Resensi oleh Noviane Asmara
Detail
Buku:
THE GIRL WHO
COULD FLY
Penulis : Victoria
Forester
Penerjemah: Ferry Halim
Penyunting: Ida Wajdi
Penyunting: Ida Wajdi
Pewajah Isi : Husni Kamal
ISBN : 978-979-024-480-1
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 386 Halaman
Harga : Rp 50.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Penerbit : Atria
Cetakan: I, Mei 2011
Tubuhku
seringan awan, sebebas burung
Aku
adalah bagian dari angkasa dan aku mampu terbang
Kata-kata
itulah yang selalu Piper serukan di dalam hatinya, tatkala dia rindu untuk
terbang.
Betty
McCloud tidak pernah menyangka, bahwa anak yang kelak dilahirkannya akan
memiliki kemampuan terbang. Dan menjadi anak yang “berbeda” dari umumnya.
Selama
dua puluh lima tahun usia pernikahan, Betty dan Joe McCloud belum dikarunia
anak. Sampai pada suatu hari Betty dinyatakan mengandung yang kemudian
melahirkan seorang bayi perempuan dan diberi nama Piper McCloud.
Piper
bukanlah bayi sembarangan. Semasa bayi, saat bayi-bayi seusianya terguling atau
terjatuh karena kelalaian orang tuanya saat akan mengganti popok mereka, hal ini
tidak terjadi pada Piper. Alih-alih jatuh ke lantai dan menjerit-jerit heboh,
Piper ditemukan anteng mengapung di udara di samping meja.
Karena
kemampuan terbangnya inilah, Piper tidak diperkenankan sekolah oleh kedua
orangtuanya. Di samping itu, Piper pun susah bersosialisasi dengan anak-anak
sebayanya dan menjadi sosok anak yang “aneh” di tengah-tengah warga Lowland
County.
Akibat
rasa usil dan ketajaman mulut Millie Mae―seorang tukang gosip, Piper dikabarkan
mengalami ganguan di kepalanya―ada sesuatu yang salah dengan kepalanya. Hal
itulah yang menjadikan Piper dipandang sebelah mata, tidak diinginkan dan
menjadi bulan-bulanan anak-anak Lowland County.
Larangan
orangtuanya untuk tidak memamerkan kemampuan terbang di hadapan umum, akhirnya
dilanggar oleh Piper, ketika dia ikut dalam permainan bola.
Secara
spontan, Piper mengejar bola dan menangkap bola yang melambung ke angkasa. Saat
itulah semua penduduk Lowland County menyadari, bahwa Piper bisa
terbang.
Kenyataan
ini, tidak serta merta membuat Piper diterima dan disanjung oleh warga, akan
tetapi malah membuat teman-teman Piper ketakutan dan para orangtua semakin
menmjauhkan anak-anak mereka dari Piper. Piper ibarat virus kolera yang wajib
dihindari dan ditinggalkan sejauh-jauhnya.
Saat terpuruk
itulah, akhirnya Piper didatangi oleh sekelompok orang yang kemudian diketahui
berasal dari I.N.S.A.N.E―sebuah sekolah super rahasia untuk anak-anak yang
memiliki kemampuan luar biasa yang dipimpin oleh Dr. Letitia Hellion.
Di tempat
baru itulah,Piper menemukan sebelas anak yang usianya lima hingga empat belas
tahun. Dan mereka mempunyai keahlian masing-masing. Mereka setiap harinya
mempunyai rutinitas yang sama. Belajar bersama di kelas di bawah asuhan
Profesor Mumbleby. Saat di luar kelas, mereka diawasi oleh Perawat Tholle.
(kover asli)
Anak-anak
luar biasa itu adalah; Si Kembar Mustafa yang mempunyai kemampuan mengendalikan
cuaca, Violet yang bisa menciutkan tubuhnya, Smitty dan Lily yang memiliki
energi telekinetis, Conrad dengan otak lima belas kali lebih jenius dibanding
Albert Einstein, Bella, Myrtle, Jasper, Daisy dengan keahlian masing-masing
lainnya.
Conrad
dan Piper menemukan kejanggalan dari cara mereka diajar dan dilatih. Piper yang
suka terbang, malah diminta untuk tidak terbang. Begitu pun dengan murid-murid
lainnya dengan keahlian mereka.
