Resensi oleh Noviane Asmara
KETIKA DIA
KEMBALI
ISBN : 978-602-99043-3-8
Tebal : 136 Halaman
Kover : Soft Cover
Harga: Rp
Penerbit : Halaman Moeka Publishing
Penerbit : Halaman Moeka Publishing
Cetakan: I, Juni 2011
Novel Ketika
Dia Kembali adalah novel dengan kisah yang mengangkat dua buah tema. Tapi
saya hanya akan mengulas kisah ini dari sisi tema yang satu saja, karena saya
pikir satu tema lagi yang ingin penulis bagi di sini kepada para pembacanya
adalah tema kejutan yang akan mengungkapkan teka-teki dari cerita yang
disajikan bahkan dari judul yang ditawarkan. Tema ini menjadi kunci jawaban
sekaligus tema yang sangat menarik terutama karena tema ini percaya atau tidak
percaya, ada di sekitar kita dan bisa terjadi kepada siapa saja. Tema yang
kental dengan masalah psikologi manusia. Dan saya tahu, tema ini sengaja tidak
disebutkan dalam sinopsis yang tertera di kover belakang, karena penulis ingin
memberikan sebuah kejutan dan juga mengajak kita untuk berpikir. Bila saya
sebutkan, tentulah ini menjadi spoiler, dan para calon pembaca buku ini
nantinya akan kehilangan kejutan dan rasa geregetnya.
Satu tema
yang akan banyak saya ulas di sini yaitu bullying.
Menurut
Dian P. Adilla, Psi, Bullying berasal dari kata Bully, yaitu
suatu kata yang mengacu pada adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku), yang
menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya (korban disebut bully boy
atau bully girl) berupa stres. Apalagi Bully biasanya berlangsung
dalam waktu yang lama (tahunan) sehingga sangat mungkin memengaruhi korban
secara psikis.
Bentuk Bully
terbagi dua, tindakan langsung seperti menyakiti, mengancam, atau menjelekkan
anak lain. Sementara bentuk tidak langsung adalah mendiamkan, menghasut, atau
mengucilkan anak lain, tujuannya adalah sama, yaitu untuk “menekan” korbannya,
dan mendapat kepuasaan dari perlakuan tersebut.
Pelaku
puas melihat ketakutan, kegelisahan dan bahkan sorot mata permusuhan dari
korbannya.
Karakteristik
korban Bully adalah mereka yang tidak mampu melawan atau mempertahankan
dirinya dari tindakan Bully.
Bully
biasanya muncul di usia sekolah. Pelaku Bully memiliki karakteristik
tertentu. Umumnya mereka adalah anak-anak yang berani, tidak mudah takut, dan
memiliki motif dasar tertentu. Motif dasar utama yang biasanya ditenggarai
terdapat pada pelaku Bully adalah agresifitas. Padahal, ada motif lain
yang juga bisa dimiliki pelaku Bully, yaitu rasa rendah diri dan
kecemasan. Bully menjadi bentuk pertahanan diri yang digunakan pelaku
untuk menutupi perasaan rendah diri dan kecemasannya tersebut.
Bullying
tidak hanya terjadi di sekolah, bahkan dapat terjadi di kantor, dunia maya,
kancah politik dan militer. Dampak yang terjadi pada korban adalah stres
tingkat tinggi dan dorongan untuk bunuh diri
Kisah ini
berawal dari datangnya seorang siswi baru ke SMA Bintang Timur. Bea. Demikian
nama gadis itu. Kenyamanan SMA Bintang Timur yang sedari awal “terjaga”,
mendadak berubah seiring dengan hadirnya Bea.
