Mei 03, 2011

KORUPSI (L'HOMME ROMPU)

 Korupsi: Ujian atas sebuah Integritas


Resensi: Noviane Asmara
Detail buku:
Judul : KORUPSI (L’Homme Rompu)
Penulis : Tahar Ben Jelloun
Penerjemah : Okke K.S.Zaimar
Penyunting : Anton Kurnia
Pewajah Isi : Siti Qomariyah
ISBN : 978-979-024-073-5
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 236 Halaman
Cover : Soft Cover
Penerbit : Serambi
Cetakan I: November 2010

Pertama kali melihat buku ini di sebuah toko buku hari Selasa kemarin, saya pikir ini bukan novel. Tapi saya sedikit heran, karena buku ini terdisplay di jajaran rak buku baru yang kesemua isinya adalah novel.
Dari judulnya saja, saya sudah berpikiran, kalau ini adalah buku “serius”. Buku yang akan mengupas tuntas permasalahan korupsi yang saat ini semakin menjamur dan happening di negeri kia, Indonesia. Tapi ketika saya dapati tulisan “sebuah novel” di sampul depan buku ini, walau tidak terlalu besar, barulah saya tahu, bahwa buku Korupsi ini adalah novel. Saya pun mulai penasaran dan dengan segera membaca sinopsis di back cover buku ini.
Wow….
Paragrap pertamanya membuat saya kaget dan tersanjung, karena ternyata novel ini merupakan novel yang diilhami karya pengarang besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Salah satu penulis kebanggan Indonesia atas karya-karya gemilangnya.
Dan ternyata, novel ini adalah novel terjemahan, pantas saja nama penulisnya berbau asing, walau awalnya saya mengira kalau Tahar Ben Jelloun ini adalah penulis asli Indonesia. Maklumlah, saya bukan termasuk orang yang hafal dan familiar terhadap penulis-penulis Indonesia, terutama penulis sastra.

Novel yang diterjemahkan langsung dari bahasa Prancis ini mempunyai judul asli L’Homme rompu. Secara harfiah artinya Lelaki yang Patah dan menjadi karya persembahan Tahar untuk Pramoedya.
Novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1994 ini sedikit banyak terispirasi oleh novel Korupsi karya Pramoedya yang terbit di Indonesia tahun 1954.

Buku Korupsi ini bukanlah suatu pemaparan cerita kaku tentang korupsi. Tapi juga masalah tentang perilaku hidup dan tatanan social yang berlaku di masyarakat Maroko saat itu. Kisah percintaan pun bertebaran di dalam novel ini. Penulisan kata-kata yang tertuang juga begitu berani dan sarat dengan sindiran-sindiran tajam.
Novel hasil rekaan Tahar ini mengambil setting di Negara Maroko, negeri asalnya yang dalam banyak hal menyimpan banyak persamaan dengan Indonesia.
Hal ini menunjukkan pada kita, bahwa di bawah langit yang berbeda dan berjarak beribu-ribu kilometer, ketika didera oleh kesengsaraan yang sama, kadang-kadang jiwa manusia menyerah pada setan yang sama.
Karena itulah novel ini menjadi layak dibaca sebagai cermin atas situasi di negeri kita yang tak kunjung reda dilanda badai korupsi.

Murad. Dialah sosok analogi dari Lerlaki yang patah. Seorang insinyur yang bekerja di Kementrain Pekerjaan Umum, Cassablanca Maroko. Ia mempunyai jabatan yang diincar oleh banyak orang yaitu sebagai Wakil Direktur Perencanaan dan Pembinaan.
Kasarnya, tempat ia bekerja adalah “tempat basah”. Walaupun dikelilingi oleh orang-orang yang berpikiran dangkal dan senang menggunakan cara pintas demi mendapatkan sesuatu, Murad adalah pribadi yang kuat yang memegang teguh prinsip sebagai “orang bersih”. Ia tetap bergeming tak tergoyahkan oleh godaan yang datang.
Ia semakin menjadi orang “aneh” di tengah orang-orang yang berlomba-lomba dalam penggelapan, pemerasan, suap dan ghulul―korupsi. Aneh, hanya karena orang-orang di lingkungan sekitar dirinya tidaklah sama seperti yang ia alami.
Rengekan Hilma istrinya yang tidak puas dengan keadaan hidup mereka yang teramat sangat pas-pasan, hinaan dari ibu mertuanya dan permintaan anak-anaknya yang tidak mungkin dapat Murad penuhi, tetap tidak mengubah prinsip Murad. Ia tetaplah menjadi seorang yang tidak dapat disuap. Ia bangga dengan dengan integritasnya itu.