Akhirnya
bersama-sama mereka bahu-membahu berkonspirasi dan membuat rencana untuk kabur
dari I.N.S.A.N.E yang alih-alih membantu kehidupan mereka dengan mengembangkan
kemampuannya, malah menjadikan mereka berpikir lambat dan melupakan
keistimewaan yang mereka punya.
Dengan
dipimpin oleh otak jeniusnya Conrad dan takad gigih serta sikap pantang
menyerah dari Piper, kelompok anak-anak “luar biasa” itu menyerang balik
terhadap orang yang telah merekrut mereka.
Di
mana ada kemauan, di situ ada jalan.
Kata-kata
Betty McCloud itulah yang membuat Piper bersemangat dan peduli pada
teman-temannya.
Yang seru
dan menarik dari buku dengan tatanan kover fantastis yang menampilkan ilustrasi
Piper si Penerbang dan Dr. Hellion yang memegangi kakinya, sungguh pas dengan
isi cerita yang dipaparkan adalah, saat anak-anak luar biasa itu menyusun dan
kemudian menjalankan rencananya. Untuk usia mereka, rencana yang dijalankan
terbilang fantastis. Terlebih mereka didukung oleh kemampuan yang masing-masing
mereka miliki. Semakin seru petualangan melarikan diri dari tempat yang berada
lebih dari satu kilometer dari permukaan bumi.
Sifat
baik, ramah dan keibuan dari sosok Dr. Letitia Hellion pun, sempat menjadi
panutan para siswa di I.N.S.A.N.E itu. Walaupun ternyata itu adalah topeng
sempurna yang dipakai oleh Dr. Hellion. Dan ternyata, masa lalu Dr. Hellion pun
tak kalah menariknya. Juga kita akan terkejut kala mendapatkan kenyataan bahwa
si Dr. Hellion ini adalah ...
Penasaran
kan? Sebaiknya segera membacanya saja.
Banyak
pesan moral yang bisa diambil dari kisah ini.
·
Menjadi berbeda atau “aneh” bukanlah sesuatu
yang buruk atau harus menjadi malu karenanya.
·
Bila ada kemauan atau tekad yang keras, niscaya
akan ada jalan terbuka untuk mewujudkannya.
·
Selalu sabar dan pasrah terhadap Tuhan, atas
sesuatu yang menimpamu atau sesuatu yang belum kamu dapatkan.
·
Bekerja sama dan saling percaya lebih baik
daripada bekerja sendiri dan iri terhadap orang lain.
Beberapa
typo yang ditemukan di dalam penulisan buku ini, tidaklah mengurangi keasyikan
kita saat membacanya. Tapi hal ini mungkin dapat diperbaiki pada saat cetak
ulang berikutnya.
Hal. 66
tertulis semenatara (seharusnya sementara)
Hal. 78
tertulis maksdumu (seharusnya maksudmu)
Hal. 89
tertulis dia (seharusnya diam à bila merujuk pada konteks
kalimat)
Hal. 98
tertulis mlihat (seharusnya melihat)
Hal. 200
tertulis Paper (seharusnya Piper à nama tokoh)
Hal. 288
tertulis maupum (seharusnya maupun)
Hal. 318
tertulis memerhatikan (seharusnya memperhatikan)
Victoria
Forester dibesarkan di sebuah peternakan terpencil di Ontario, Kanada. Setelah
lulus dari Universitas Toronto, gairahnya untuk bercerita membimbingnya untuk
menulis dan mengarahkan sebuah film pendek untuk CBC. Dia seorang penulis
skenario yang sukses. Awalnya The Girl Who Could Fly adalah sebuah
skenario film. Dan karena dia menyukai ceritanya, maka dia memutuskan untuk
memperluas cerita ini ke dalam bentuk buku.
Buku The
Girl Who Could Fly ini merupakan buku pertamanya.
Saat ini
dia tinggal di Los Angeles bersama suami, putri dan Rufus―kucing Ridiculously
oranye, kesayangannya.
cover versi atria nggak kalah koq ma cover aslinya :D
BalasHapusSemoga bisa baca buku ini untuk OUreadathon :D
iya Al, kan yang versi Atria emang ngerujuk ke kover aslinya, heheh..
BalasHapusEh klo dibikin film sejenis HP, seru juga tuh.
BalasHapus