandung bersama suaminya.
Untuk mengetahui profilnya lebih lanjut, silahkan kunjungi www.rinurbad.com

HOLD ME CLOSER, NECROMANCER


Resensi oleh Noviane Asmara
HOLD ME CLOSER, NECROMANCER
Penulis : Lish McBride
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyunting: Pujia Pernami
Pewajah Isi : Aniza Pujiati
ISBN : 978-979-024-481-8
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 448 Halaman
Harga : Rp 55.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Cetakan: I, Juni 2011


Membangkitkan mayat pastinya lebih seru daripada membalik daging burger”

Sebuah kalimat gila yang menjadi tagline itulah yang menghiasi kover depan dari buku Hold Me Closer, Necromancer ini. Dari kalimatnya saja, aroma horor sudah menguar kuat dan dengan mudah kita cium. Tapi horor semacam apa yang akan ditawarkan oleh Lish McBride ini.

Bagaimana rasanya menjadi seorang necromancer, terlebih necromancer yang hidup di abad 21, bukan di abad 15 atau 18, abad di mana hal-hal kental berbau magis dan mistik itu masih bisa dikatakan "lumrah". Necromancer, seseorang yang bukan hanya mempunyai kemampuan untuk membangkitkan mayat, tapi juga mendatangkan sekaligus berkomunikasi dengan arwah.
Hal inilah yang terjadi pada seorang cowok biasa, yang hanya bekerja di sebuah kedai makanan cepat saji, Plumpy’s. Samhain Corvus LaCroix. Usia 18 tahun, seorang koki goreng dan selalu membanggakan diri di mana pun ia bisa, bahkan bila harus menjadi pecundang jebolan kuliah, ia berencana menjadi jebolan kuliah terbaik.. Ia tidak tahu bahwa dirinya adalah seorang necromancer. Yang Sam tahu, ia dibesarkan oleh ibunya, Tia LaCroix tanpa pernah merasakan kasih sayang ayah kandungnya. Ia hanya tahu bahwa ia mempunyai seorang adik perempuan, Haley yang sangat menyayanginya walaupun mereka berbeda ayah. Sampai suatu hari Sam tahu, bahwa dirinya adalah seorang necromancer. Hal ini bermula saat kedai makanan cepat saji di mana ia bekerja bersama ketiga temannya, didatangi oleh seorang pria asing. Pria itu bernama Douglas Montgomery dan ia adalah seorang necromancer yang keji dan sadis.

                                                                      Kover Asli
Douglas tidak terima dirinya mempunyai saingan seorang necromancer. Terlebih fakta bahwa selama ini Sam tidak pernah mendatangi dirinya sebagai Dewan tertinggi dari makhluk-makhluk “unik”. Akhirnya Douglas memberikan pilihan pada Sam―untuk menjadi muridnya atau menjadi zombie bila Sam menolak tawaran tersebut.
Waktu yang Sam miliki hanya seminggu. Ia harus bisa mengalahkan Douglas dan terbebas dari kutukan menjadi muridnya serta tidak pula berakhir menjadi zombie. Tapi bila ia tidak bisa mengalahkan Douglas, maka semuanya berakhir menjadi neraka.
Namun Sam yang baru saja mengetahui bahwa dirinya necromancer, bingung harus berbuat apa. Di tengah kebingungannya, perlahan-lahan selimut misteri yang menutupi jati dirinya terungkapkan. Dan sejatinya ia harus berjuang untuk mendapatkan kekuatan seorang necromancer murni, tanpa ada sesuatu atau apa pun yang menghalanginya.
Teror awal yang Sam terima atas penolakan terhadap Douglas, harus ia bayar mahal. Mau tidak mau, suka atau pun tidak suka, Sam harus merelakan teman-teman kerjanya terlibat dalam dalam urusan pribadinya. Brooke, Ramon dan Frank harus berbesar hati dan juga hati-hati atas semua peristiwa sial yang menimpa mereka akibat kedekatan mereka dengan Sam.
Hingga sampai saat Sam masuk ke dalam perangkap Douglas dan dikerangkeng bersama seorang gadis―yang juga seekor hybrid serigala. Briddin.
Walaupun berada di dalam kerangkeng di kediaman Douglas, sempat-sempatnya adegan romantis antara Sam dan Brid terekam. Dasar cowok, walau kata dalam keadaan terjepit sekali pun, tetapi pikiran liarnya tetap saja mengembara dan memenuhi sebagian otaknya yang nyaris kosong.
Kisah seru terus berlangsung, Sam terus memutar otak agar bisa kabur dari cengkeraman kuasa Douglas.
Kelebihan kisah ini, selain memang seru dan berdarah-darah, juga konyol. Di saat merasa tegang, tiba-tiba kita akan diajak tertawa akibat kepolosan sorang Frank dan kejutekan seorang Brooke.
Komentar-komentar Brooke, kadang membuat geli. Terlebih lagi perkataan-perkataan Sam yang terkadang asal bunyi tapi berhasil memancing tawa.