Sejak Bea
hadir menjadi salah satu siswa di sekolah itu, kejadian-kejadian aneh mulai
terjadi. Berawal saat Meis secara tidak sengaja menemukan CD yang berisi
potongan gambar horor di Lab saat siswa-siswa kelas XI B akan praktik. Gambar
di dalam CD tersebut sontak membuat Meis terkejut dan ketakutan. Karena gambar
di dalam CD tersebut memperlihatkan sesosok wajah seorang siswa mantan SMA
Bintang Timur yang sudah meninggal. Sophia. Bagaimana sosok orang yang sudah
meninggal tiba-tiba bisa hadir di tengah ketenteraman acara belajar para siswa
dalam bentuk video horor?
Selang
beberapa waktu, kejadiah aneh dan mengerikan kembali terjadi. Penghuni SMA
Bintang Timur, mulai dihinggapi perasaan waswas dan ketakutan.
Begitu
pun dengan Sarah―teman sekelas Bea yang lemah lembut dan penurut. Anehnya hal
ini juga terjadi pada Kanya dan Libra. Mereka adalah dua gadis yang dihindari
oleh semua siswa Bintang Timur. Semua siswa Bintang Timur takut terhadap kedua
gadis itu. Dan tamatlah riwayat para siswa itu bila harus berhadapan dengan duo
pembawa horor. Dua gadis itu gemar memeras, meminta contekan tugas kepada siswa
yang pintar dan mengancam para korbannya bila keinginan mereka tidak dipenuhi,
bahkan tega menganiaya bila sang korban terang-terangan memperlihatkan
perlawanan dan berusaha melawan.
Kanya dan
Libra adalah sebuah masalah yang harus dibasmi dengan tindakan bullying mereka
yang ternyata telah lama mereka lakukan. Dan ironisnya, hal itu didiamkan oleh
pihak sekolah karena masalah nepotisme dan kekuasaan orangtua yang menaungi mereka.
Bea
adalah siswa yang berbeda dengan siswa kebanyakan di Bintang Timur. Walaupun ia
siswa baru, tetapi Bea tidak tinggal diam ketika melihat kedua kakak kelasnya
itu memeras Sarah, temannya dan juga dirinya. Di setiap kesempatan, Bea
berusaha merintangi dan menentang mereka. Dan hal itu menjadikan duo horor,
Kanya dan Libra membenci Bea. Mereka merasa terganggu atas sikap perlawanan
yang Bea tawarkan, alih-alih rasa takut dan hormat yang mereka dapatkan.
Sementara
itu, bayang-bayang misterius yang menghantui Bintang Timur semakin mencekam dan
beritanya tercium oleh wartawan. Sehingga sebuah tabloib terkenal menurunkan Head
Line dengan judul: SEKOLAH NGETOP YANG ANGKER. Hal itu tentu saja merusak
citra SMA Bintang Timur yang selama ini terkenal sebagai sekolah swasta
unggulan yang hebat dan bersih.
Dan
ternyata semua kejadian misterius yang menimpa pada SMA Bintang Timur, semuanya
berawal dari tindakan Bullying yang dilakukan Kanya dan Libra. Dua gadis
malang yang bermasalah.
Pengungkapan
akan terkuaknya siapa “Dia” di dalam kisah Ketika Dia Kembali pun
sungguh memukau. Penulis sebelumnya berhasil mengecoh saya sebagai pembaca,
hingga saya menyadari bahwa tema kedualah yang menjadi jawaban atas semua
misteri dan kejadian yang menimpa Bintang Timur.
Perasaan
merinding dan sedikit takut, sempat mewarnai suasana ketika saya membaca buku
ini. Jujur saya merinding membaca tentang saat teror horor berlangsung. Apalagi
saat berlangsungnya acara Bedtime Story. Sebuah acara live di radio, di
mana pendengar bisa berbagi dengan sang penyiar menceritakan pengalaman horor
di tengah malam. Dan salah seorang siswa Bintang Timur sempat menceritakan
cerita horor yang sedang terjadi di sekolahnya.
Tapi
untungnya, saya pernah membaca beberapa buku terjemahan yang memang
terang-terangan mengangkat tema kedua dari buku Ketika Dia Kembali ini.