Sekali lagi, prinsip teguh Murad diuji kembali ketika harus berhadapan dengan berkas Tuan Sabbane. Berkas yang hanya dengan satu buah tanda tangan dari dirinya, keadaan akan berubah total. Setan pun mulai memainkan peranannya untuk membuat sedikit keluwesan dalam sikap Murad. Tidak hanya itu, perlahan-lahan keadaan rumah tangganya semakin tidak harmonis akibat dari keadaan ekonomi yang memburuk. Hal ini membuat Murad mencari cinta wanita lain. Lewat Nadia, janda cantik yang juga adalah sepupunya dan lewat Nadia juga, mahasiswi Fakultas kedokteran, ia  melampiaskan rasa frustrasi dan nafsunya.
Manusia adalah makhluk yang bisa berubah setiap saat. Baik berubah menuju kebaikan ataupun berubah menuju kesesatan. Di sanalah Murad melewati proses revolusi diri.
Apakah Murad masih dapat bertahan dengan prinsipnya sebagai orang bersih. ataukan ia rela menggadaikan prinsipnya itu dengan lembaran-lembaran dolar.

Tahar Ben Jelloun adalah sastrawan terkemuka dunia yang menulis dalam bahasa Prancis. Lahir di Fez, Maroko, 1 Desember 1944. belajar filsafat di Universitas V Rabbat. Tahun1971 ia hijrah ke Prancis dan berhasil meraih gelar doctor dalam bidang psikiatri social. Pada tahun 1987 ia meraih Prix Goncourt―hadiah sastra paling terkemuka di Prancis untuk novelnya Malam pertama. Sat ini ia menetap di Paris bersama istri dan ketiga anaknya.
Novel Korupsi atau L’Homme rompu hasil karyanya ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.


NERAKA CERMIN

NERAKA CERMIN: Persembahan Menawan Sang Edogawa Rampo

Resensi: Noviane Asmara
Detail buku:
Judul : Neraka Cermin
Penulis : Edogawa Rampo
Penerjemah : Anton WP
ISBN : 978-979-1032-50-6
Tebal : 104 Halaman
Cover : Soft Cover
Kategori :  Fantasy Mystery
Penerbit : Bukukatta
Terbit : Januari 2011

Mendengar kata Edogawa, langsung mengingatkan saya pada serial komik Detektif Conan Edogawa. Serial komik ini begitu fenomenal dan begitu disukai banyak orang. Bukan saja anak-anak, tetapi orang dewasa pun menyukainya, termasuk saya.
Walaupun jujur, ada sedikit rasa bosan saat ini ketika membaca serialnya. Serial yang sudah mencapai seri ke 56. Selain serial komiknya, Detektif Conan Edogawa ini telah dibuat serial film kartunnya, yang diputar disalah satu televisi swasta. Film kartun ini sempat menjadi tontonan favorit dan wajib saya tonton.