Tapi dari semua cerita yang disajikan, saya lebih tertarik pada masa lalu Douglas Montgomery. Bagaimana si Douglas kecil menjalani hari-harinya. Douglas yang sangat menyayangi sepupunya, Douglas yang akhirnya diadopsi oleh sang bibi setelah sang ibu dan ayahnya merasa tidak bisa menangani anak mereka sendiri. Bagaimana sampai Doulas bisa menjadi necromancer yang sadis dan keji, hal itulah yang lebih membuat saya tertarik.

Hal unik lainnya dari buku ini adalah judul pada setiap bab yang tertulis. Semua bab menggunakan judul atau penggalan lirik dari sebuah lagu.
Dan saya pun tanpa sadar langsung bersenandung tatkala saya sampai pada bab dengan judul Easy Like Sunday Morning, yang merupakan penggalan dari lirik lagu yang dipopulerkan oleh The Commodores dengan Lionel Richie sebagai vokalisnya. Dan saya adalah penggemar lagu-lagu Lionel Richie ^ _ ^

Dan seperti biasa, Atria tidak pernah mengecewakan pembacanya dengan menerbitkan buku yang tidak bagus. Semua buku yang Atria terbitkan saya suka. Terlebih buku Hold Me Closer, Necromancer ini. Karena bukan hanya ceritanya yang unik dengan sensasi gado-gado, tapi juga karena kenyamanan dalam membaca buku ini berkat penerjemahan seorang Mizz Antie, penerjemah favorit saya. Membacanya menjadi terasa mudah dan mengalir indah.
Bintang empat layak untuk buku berkover keren dengan dominasi warna merah darah yang menampilkan gambar burung yang sedang bertengger di atas sebuah hati yang berdarah-darah.

Untuk yang ingin mengenal lebih dalam tentang Lish McBride, silahkan kunjungi web pribadinya di http://www.lishmcbride.com

POCONGGG JUGA POCONG

Resensi oleh Noviane Asmara

POCONGGG JUGA POCONG
Penulis : Pocongg Syahreza
Penyunting: Anwar Syafrani
Proof reader : Dewi Fita
ISBN : 620-220-002-4
Tebal : vi + 142 Halaman
Harga : Rp 36.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Bukune
Cetakan: I, 2011


Awalnya aku nggak tahu apa itu PJP. Setiap buka twitter, selalu saja ada orang yang nge-twit dengan hashtag #PJP. Rasa penasaran pun kian meraung, karena begitu gencar dan seringnya hashtag tersebut hadir di Time Line-ku.
Selidik punya selidik, ternyata setiap hashtag #PJP, mereka mention ke @Poconggg (dengan huruf “g” 3 buah) boros banget yah?
Tapi nanti kita akan tahu, kenapa harus dengan 3, sekali lagi tiga huruf “g”.

Kebetulan pula, (walau sebenarnya yang namanya kebetulan itu menurut sebagian orang nggak ada) di kantorku sudah dua bulan ini ada anak magang dua orang. Ababil alias ABG labil tepatnya. Dan mereka itu cewek yang sok unyu banget dan sok eksis juga. Dan mereka pun minta dibilang anak gaul abiez, walaupun akhirnya kita satu kantor menjuluki mereka berdua Camen, alias cacat mental.

Sebagai orang yang kurang gaul, aku pun bertanya pada kedua camen itu tentang apa itu PJP. Karena nggak mungkin banget kan, orang yang ngaku gaul abiez dan kerjaannya cuma twitteran, fesbukan sambil sesekali tanya-tanya tentang pajak, nggak ngerti apa itu PJP.
Dan, jeng jeng jeng... terbukti kan? Kalau ramalanku ini benar. Mereka tahu apa PJP. Dan kurang ajarnya, mereka ngatain aku orang yang cupu dan nggak gaul.
Huh! Dasar camen durhaka.

Akhirnya, ceritalah mereka bahwa PJP itu adalah sebuah novel yang ditulis oleh orang (kalau memang bisa dibilang orang) yang mengaku sebagai pocong.
Dari sini saja kita sudah diajak bingung. Masa pocong bisa buat novel? Gimana cara nulisnya? Sedangkan tangan saja mereka nggak punya. Sebenarnya bukan nggak punya, tapi kan tangan mereka terbungkus dalam balutan kain ketat putih yang dalam bahasa gaulnya disebut kain kafan. Hihihi, jadi seram.
Tapi hal itu nggak usah kita pikirkan, karena memang bukan urusan kita. Tapi kita baca seperti apa sih kalau pocong punya tulisan? Apa sih yang ia tulis? Apa sih yang ia ceritakan?

Begitu mendapatkan bocoran dari dua anak camen ini yang kebanyakan ketawanya daripada ceritanya, membuat aku semakin penasaran.
Segitu dasyatnya yah? Sampai-sampai nih camen dua, muji-muji terus dan ngakak terus-terusan seperti orang yang nggak pernah susah.
Akhirnya, tawaran yang aku tunggu-tunggu pun tiba―saat mereka menawariku meminjamkan novel PJP mereka (biasa, cari gratisan).

Aku masih ingat, saat itu bosku sedang cuti karena anaknya baru masuk sekolah hari pertama. Dan buku PJP sudah ada di tangan. Maka, dengan sedikit rasa berdosa karena berniat korupsi waktu dengan membaca di tengah jam kerja, aku mulai membaca PJP.
Hasilnya, selama satu jam lebih baca PJP, aku ngakak terus-terusan. Sampai-sampai dua anak camen ikutan nyeletuk.
“tuh kan? Pasti lucu, emang lagi ngetawain yang mana teh?” Tanya mereka kompak dengan tampang penasaran.
Aku hanya bisa kasih tanda supaya mereka diam dan nggak ganggu keasikan bacaku.