Jadi saya tidak menemukan kesulitan yang berarti untuk memahami apa yang
penulis sampaikan.
Bagi
penggemar suspense, buku ini layak untuk dibaca. Disamping itu, kita
akan diperkenalkan pada masalah psikologi manusia yang tidak lazim. Keunikan
dan keasikan itulah yang akan kita dapati di buku ini. Ditambah lagi,
ketegangan kita sesekali akan mencair akibat kelakar dan kata-kata saling
meledek dalam dialog yang disajikan.
Buku ini
ditulis dengan bahasa yang (sangat) kita gunakan sehari-hari. Tapi jujur saya
sedikit merasa terganggu, karena saya jadi merasakan kehilangan rasa “membaca”
dari buku ini. Mungkin bila bahasanya tidak terlalu dibuat dan ditulis seperti
adanya saat kita berbicara dalam kehidupan sehari-hari, saya akan merasakan
sensasi membaca yang seutuhnya.
Tetapi
hebatnya dari penulisan buku ini adalah minimnya typo yang saya temukan. Dan
hal ini sangat dimungkinkan mengingat background sang penulis yang
merupakan seorang penerjemah dan penyunting senior. Jadi, ia sudah sangat gape
dan juga banyak memakan asam-garam dalam hal penulisan.
Sayangnya,
saya hanya baru dapat menikmati satu buku tulisannya. Walau saya tahu bahwa
sang penulis sebelumnya telah menulis buku dengan judul yang tak kalah menarik.
Tapi saya tidak bersedih, karena karya terjemahannya telah banyak saya nikmati.
Penasaran
atas misteri-misteri yang bertebaran di Bintang Timur? Kepengin tahu lebih
dalam tentang siapakah Bea, Kanya, Libra dan apa hubungannya dengan Sophia? Dan
apa pula isu yang terselubung di balik kisah dari buku dengan tebal 136 halaman
ini? Sebaiknya dibaca dan temukan sendiri jawabannya.
Rini
Nurul Badariah seorang penerjemah dan penyunting lepas. Saat ini ia tinggal di Bandung bersama suaminya.
Untuk
mengetahui profilnya lebih lanjut, silahkan kunjungi www.rinurbad.com
dari kabar yang beredar buku ini buku horor ya? wah saya gak begitu suka dengan "hororisme". kalau ada orang yang di-bully terus ia membalas dendam dengan cara meng-hack semua gadget yang dimiliki si pelaku bullying, sehingga tiap buka hp, yang muncul gambar serem sama tawa kuntilanak, dan tulisan2 mengancam. begitu juga saat ia membuka komputernya misalnya. foto profil facebooknya berubah jadi gambar pocong, kayaknya malah lebih asyik.
BalasHapuswah kayaknya saya harus nulis buku sendiri deh. ha ha ha ha
Tet tot, tebakanmu salah Mas, walo ga semuanya salah.
BalasHapussebenernya buku ini ga horor2 banget sih. dan bukan semacam The Ring-nya Sadako. Gimana yah jelasinnya, heheh. takut terjebak ama Spoiler sih Mas. soalnya yang aku tangkap, penulisnya ini ingin menyampaikan satu isu di mana hal itu bs saja terjadi pada semua orang. dan hal itu penyebabnya bisa macem-macem. Ya di buku ini kasus penyebabnya ya Bullying itu :)
eh PM or DM aja yah klo penasaran...
tengkyu sudah mampirr...
Thriller ya nov? Tapi over all seru nda? *tertarik*
BalasHapusMbak Nissa, gada bunuh-bunuhannya sih. Klo Thriller kan biasanya ada bunuh2annya yah? dibilang horor pun, ya ga horor banget, tapi ada suspense-nya lha. Over all bagus kok. klo bintang sih aku ksh 3.
BalasHapustau dunk mbak Rini Nurul Badariah , heheh..
belinya kudu online mbak, via halaman moeka dot com.
happy hunting yah...