Di sini saya tidak akan membahas tentang Detektif Cilik Conan Edogawa. Tapi nama Edogawa yang diambil oleh Sinichi Kudo sebagai nama untuk penyamaran dirinya.
Nama Conan kita sudah tahu berasal dari nama Sir Arthur Conan Doyle, penulis cerita Detektif Sherlock Holmes yang terkenal itu. Namun nama Edogawa, jarang orang yang tahu, berasal dari mana nama itu. Ternyata nama Edogawa diambil dari penulis besar Jepang yang bernama Edogawa Rampo.
Edogawa Rampo ini dijuluki sebagai Bapak Cerita Misteri Jepang. Julukan itu begitu tepat disandangnya, mengingat karya-karya yang beliau hasilkan benar-benar memikat dan penuh misteri. Edogawa juga menciptakan tokoh detektif Kogoro Akechi dan Kobayashi Shōnen dalam novel detektifnya yang ditujukan untuk kaum muda.
Dari sekian banyak cerita yang telah  beliau tulis, kali ini saya berkesempatan membaca enam buah karyanya yang tegabung dalam Novel Neraka Cermin yang diterbitkan Bukukatta.

Keenam cerita yang menurut saya semua penyajiannya sangat khas dan sangat ‘Edogawa’ sekali, berhasil membuat saya kagum.
Tengok saja betapa uniknya hobi seorang Tanuma terhadap benda yang dapat memantulkan bayangan dan juga semua bentuk lensa. Hobi yang lama-lama berubah menjadi obsesi dan mengantarkannya ke dalam maut. Edogawa meramu cerita misteri yang tidak biasa ini dalam kisah Neraka Cermin. Lain lagi dengan kisah Jurang, yang juga unik. Unik karena cerita ini hanyalah berupa percakapan antara dua tokoh, tokoh Wanita dan tokoh Pria. Di mana dari percakapan-percakapan ini terangkai sebuah misteri pembunuhan. Misteri pembunuhan seorang suami oleh istrinya. Pengungkapan siapa yang membunuh, motif terjadinya pembunuhan, alibi si pembunuh dan apa yang ingin dicapai oleh si pembunuh pun terungkap hanya dengan dialog-dialog yang mengalir deras dari kedua tokoh ini. Hasil akhirnya… begitu membuat saya terpukau. Karena itulah saya sangat menyukai cerita Jurang ini dari keenam cerita lainnya.
Cerita yang tak kalah menariknya adalah kisah Kembar: Pengakuan Seorang Penjahat pada Pendeta. Kisah seorang penjahat yang dihukum mati akibat perbuatannya. Dia berniat bertobat dan mengakui semua kejahatan-kejahatan besar yang pernah dia lakukan sebelumnya, termasuk satu kejahatan besar dan merupakan kejahatan pertama kali yang dia lakukakan, yang selalu menghantui kehidupannya. Membunuh Kembarannya
Cerita misteri lainnya yang juga menjadi favorit saya adalah Kursi Bernyawa. Cerita yang penuh dengan teka-teki. Kemudian ada cerita Dua Orang Pincang dan cerita Ulat sebagai penutup yang sempurna dari  buku kumpulan cerita dari Edogawa Rampo ini.

Setelah membaca keenam cerita misteri hasil goresan tangan ajaib Edogawa Rampo ini, kekaguman saya bertambah besar. Ternyata Jepang tidak hanya mempunyai penulis besar semacam Eiji Yoshikawa dengan karyanya yang gemilang dalam kisah epik dan Sastra Jepang lainnya, tapi Jepang juga mempunyai penulis cerita misteri yang cerdas seperti Edogawa Rampo, yang terlahir dengan nama asli  Hirai Taro.
Mendengar kata Hirai pun, mengingatkan saya pada penyanyi Jepang favorit saya, dengan lagu-lagunya yang selalu berhasil menghanyutkan saya, apalagi ketika saya sedang membaca novel yang sedikit berbau romance. Dia adalah Hirai Ken, atau lebih sering dikenal sebagai Ken Hirai.
Kira-kira ada hubungan apa yah antara Hirai Taro dan Hirai Ken ini? ^ _

THE EVOLUTION OF CALPURNIA TATE

Belajar Terori Darwin bersama Callie Vee


Resensi: Noviane Asmara
Detail Buku :
Judul : THE EVOLUTION of CALPURNIA TATE
Penulis : Jacqueline Kelly
Penerjemah : Berliani M. Nugrahani
Penyunting : Nadya Andwiani
Korektor : Nani
Tebal : 383 Halaman
Harga : Rp 52.500
Cover : Soft Cover
Penerbit : Matahati
Cetakan : November