Buku Poconggg Juga Pocong ini terdiri atas 14 bab. Di mana pada setiap babnya, kita akan dibuat dari hanya sekedar tersenyum kecil sampai ketawa ngakak yang nggak heran bila sampai guling-guling di lantai. Bab-bab itu adalah:

Perjalanan Seikat Poconggg
Poconggg juga pocong
Cerita horor tidak akan pernah seindah ini, kawan…
Cinta Sejenis
Puisi Cinta
First Date
Iklan
Pray For Aan
Analogi Cinta
Bencong
#Konsultaconggg
Sumpah Pocong
Poconggg Madness
Prediksi Poconggg

Beberapa bab memang berisikan cerita yang sangat dekat dengan perilaku kita sehari-hari―terutama ABG gaul saat ini. beberapa bab lainnya, membahas perihal kehebohan dan berita yang saat itu happening di twitter, misalnya pada bab #Konsultaconggg. Dan beberapa hal yang ia bahas di blog-nya Poconggg.

Nama gue Poconggg. Gue adalah pocong. Buat kalian yang masih bingung, gue jelasin, ‘Poconggg’ adalah sebuah nama dan ‘Pocong’ adalah jenis spesies.
Nah itu adalah pengenalan tentang identitas si Poconggg. Dan ia nggak bisa disebut dengan seorang, karena ia bukan orang, atau nggak bisa juga disebut dengan seekor pocong, karena ia bukan binatang. Maka dibuatlah sebutan seikat pocong. Karena memang begitulah adanya. Ia diikat dan melompat-lompat bukan berjalan.

Buku kocak yang nyeleneh setebal 142 halaman ini, berisi tentang suka-duka seikat pocong muda yang baru bertumbuh bernama Poconggg.
Poconggg sedang memulai kehidupan awalnya sebagai pocong. Ia mempunyai teman sebangsanya bernama Ajwa yang iseng dan beberapa teman dari sesama makhluk angker lainnya semacam gendoruwo.
Poconggg tetap punya hati. Dia punya rasa takut, kadang ia merasa minder terhadap keadaan dan kemampuan dirinya. Hal ini terbukti saat ia menjalankan tugas pertamanya sebagai pocong untuk menakut-nakuti warga komplek. Alih-alih membuat pingsan warga komplek, ia yang terbujur pingsan duluan. Di samping itu, Poconggg bisa jatuh cinta, terbukti ia mampu mengencani pocong cewek bernama Dea. Tetapi ternyata ia pun sering merasa galau juga.
Saat galau, ia tumpahkan semua kegalauannya dalam puisi, dan tak jarang ia pun nyampah dengan nge-twit di twitter dan mengajak followers-nya untuk galau berjamaah.

Buku ini sangatlah ringan dan cocok sebagai bacaan hiburan. Penuturan bahasanya pun terangkai renyah dan mengigit. Bahasa sehari-hari dan berbau gaul pun dipakai di setiap dialog yang terjadi. Hal ini membuat si pembaca merasa menyelami dan ikut terlibat dalam ceritanya. Kita akan terkikik geli, bukan karena kekonyolan si Poconggg, tapi lebih kepada karena kita merasa sedang melihat diri kita sendiri. Seolah-olah Poconggg menyindir diri kita yang mempunyai tingkah laku seperti yang Poconggg ceritakan. Tetapi dalam pemaparan narasi, tetaplah bahasa baku yang digunakan.

Di bab Prediksi Poconggg yang merupakan bab penutup, aku mengambil contoh prediksi yang menggambarkan zodiakku. Berikut prediksi Poconggg untuk orang yang lahir di bawah naungan zodiak Scorpio.

Scorpio
Tahun ini tahunnya Scorpio. Dewi Fortuna, Dewi Kwam Im, Dewi Rezer, semunya berpihak pada orang Scorpio. Ibarat kata pepatah, ojek jatuh tak jauh dari pangkalannya.

Asmara: Amazing
Empat hari setelah membaca prediksi ini kalian akan langusng merasakan keajaibannya. Kalian akan bertemu orang-orang baru yang akan mengisi kehidupan kalian. Setiap ngajak kenalan, pasti sukses. Setiap nembak gebetan, pasti diterima. Setiap minta izin pavar buat ngeduain, kalian bakal dibolehin.

Keuangan: Prima
Rekening bank kalian akan membengkak melebihi otot Bari prima. Apa yang kalian inginkan akan terpenuhi.

Kesehatan: Tiada Tandingan
Luar biasa. Kalian akan terjangkit virus dengan kode NASA 092kl-889/093 yang menyebabkan kalian tak bisa sakit.
Ps: jangan nyoba tiduran di rel.

Karier: Oh My God
Selicin-licinnya jidat Mario Teguh, karier kalian lebih licin di tahun ini. Bisnis kalian akan menggelegar. Sukses berlebihan. Luar Biasa. Salam Super.

