Detail
Buku:
A TALE DARK and
GRIMM
Penulis : Adam Gidwitz
Penerjemah: Khairi
Rumantati
Penyunting: Jia Effendie
Penyunting: Jia Effendie
Pewajah Isi : Husni Kamal
ISBN : 978-979-024-477-1
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 229 Halaman
Harga : Rp 33.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Penerbit : Atria
Cetakan: I, Juni 2011
Kalau kamu termasuk ke dalam
golongan orang penakut dan gampang pingsan saat melihat darah, saya anjurkan
untuk tidak membaca buku ini.
Karena sudah terpapar jelas
peringatan yang tertera di back cover buku yang memuat sembilan dongeng
ini.
Saya sempat mengintip web
Sang Pendongeng ini. Di situ kita bebas bertanya apa saja seputar buku A
Tale Dark and Grimm. Tentang bagaimana si Gidwitz ini memulai menulis A
Tale Dark and Grimm, mengapa ia tertarik dengan dongeng, sampai kepada
mengapa buku yang ia tulis penuh dengan adegan berdarah.
Saya kutip satu pertanyaan
dari fans Gidwitz di webnya yang bertanya tentang buku ini.
Tanya:
The book is kind bloody. Who
can read it? Is it appropriate for seven year olds? How about forty-five year
olds?
Jawab:
It’s definitely not
appropriate for forty-five year olds. It’s funny and scary and forty-five year
olds will probably hate it. But as for seven year olds…
The official age on the book
is 10 and up (up to forty-four, that is) but I have read scary parts of the
book to classes of seven and eight year olds , and they’ve been ecstatic about
it.
And bla bla bla …
Kebanyakan dari cerita
dongeng yang sudah ada dan familier di ingatan kita adalah dongeng-dongeng
lucu, fantastis, konyol, penuh haru dan berakhir dengan kebahagiaan.
Berbeda dengan A Tale
Dark and Grimm ini. Di sini, sejak halaman pembuka saja, nuansa horor
sudah terasa merambat merayapi tengkuk kita membuat bulu kuduk meremang. Bukan
horor yang identik dengan sosok hantu atau makhluk tak kasat mata, tapi lebih
kepada horor karena akan selalu ada darah hangat dan merah yang terus setia
menyertai kita di setiap jari kita membuka lembar-lembar halamannya.
Ini dongeng yang sadis, kejam,
tidak biasa dan tidak untuk dikonsumsi anak-anak. Lho?
Karena kesembilan dongeng
yang dituturkan apik oleh Adam Gidwitz ini, alih-alih sebagai dongeng pengantar
tidur, membuat orang nggak bisa tidur dan gelisah sepanjang malam.
Kalian pasti sudah tidak
asing kan dengan tokoh dalam dongeng ini? Si kembar Hansel dan Gretel. Nah,
kali ini kita akan diajak bertualang bersama si kembar ini ke dalam
petualangan-petualangan mereka yang seru, mencekam, keji namun tetap mengandung
unsur lucu.
Kesembilan kisah yang
tersaji itu saling terhubung dan berhubungan satu dengan yang lainnya.
Terangkai menawan dan menjadi satu kesatuan cerita, walau di setiap bagian
cerita tertulis kata “tamat”.
Uniknya, dongeng ini
mengisahkan si kembar bukan langsung mereka sebagai anak remaja tanggung, tapi
menceritakan jauh sebelum mereka lahir―cerita tentang kakek dan orangtua
mereka, juga pelayan setia bernama Johannes yang sudah melayani keluarga mereka
secara turun temurun. Karena dari sinilah, dari seorang pelayan bernama Johannes,
semua cerita bermula.
Pernahkah kamu membayangkan
kepalamu dipenggal? Atau dimasukkan ke dalam oven besar yang super panas? Atau
mungkin yang paling fantastis berkhayal berkunjung ke neraka? Kalau iya,
pastilah kamu seorang pengkhayal ajaib yang aneh, karena semua khayalanmu sadis
dan sungguh tidak masuk akal. Apalagi bila kamu berkhayal menjadi seorang nenek
dari seorang, ups.. seekor iblis yang tidur di pangkuanmu. Sungguh mengerikan!
Hal-hal di atas akan kita
jumpai semua dalam petualangan seru Hansel dan Gretel. Kakak beradik yang
saling menyayangi ini, harus rela berpindah-pindah tempat. Dari asuhan tangan
yang satu ke asuhan tangan lainnya. Dari rumah yang satu ke rumah lainnya. Dari
hutan yang satu ke hutan lainnya. Mereka dipaksa dan terpaksa mandiri dan
saling melengkapi.