CALLIE Vee. Begitu orang-orang memanggilnya. Tetapi ia terlahir dengan nama lengkap Calpurnia Virginia Tate. Ia adalah anak perempuan keluarga Tate satu-satunya yang berusia sebelas tahun dari tujuh bersaudara. Tumbuh dan besar bersama tiga kakak dan tiga adik laki-lakinya bukanlah hal yang mudah baginya. Karena ia menjadi satu-satunya anak perempuan yang harus mengikuti aturan kuno dan tradisi kala itu.

Mengambil setting desa Fentress, Texas 1899. Tahun yang bisa dibilang masih kuno. Dengan bermacam aturan tetekbengek yang saat ini tidak masuk akal, sampai masalah rasisme yang masih kental.

The Evolution of Calpurnia Tate ini mengisahkan perjalanan hidup seorang Callie Vee menjelang usia dua belas tahun yang penuh rasa ingin tahu.. Ia berusaha menemukan jati dirinya dan berusaha mendobrak adat dan aturan kuno yang mengungkung hidupnya.
Semua itu bermula ketika ia mempunyai segudang pertanyaan tentang kebiasaan binatang dan makhluk hidup di sekitar rumahnya. Dan tidak seorang kakaknya pun mengetahui jawabannya, alih-alih ia diminta bertanya kepada Walter Tate, sang Kakek.
Kakek yang menurut Harry kakak tertuanya, mempunyai pengetahuan luas dan dapat menjawab semua bentuk pertanyaan yang dimiliki Callie. Hanya masalahnya adalah sang Kakek terkenal tidak dekat dengan cucu-cucunya dan dimungkinkan tidak mengetahui nama dari ketujuh cucunya itu. Begitu pun para cucunya, mereka enggan bertanya dan dekat kepada sang Kakek.

Callie akhirnya memberanikan diri mengunjungi Kakeknya di laboratorium―tempat yang selalu dihabiskan Kakeknya seharian. Saat mengajukan pertanyaan pertama dengan rasa gentar, alih-alih jawaban yang Callie terima, ia malah diberikan pertanyaan balik oleh sang Kakek. Persahabatan antara keduanya pun akhirnya terbentuk.
Untuk ukuran anak perempuan seusianya, Callie seharusnya belajar piano, merajut, menyulam bahkan memasak. Tapi ia tertarik pada sains. Keingintahuannya terhadap dunia sains begitu besar, terlebih terhadap perilaku makhluk hidup di sekitarnya.
Seperti mengapa belalang kuning berwarna kuning agar bisa bertahan lama di tengah kekeringan; agar burung-burung tidak bisa melihat mereka di tengah hamparan rumput yang menguning. Belalang hijau, yang menjadi mangsa empuk burung-burung, berusia lebih pendek. Hanya yang kuning yang bisa bertahan hidup karena mereka lebih kuat untuk bertahan di tengah cuaca panas.

Callie jatuh cinta terhadap dunia ini. Dan ketika ia tidak dapat meminjam buku yang sangat ia inginkan di perpustakaan sekolahnya, karena dinilai belum pantas membacanya, secara tak disangka-sangka ia mendapatkan buku tersebut dari Kakeknya yang mengambilnya dari koleksi  perpustakaannya. The Origin of Species karya Mr. Darwin.