Typo yang ditemukan di buku super gokil ini seperti menghembuskan (16), hembusan (16), memerhatikan (4), nafas (72), terlanjur (73) tidak serta merta mengurangi kekonyolan dan rasa kriuk saat membacanya. Tapi akan lebih renyah bila typo-typo tersebut bisa diperbaiki.

Nah, kalau kalian penasaran dan ingin melepaskan sejenak dari bacaan buku-buku yang berat dan membuat kalian stress dan berniat bunuh diri, lebih baik kalian hibur diri kalian dan ngakak bersama si Poconggg sinting ini. Niscaya perut kalian akan sakit dan mata kalian berair saking menahan rasa geli yang tak berkesudahan.
Selamat ngakak dan dicap orang gila.

Juli 14, 2011

A TALE DARK AND GRIMM


Resensi oleh Noviane Asmara
Detail Buku:
A TALE DARK and GRIMM
Penulis : Adam Gidwitz
Penerjemah: Khairi Rumantati
Penyunting: Jia Effendie
Pewajah Isi : Husni Kamal
ISBN : 978-979-024-477-1
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 229 Halaman
Harga : Rp 33.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Cetakan: I, Juni 2011



Kalau kamu termasuk ke dalam golongan orang penakut dan gampang pingsan saat melihat darah, saya anjurkan untuk tidak membaca buku ini.
Karena sudah terpapar jelas peringatan yang tertera di back cover buku yang memuat sembilan dongeng ini.

Saya sempat mengintip web Sang Pendongeng ini. Di situ kita bebas bertanya apa saja seputar buku A Tale Dark and Grimm. Tentang bagaimana si Gidwitz ini memulai menulis A Tale Dark and Grimm, mengapa ia tertarik dengan dongeng, sampai kepada mengapa buku yang ia tulis penuh dengan adegan berdarah.

Saya kutip satu pertanyaan dari fans Gidwitz di webnya yang bertanya tentang buku ini.

Tanya:
The book is kind bloody. Who can read it? Is it appropriate for seven year olds? How about forty-five year olds?

Jawab:
It’s definitely not appropriate for forty-five year olds. It’s funny and scary and forty-five year olds will probably hate it. But as for seven year olds…

The official age on the book is 10 and up (up to forty-four, that is) but I have read scary parts of the book to classes of seven and eight year olds , and they’ve been ecstatic about it.

And bla bla bla …

Kebanyakan dari cerita dongeng yang sudah ada dan familier di ingatan kita adalah dongeng-dongeng lucu, fantastis, konyol, penuh haru dan berakhir dengan kebahagiaan.
Berbeda dengan A Tale Dark and Grimm ini. Di sini, sejak halaman pembuka saja, nuansa horor sudah terasa merambat merayapi tengkuk kita membuat bulu kuduk meremang. Bukan horor yang identik dengan sosok hantu atau makhluk tak kasat mata, tapi lebih kepada horor karena akan selalu ada darah hangat dan merah yang terus setia menyertai kita di setiap jari kita membuka lembar-lembar halamannya.

Ini dongeng yang sadis, kejam, tidak biasa dan tidak untuk dikonsumsi anak-anak. Lho?
Karena kesembilan dongeng yang dituturkan apik oleh Adam Gidwitz ini, alih-alih sebagai dongeng pengantar tidur, membuat orang nggak bisa tidur dan gelisah sepanjang malam.

Kalian pasti sudah tidak asing kan dengan tokoh dalam dongeng ini? Si kembar Hansel dan Gretel. Nah, kali ini kita akan diajak bertualang bersama si kembar ini ke dalam petualangan-petualangan mereka yang seru, mencekam, keji namun tetap mengandung unsur lucu.
Kesembilan kisah yang tersaji itu saling terhubung dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Terangkai menawan dan menjadi satu kesatuan cerita, walau di setiap bagian cerita tertulis kata “tamat”.

Uniknya, dongeng ini mengisahkan si kembar bukan langsung mereka sebagai anak remaja tanggung, tapi menceritakan jauh sebelum mereka lahir―cerita tentang kakek dan orangtua mereka, juga pelayan setia bernama Johannes yang sudah melayani keluarga mereka secara turun temurun. Karena dari sinilah, dari seorang pelayan bernama Johannes, semua cerita bermula.

Pernahkah kamu membayangkan kepalamu dipenggal? Atau dimasukkan ke dalam oven besar yang super panas? Atau mungkin yang paling fantastis berkhayal berkunjung ke neraka? Kalau iya, pastilah kamu seorang pengkhayal ajaib yang aneh, karena semua khayalanmu sadis dan sungguh tidak masuk akal. Apalagi bila kamu berkhayal menjadi seorang nenek dari seorang, ups.. seekor iblis yang tidur di pangkuanmu. Sungguh mengerikan!