Terharu sekali, saat mereka
mendapatkan ujian yang berat bertubi-tubi. Mereka tetap kompak, saling support
dan saling memaafkan. Cinta kasih mereka sudah terbukti kuat. Ujian sekeras dan
sehebat apa pun, takkan bisa memutuskan ikatan darah yang mengalir sama di
dalam nadi mereka. Walau dalam perjalanannya, layaknya kakak beradik pada
umumnya, pertengkaran dan kemarahan sempat menghiasi hari-hari mereka.
Saya berkhayal, andaikan
saja buku ini dilengkapi dengan gambar ilustrasi, tentunya akan semakin
memperkuat peristiwa sadis yang terjadi. Apalagi bila ilustrasinya dibuat
berwarna, seperti ilustrasi yang terselip dalam lembaran-lembaran menawan buku Where
The Mountain Meets The Moon. Rasanya sensasi mengerikan akan makin terasa
saja.
Adapun kesalahan cetak dan
ketik yang terjadi, seperti: membumbung (92), ksatria (104), pintuna (125), menyondongkan
(152), lembab (202) dan mempercayai (223), tidak terlalu mengganggu kenyamanan
membaca. Karena semuanya dikaburkan dan terkalahkan oleh rasa takut dan ngeri
saat membacanya.
Sebagai penyuka cerita dan
dongeng bergenre thriller, suspense atau horor―terserah bagaimana
penggolongannya, saya teramat menikmati A Tale Dark & Grimm ini.
Rasanya menemukan keasikan tersendiri membaca dongeng yang berdarah-darah.
Karena selama ini, novel-novel thriller dengan tema pembunuhan berantai,
psikopat, dan balas dendam, kerap mewarnai dunia bacaan saya.
Untuk kategori Tale Dark,
baru buku ini saja yang saya baca. Walau semasa kecil pernah dibacakan dongeng
seram, seputar seorang anak kecil yang dimakan oleh raksasa jahat.
Ingin tahu sesadis apa dan
sekeji apa peristiwa seru yang menimpa Hansel dan Gretel, beserta tempat-tempat
indah dan fantastis yang sempat mereka kunjungi? Jawabannya ada di buku A Tale
Dark & Grimm.
Adam Gidwitz adalah seorang
penulis cerita anak-anak, lahir di San Francisco, 1982. Ketika berumur 2,5
tahun dia pindah ke Baltimore dan tumbuh di sana. Memilih English Literature
saat kuliah di Inggris. Saat ini dia mengajar di Brooklyn.
Mau tahu lebih lanjut
tentang si ganteng yang masih muda ini, intip saja di http://www.adamgidwitz.com
Mas Gidwitz-nya unyu-unyu banged....
BalasHapusDari covernya saja berasa seram gambarnya, berarti buku ini rada mirip The Book of Lost Things ya? Novi sudah baca juga ga?
BalasHapusPenulisnya unyu tapi gaya penulisannya berdarah-darah :p
ini review kedua selain punya mbak truly jadi makin sulit bikin reviewnya ya.
BalasHapusMbak Mia, Pastinya udah dunk. The Book of Losting keren banget. Suka ama tulisan JohnConnoly.
BalasHapusEh, baca The 13th Tale-nya Diana Setterfield deh. GPU n kovernya mirip2 TBoL.
Kereennnn...
tp ga sadis sih..
Mas Eko aka Revie Buku. Sabar Mas, Insya Allah Senin besok bukunya sdh mendarat di pangkuanmu. Nanti kita baca bareng Pearl of China nya yuks Mas, n posting bareng. Gmn?
BalasHapuspas baca aku bertanya-tanya, mana dongeng asli Grimm dan mana yang karangan om Alex. hehe
BalasHapus@Buntelan Kata: OKE TAK LIHAT DULU
BalasHapusharusnya covernya pakai serigala yang ada latar belakang bulan yaaa.hahahha
BalasHapuseh ikutan dong baca bareng pearl of china, kabar-kabarin ya..sembari nunggu pinjeman bukunya dari mbak truly
Bang Helvry, bener yah kita baca bareng Paerl of China. aku males klo ga temen.
BalasHapusMas Eko, ikutan juga yah.
gmn klo tgl 25 kita bacanya, n posting bareng hari kamis atau senin tgl 1 agt? coz BBI posting Jackal kan tgl 28 Juli hari Jumat yha? biar ga bentrok...