Hari-hari Callie ia habiskan bersama Kakeknya. Pergi ke Hutan dan sungai mencari spesimen-spesimen baru. Meneliti, menganalisa, membandingkan, berteman dengan mikroskop, stoples dan cairan pengawet. Callie menyukai hari-hari bersama Kakeknya. Karena cakrawalanya terbuka lebar dan menawarkan sesuatu yang penuh dengan tantangan dan dunia baru.
Lambat laun Margaret, ibunda Callie merasa keberatan akan perilaku putri semata wayangnya. Akhirnya ia menerapkan disiplin ketat untuk Callie. Hari-hari Callie dijejali dengan segudang aktivitas berbau feminin. Ia diwajibkan merajut kaus kaki untuk keenam saudara lelakinya, menjahit, merenda, membuat pie apel dan bermain piano. Ibunya menginkan Callie menjadi seorang debutan. Sesuatu yang tidak pernah tercapai oleh dirinya semasa muda.
Callie tidak mempunyai pilihan. Keputusan sang Ibu menjadi mimpi buruk baginya, takdir yang tak bisa ia tolak.
Pernah suatu ketika ia menyampaikan keinginannya menjadi seorang Ilmuwan, tapi langsung disambut dengan tatapan kamu-adalah-seorang-perempuan.
Tapi bukan Callie si pendobrak namanya yang harus menyerah pada keadaan. Ia tetaplah seorang calon ilmuwan. Panggilan jiwa rasa ingin tahunya lebih besar daripada rasa patuhnya. Callie pun kembali meneliti dan bermitra bersama Kakeknya.

Suatu ketika saat Callie dan Kakeknya berjalan-jalan ke hutan untuk mencari sesuatu yang baru, Callie menemukan tumbuhan vetch berbulu. Dan setelah mereka teliti, tumbuhan itu tidak ada dalam peta buku tumbuhan dunia. Maka mereka pun mengirimkan hasil penelitiannya ke Komite Taksonomi Tumbuhan di Washington D.C.
Jawaban atas surat meraka datang dalam bentuk telegram pribadi dua hari setelah Natal. Betapa terkejutnya Callie dan sang Kakek, ketika telegram tersebut menyatakan sesuatu yang positif. Dan bahkan nama mereka pun diabadikan sebagai nama spesies baru. Pencapaian yang luar biasa untuk Callie dan Kakeknya.

Buku ini menawarkan sesuatu yang baru. Sarat dengan pengetahuan akan makhluk hidup. Tentang pembahasan garis besar teori Darwin. Setiap bab dibuka oleh suatu Epigraf yang diambil dari The Origin of Species karya Charls Darwin.
Dengan membaca buku ini, kita akan mendapatkan keuntungan ganda. Tentang cerita ringan Callie Vee gadis sebelas tahun yang hidup di abad 19 beserta keuntungan memahami teori Darwin dalam bentuk rangkaian cerita.
Kita tidak akan dibuat jenuh atau merasa digurui, karena pemaparan kisah ini begitu halus tetapi mengena.
Buku ini wajib menjadi bacaan anak-anak yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi sekaligus cinta keluarga.

Ada satu kalimat positif yang patut kita contoh. “Pelajaran hari ini adalah: lebih baik melakukan perjalanan dengan harapan yang tersimpan di hati daripada tiba dengan selamat”
Artinya, kita harus merayakan kegagalan kita hari ini, karena ini adalah pertanda nyata bahwa petualangan kita di dunia penemuan belum berakhir. Hari ketika sebuah eksperimen berakhir adalah hari ketika eksperimen itu berakhir.

Jacqueline Kelly dilahirkan di New Zeland dan dibesarkan di bagian barat Kanada. Beberapa tahun kemudian keluarganya pindah ke El Paso, Texas. Ia adalah lulusan El paso University and Medical School di Galveston dan juga seorang lulusan dari University of Texas School of Law. Tetapi menulis cerita fiksi adalah kebanggaan dan kebahagiannya. The Evolution of Calpurnia Tate yang merupakan novel pertamanya ini  dirilis pada tanggal 12 Mei 2009.
Saat ini dia memiliki rumah bersama suaminya dan bermacam-macam anjing dan kucing di Austin serta Fentress, Texas. Dia berpraktik sebagai dokter dan pengacara.

Thanks buat Penerbit Matahati yang sudah memberikan kesempatan pada saya menjadi First Reader buku yang sungguh menawan, memesona dan sarat dengan pengetahuan ini. Saya senang bila Matahati terus menerbitkan buku dengan genre yang serupa kisah Calpurnia ini.