Hal-hal di atas akan kita jumpai semua dalam petualangan seru Hansel dan Gretel. Kakak beradik yang saling menyayangi ini, harus rela berpindah-pindah tempat. Dari asuhan tangan yang satu ke asuhan tangan lainnya. Dari rumah yang satu ke rumah lainnya. Dari hutan yang satu ke hutan lainnya. Mereka dipaksa dan terpaksa mandiri dan saling melengkapi.
Terharu sekali, saat mereka mendapatkan ujian yang berat bertubi-tubi. Mereka tetap kompak, saling support dan saling memaafkan. Cinta kasih mereka sudah terbukti kuat. Ujian sekeras dan sehebat apa pun, takkan bisa memutuskan ikatan darah yang mengalir sama di dalam nadi mereka. Walau dalam perjalanannya, layaknya kakak beradik pada umumnya, pertengkaran dan kemarahan sempat menghiasi hari-hari mereka.

Saya berkhayal, andaikan saja buku ini dilengkapi dengan gambar ilustrasi, tentunya akan semakin memperkuat peristiwa sadis yang terjadi. Apalagi bila ilustrasinya dibuat berwarna, seperti ilustrasi yang terselip dalam lembaran-lembaran menawan buku Where The Mountain Meets The Moon. Rasanya sensasi mengerikan akan makin terasa saja.
Adapun kesalahan cetak dan ketik yang terjadi, seperti: membumbung (92), ksatria (104), pintuna (125), menyondongkan (152), lembab (202) dan mempercayai (223), tidak terlalu mengganggu kenyamanan membaca. Karena semuanya dikaburkan dan terkalahkan oleh rasa takut dan ngeri saat membacanya.

Sebagai penyuka cerita dan dongeng bergenre thriller, suspense atau horor―terserah bagaimana penggolongannya, saya teramat menikmati A Tale Dark & Grimm ini. Rasanya menemukan keasikan tersendiri membaca dongeng yang berdarah-darah. Karena selama ini, novel-novel thriller dengan tema pembunuhan berantai, psikopat, dan balas dendam, kerap mewarnai dunia bacaan saya.
Untuk kategori Tale Dark, baru buku ini saja yang saya baca. Walau semasa kecil pernah dibacakan dongeng seram, seputar seorang anak kecil yang dimakan oleh raksasa jahat.

Ingin tahu sesadis apa dan sekeji apa peristiwa seru yang menimpa Hansel dan Gretel, beserta tempat-tempat indah dan fantastis yang sempat mereka kunjungi? Jawabannya ada di buku A Tale Dark & Grimm.

Adam Gidwitz adalah seorang penulis cerita anak-anak, lahir di San Francisco, 1982. Ketika berumur 2,5 tahun dia pindah ke Baltimore dan tumbuh di sana. Memilih English Literature saat kuliah di Inggris. Saat ini dia mengajar di Brooklyn.
Mau tahu lebih lanjut tentang si ganteng yang masih muda ini, intip saja di http://www.adamgidwitz.com




Juli 05, 2011

THE GIRL WHO COULD FLY


 Resensi oleh Noviane Asmara

Detail Buku:
THE GIRL WHO COULD FLY
Penulis : Victoria Forester
Penerjemah: Ferry Halim
Penyunting: Ida Wajdi
Pewajah Isi : Husni Kamal
ISBN : 978-979-024-480-1
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 386 Halaman
Harga : Rp 50.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Cetakan: I, Mei 2011


Tubuhku seringan awan, sebebas burung
Aku adalah bagian dari angkasa dan aku mampu terbang

Kata-kata itulah yang selalu Piper serukan di dalam hatinya, tatkala dia rindu untuk terbang.

Betty McCloud tidak pernah menyangka, bahwa anak yang kelak dilahirkannya akan memiliki kemampuan terbang. Dan menjadi anak yang “berbeda” dari umumnya.
Selama dua puluh lima tahun usia pernikahan, Betty dan Joe McCloud belum dikarunia anak. Sampai pada suatu hari Betty dinyatakan mengandung yang kemudian melahirkan seorang bayi perempuan dan diberi nama Piper McCloud.

Piper bukanlah bayi sembarangan. Semasa bayi, saat bayi-bayi seusianya terguling atau terjatuh karena kelalaian orang tuanya saat akan mengganti popok mereka, hal ini tidak terjadi pada Piper. Alih-alih jatuh ke lantai dan menjerit-jerit heboh, Piper ditemukan anteng mengapung di udara di samping meja.

Karena kemampuan terbangnya inilah, Piper tidak diperkenankan sekolah oleh kedua orangtuanya. Di samping itu, Piper pun susah bersosialisasi dengan anak-anak sebayanya dan menjadi sosok anak yang “aneh” di tengah-tengah warga Lowland County.

Akibat rasa usil dan ketajaman mulut Millie Mae―seorang tukang gosip, Piper dikabarkan mengalami ganguan di kepalanya―ada sesuatu yang salah dengan kepalanya. Hal itulah yang menjadikan Piper dipandang sebelah mata, tidak diinginkan dan menjadi bulan-bulanan anak-anak Lowland County.

Larangan orangtuanya untuk tidak memamerkan kemampuan terbang di hadapan umum, akhirnya dilanggar oleh Piper, ketika dia ikut dalam permainan bola.
Secara spontan, Piper mengejar bola dan menangkap bola yang melambung ke angkasa. Saat itulah semua penduduk Lowland County menyadari, bahwa Piper bisa terbang.
Kenyataan ini, tidak serta merta membuat Piper diterima dan disanjung oleh warga, akan tetapi malah membuat teman-teman Piper ketakutan dan para orangtua semakin menmjauhkan anak-anak mereka dari Piper. Piper ibarat virus kolera yang wajib dihindari dan ditinggalkan sejauh-jauhnya.

Saat terpuruk itulah, akhirnya Piper didatangi oleh sekelompok orang yang kemudian diketahui berasal dari I.N.S.A.N.E―sebuah sekolah super rahasia untuk anak-anak yang memiliki kemampuan luar biasa yang dipimpin oleh Dr. Letitia Hellion.
Di tempat baru itulah,Piper menemukan sebelas anak yang usianya lima hingga empat belas tahun. Dan mereka mempunyai keahlian masing-masing. Mereka setiap harinya mempunyai rutinitas yang sama. Belajar bersama di kelas di bawah asuhan Profesor Mumbleby. Saat di luar kelas, mereka diawasi oleh Perawat Tholle.

                                                                     (kover asli)
Anak-anak luar biasa itu adalah; Si Kembar Mustafa yang mempunyai kemampuan mengendalikan cuaca, Violet yang bisa menciutkan tubuhnya, Smitty dan Lily yang memiliki energi telekinetis, Conrad dengan otak lima belas kali lebih jenius dibanding Albert Einstein, Bella, Myrtle, Jasper, Daisy dengan keahlian masing-masing lainnya.

Conrad dan Piper menemukan kejanggalan dari cara mereka diajar dan dilatih. Piper yang suka terbang, malah diminta untuk tidak terbang. Begitu pun dengan murid-murid lainnya dengan keahlian mereka.
Akhirnya bersama-sama mereka bahu-membahu berkonspirasi dan membuat rencana untuk kabur dari I.N.S.A.N.E yang alih-alih membantu kehidupan mereka dengan mengembangkan kemampuannya, malah menjadikan mereka berpikir lambat dan melupakan keistimewaan yang mereka punya.
Dengan dipimpin oleh otak jeniusnya Conrad dan takad gigih serta sikap pantang menyerah dari Piper, kelompok anak-anak “luar biasa” itu menyerang balik terhadap orang yang telah merekrut mereka.

Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Kata-kata Betty McCloud itulah yang membuat Piper bersemangat dan peduli pada teman-temannya.


Yang seru dan menarik dari buku dengan tatanan kover fantastis yang menampilkan ilustrasi Piper si Penerbang dan Dr. Hellion yang memegangi kakinya, sungguh pas dengan isi cerita yang dipaparkan adalah, saat anak-anak luar biasa itu menyusun dan kemudian menjalankan rencananya. Untuk usia mereka, rencana yang dijalankan terbilang fantastis. Terlebih mereka didukung oleh kemampuan yang masing-masing mereka miliki. Semakin seru petualangan melarikan diri dari tempat yang berada lebih dari satu kilometer dari permukaan bumi.
Sifat baik, ramah dan keibuan dari sosok Dr. Letitia Hellion pun, sempat menjadi panutan para siswa di I.N.S.A.N.E itu. Walaupun ternyata itu adalah topeng sempurna yang dipakai oleh Dr. Hellion. Dan ternyata, masa lalu Dr. Hellion pun tak kalah menariknya. Juga kita akan terkejut kala mendapatkan kenyataan bahwa si Dr. Hellion ini adalah ...
Penasaran kan? Sebaiknya segera membacanya saja.

Banyak pesan moral yang bisa diambil dari kisah ini.
·         Menjadi berbeda atau “aneh” bukanlah sesuatu yang buruk atau harus menjadi malu karenanya.
·         Bila ada kemauan atau tekad yang keras, niscaya akan ada jalan terbuka untuk mewujudkannya.
·         Selalu sabar dan pasrah terhadap Tuhan, atas sesuatu yang menimpamu atau sesuatu yang belum kamu dapatkan.
·         Bekerja sama dan saling percaya lebih baik daripada bekerja sendiri dan iri terhadap orang lain.

Beberapa typo yang ditemukan di dalam penulisan buku ini, tidaklah mengurangi keasyikan kita saat membacanya. Tapi hal ini mungkin dapat diperbaiki pada saat cetak ulang berikutnya.
Hal. 66 tertulis semenatara (seharusnya sementara)
Hal. 78 tertulis maksdumu (seharusnya maksudmu)
Hal. 89 tertulis dia (seharusnya diam à bila merujuk pada konteks kalimat)
Hal. 98 tertulis mlihat (seharusnya melihat)
Hal. 200 tertulis Paper (seharusnya Piper à nama tokoh)
Hal. 288 tertulis maupum (seharusnya maupun)
Hal. 318 tertulis memerhatikan (seharusnya memperhatikan)


Victoria Forester dibesarkan di sebuah peternakan terpencil di Ontario, Kanada. Setelah lulus dari Universitas Toronto, gairahnya untuk bercerita membimbingnya untuk menulis dan mengarahkan sebuah film pendek untuk CBC. Dia seorang penulis skenario yang sukses. Awalnya The Girl Who Could Fly adalah sebuah skenario film. Dan karena dia menyukai ceritanya, maka dia memutuskan untuk memperluas cerita ini ke dalam bentuk buku.
Buku The Girl Who Could Fly ini merupakan buku pertamanya.
Saat ini dia tinggal di Los Angeles bersama suami, putri dan Rufus―kucing Ridiculously oranye, kesayangannya.

THE DAY OF THE JACKAL: Aksi Maut Sang Pembunuh Bayaran


Resensi oleh Noviane Asmara
AKSI MAUT SANG PEMBUNUH BAYARAN
Detail Buku:
THE DAY OF THE JACKAL
Penulis : Frederick Forsyth
Penerjemah: Ranina B. Kunto
Penyunting: Adi Toha
Pewajah Isi : Dinar Ramdhani Nugraha
ISBN : 978-979-024-356-9
Tebal : 609 Halaman
Harga : Rp 69.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Serambi
Cetakan: I, Juni 2011



Bersetting Prancis pada tahun 60-an, novel ini mengisahkan tentang upaya pembunuhan terhadap Presiden Prancis kala itu, Jendral Charles de Gaulle.
Percobaan pembunuhan ini telah enam kali dilakukan. Dan sebanyak enam kali pulalah kegagalan harus ditelan pahit oleh para petinggi OAS (Organisation L’Armée Sacrète).

Matinya Letnan Kolonel Jean-Marie Basytien-Thiry, pemimpin sebuah geng pembunuh dari OAS yang dihukum tembak mati pada 11 Maret 1963, tidak serta-merta mengakhiri upaya-upaya lebih lanjut untuk mencabut nyawa sang Presiden. Namun, takdir berkata lain. Hal itu justru menjadi permulaan.

Buku yang terbagi ke dalam tiga bagian ini, yakni; Anatomi Sebuah Perencanaan, Anatomi Perburuan Manusia dan Anatomi Pembunuhan, sangat kental dengan intrik politik.
Ketidakpuasaan beberapa golongan terhadap kebijakan Presiden de Gaulle, mendorong mereka melakukan aksi yang tidak hanya menggulingkan pemerintahan de Gaulle, bahkan dengan membunuh langsung Presiden tersebut.

Adalah Marc Rodin seorang komandan di Indo-China yang akhirnya dikirim ke Aljazair. Awalnya menganggap de Gaulle bak Zeus turun ke Gunung Olympus, saat de Gaulle mengunjungi Aljazair. Rodin yakin, kebijakan baru de Gaulle akan segera diberlakukan. Para komunis akan disapu dari jabatan mereka, para pengkhianat akan ditembak mati, serikat dagang akan ditundukkan dan dukungan sepenuh hati terhadap Prancis atas teman-teman dan saudara-saudaranya di Aljazaoir dan atas pasukannya yang melindungi perbatasan wilayah kekuasaan Prancis itu, akan segera tiba.
Tapi ternyata, de Gaulle mengambil langkah-langkah untuk memulihkan Prancis menurut caranya sendiri. Dan hal ini membuat Rodin hancur dan marah. Karena akhirnya terbukti bahwa konsep Charles de Gaulle tentang kebangkitan Prancis tidaklah mencakup Aljazair.
Yang tersisa pada dirinya tinggallah kebencian.
Kebencian terhadap system, terhadap politisi, terhadap cendikiawan, terhadap orang Aljazair, terhadap serikat dagang, terhadap para wartawan dan terhadap orang-orang asing.
Kemudian Rodin memimpin seluruh batalionnya ke dalam kudeta militer untuk menggulingkan pemerintahan pada bulan April 1961.

Dengan bercermin terhadap enam kegagalan sebelumnya dalam upaya pembunuhan Presiden de Gaulle, akhirnya Marc Rodin yang kini menjabat sebagai kepala operasi OAS, bersama dua teman seperjuangannya, René Montclair, bendahara dan André Casson, kepala jaringan bawah tanah di Metropole, melakukan pertemuan di Wina pertengahan Juni 1963.
Hasil kesepakatan mereka adalah, membunuh de Gaulle dengan menggunakan orang asing, bukan orang dari kesatuannya atau dari negerinya sendiri.
Orang yang benar-benar asing―yang tidak mempunyai kepentingan politik atau idealisme seperti ketiga orang tersebut.
Orang asing yang bekerja secara professional dan murni karena uang.

Dengan melibatkan jaringan bawah tanahnya, akhirnya mereka sepakat menggunakan jasa seorang asing―seorang pembunuh bayaran, yang kemudian dikenal dengan sandi Jackal (Jakal) yang berarti sejenis anjing liar berbulu kuning.
Saat itu Juli 1963. Kesepakatan sudah dibuat. Sang Jakal akan bekerja dengan caranya sendiri tanpa campur tangan pihak OAS. Pihak OAS hanya perlu menyediakan dana awal sebanyak dua ratus limu puluh ribu dolar, dan sisanya sebanyak dua ratus lima puluh ribu dollar lagi akan diberikan, setelah pekerjaan Sang Jakal selesai.
Harga yang bagi mereka terbilang fantastis untuk sebuah nyawa seorang pengkhianat semacam Presiden de Gaulle.

Banyak hal menarik dan seru yang terjadi saat Sang Jakal mempersiapkan segalanya menjelang hari H. Hari di mana eksekusi akan dia lakukan terhadap de Gaulle.
Penyamaran pun mulai dilakukan. Pencurian paspor warga negara lain sebagai identitas baru dilakukan oleh Sang Jakal. Pembuatan SIM Internasional, pemalsuan paspor, pemesanan senjata sesuai yang ia butuhkan―ia lakukan secara detail dan sesempurna mungkin.
Latihan menembak pun, tidak lupa ia lakukan. Pengukuran jarak dan sudut tempat di mana ia akan melakukan aksinya telah ia perhitungkan dengan sangat cermat dan matang.
Sang Jakal memang luar biasa cerdas. Ia tahu, yakin, paham dan sangat ahli dalam bidangnya.

Di sisi lain, kepolisian Prancis dan pasukan pengawal Presiden Prancis, mencium adanya upaya pembunuhan (lagi) terhadap de Gaulle.
Rapat besar pun digelar. Dan hasilnya pemerintah Prancis menyerahkan tampuk kepemimpinan dalam urusan pengejaran Sang Pembunuh Bayaran pada seorang Detektif Pembunuhan yang kariernya sedang menanjak pesat. Claude Lebel.
Bersama Lebel inilah, kita akan menyaksikan cara kerja seorang detektif Prancis untuk mengungkap dan menemukan identitas Sang Jakal, yang melibatkan tujuh petinggi keamanan di tujuh negara.
Lebel yang dibantu oleh Caron sebagai asistennya, sedikit demi sedikit menemukan jejak Sang Jakal. Ia bekerja sama tidak hanya dengan negara-negara di Eropa saja, tapi sampai menyeberang ke belahan benua lainnya.

Kecerdasan Sang Jakal dan Sang Detektif, perlu diacungi jempol. Mereka dua orang yang mempunyai tekad kuat. Berdedikasi terhadap pekerjaannya, tegas dan mempunyai insting yang tajam.
Lebel tahu, bahwa Sang Jakal akan mengumbar aksinya di hari yang tidak akan mungkin dihindari oleh de Gaulle. Hari di mana de Gaulle sebagai Kepala Negara, harus melakukan kegiatan rutin tahunannya.
Hari itu adalah Hari kemerdekaan Prancis, setelah merdeka dari Jerman pada 25 Agustus 1944.
Sang Jakal akan keluar dari persembunyiannya dan menjemeput maut Presiden de Gaulle di hari bersejarah itu. Hari bersejarah untuk Prancis, 25 Agustus. Dan saat itu adalah tahun 1963.

Membaca kisah ini, serasa menyaksikan sebuah film action. Di mana ada suara-suara ketidakpuasaan rakyat atau organisasi tertentu kepada pemerintahan akibat kebijakannya yang dinilai melukai harga diri dan hati mereka.
Pembalasan dendam dengan menghalalkan berbagai cara adalah hal yang mutlak dilakukan.
Saya merasa tegang, saat pertemuan rahasia antara ketiga petinggi OAS itu berlangsung. Bagaimana mereka harus terus bersembunyi dari satu negara ke negara lainnya di Eropa, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Merasakan miris dan mual saat menyaksikan interogasi paksa yang dilakukan para polisi dan politisi terhadap tawanan yang mereka culik untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Cara kejam pun akan mereka lakukan.
Pembunuhan terhadap warga sipil yang tak berdosa pun ikut terekam.

Saya sebagai seorang awam politik, tidak menyangka, betapa kotornya politik itu. Karena bila idealisme yang diperjuangkan, apapun akan mereka lakukan. Sekalipun nyawa dan harga diri adalah taruhannya.
Satu hal lagi yang menarik bagi saya, yaitu tanggal lahir Sang Penulis bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Prancis. Sungguh suatu hal yang ajaib.

Ada beberapa typo yang saya temukan di buku ini.
Hal. 227 tertulis memerdaya (seharusnya memperdaya, karena kata dasarnya adalah daya bukan perdaya)
Hal. 378 tertulis praktek (seharusnya praktik)
Hal 327 terdapat kejanggalan dalam kalimat ini: Selama dua minggu mereka bersama wanita telah mengetahui bahwa hanya dengan rayuan yang paling ...

Frederick Forsyth lahir di Inggris pada 25 Agustus 1938. Dia menjalani wajib militer dari tahun 1956 – 1958. Pada usia 19 tahun, dia menjadi pilot termuda di Angkatan Udara. Tahun 1961, dia bergabung dengan Reuters kemudian tahun 1965 bergabung dengan BBC.
Pada tahun 1969, dia menulis buku pertamanya yang berjudul The Biafra Story.
The Day of Jackal, pertama kali terbit tahun 1971, menjadi buku laris dan mendapatkan penghargaan novel terbaik Edgr Allan Poe Award 1962.
Novel ini menjadikannya salah satu penulis novel thriller terkemuka, dan termasuk ke dalam salah satu dari 100 novel criminal terbaik sepanjang masa.
Novel-novel Forsyth bercerita seputar peperangab, intrik internasional, intrik politik, spionase dan kriminalitas lintas Negara. Karya-karya lainnya yang juga laris dan mendapat pengakuan secara luas adalah: The Dogs of War, The Odessa File, The Devil’s Alernaive, The Fourth Protocol, The Negotiator, The Deceiver, The Fist of Goid, Avangher, The Afgan dan The Cobra.
Saat ini dia tinggal di Hertfortshire, Inggris bersama istrinya.