Resensi oleh Noviane Asmara
KUCING BERNAMA DICKENS
Penyusun: Callie Smith
Grant
Penerjemah : Istiani Prajoko
Penyunting : Adi Toha
Penerjemah : Istiani Prajoko
Penyunting : Adi Toha
Pemeriksa aksara: Dian
Pranasari
Pewajah Isi: Eri Ambardi
ISBN : 978-979-024-361-3
Tebal : 236 Halaman
Harga : Rp 39.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Serambi
Penerbit : Serambi
Cetakan I : Juli 2011
Lagi-lagi
tentang Kucing.
Beberapa
waktu lalu saya baru saja selesai membaca Serial Wariors #1: Into The Wild
dari Penerbit Kantera di mana tokoh ceritanya adalah kucing. Dan beberapa bulan
sebelumnya saya pun pernah membaca buku terbitan Serambi yang bercerita tentang
kucing juga yang berjudul Dewey.
Ternyata
kucing bisa dikemas dalam berbagai cerita, baik berupa fabel (dongeng binatang),
cerita fiksi biasa bahkan cerita non fiksi yang melibatkan kucing di dalamnya.
Saya
bukanlah tipe orang yang suka memelihara binatang, apa pun itu. Termasuk
kucing. Padahal kalau boleh dirunut info seputar kucing yang saya peroleh dari
dulu, seharusnya saya sudah menyukai binatang ini.
Kucing
yang menurut mitos mempunyai 9 nyawa, atau mitos yang mengatakan bila kita
menabrak kucing kita akan mendapat sial atau celaka, bahkan pada info yang saya
dapatkan bahwa kucing itu adalah binatang kesayangan Nabi Muhammad SAW. Untuk
itulah kita dilarang menyakiti binatang ini.
Dan
ketika saya membaca kumpulan cerita non fiksi yang disusun oleh Callie Smith
Grant dalam buku berjudul Kucing Bernama Dickens: Kisah Memikat tentang
Kucing yang membuat Kita jatuh Cinta, saya semakin yakin bahwa benar kalau
kucing itu adalah binatang yang harus kita sayangi, dan mudah membuat kita
jatuh cinta padanya.
Kucing
bisa cepat memahami manusia―tentu dengan caranya sendiri.
Dalam
pengantarnya di buku ini, Callie Smith Grant menulis bahwa Kucing memiliki cara
tersendiri . Di dunia ini mereka diberi karunia berupa gerak-gerik yang lemah
gemulai. Terkadang dengan cara-cara uniknya kucing menghampiri dan membantu
kita.
Di dalam
halaman-halaman buku ini, kita akan bertemu dengan kucing-kucing yang
menakjubkan berserta manusia-manusia pemiliknya. Kita akan bertemu dengan kucing
yang meringankan luka-luka batin masa kanak-kanak, menciptakan kerukunan dalam
keluarga, mlindungi anak-anak, menghibur orang-orang yang tengah gelisah, dan bahkan
tentu saja dengan cara kucing―berperan dalm keimanan seseorang.
Kucing
yang dikirimkan Tuhan tersebut benar-benar ‘menyelamatkan’ jiwa manusia dengan
cara mereka sendiri―dengan tenang, merunduk ke tanah, berjinjit agar tidak
ketahuan, danm sambil terus mendengkur.
Buku ini
memuat 24 cerita pendek tentang kucing dan manusia, yang semuanya mengisahkan
ajaibnya sentuhan dan kehadiran seekor kucing di tengah kehidupan manusia.
1. Kucing
Bernama Dickens
2. Clover
3. Penderita
Anoreksia dan Anak Kucing
4. Keajaiban-keajaiban
Kecil
5. Hanya
Butuh Mocha
6. Mittens
7. Kucing
yang Menyelamatkan Seorang Bocah
8. Malaikat
9. Sang
Pendamai
10. Kucing
Ibuku
11. Penulis dan
Kucingnya
12. Kucing
Pemakan Segala
13. Kucing
Palungan dan Induknya
14. Frankie, si
Kucing Penjaga
15. Kucing yang
Menyukai Kemoterapi
16. Ratu Kucing
17. Iffy
18. Konser
Terakhir
19. Pickles
Bisa Hidup Tenang
20. Pelukan
yang Kosong
21. Di Pinggir
Hutan
22. Doa April
Mop
23. Anugerah
dari Tuhan
24. Tiga Ekor
Kucing dan Ayah Tiri
Dari kedua puluh empat cerita yang
disajikan, dari beberapa judulnya saja kita sudah bisa meraba, bahwa itu adalah
cerita tentang interaksi kucing dan manusia, atau tentang pengaruh seekor
kucing di dalam kehidupan manusia.
Cerita Kucing Bernama Dickens
yang merupakan judul induk buku ini, mengisahkan tentang perjuangan Gwen Ellis,
seorang perempuan tua yang menderita kanker ovarium dalam mengatasi
penyakitnya. Ellis, harus terus menerus mengikuti sesi kemoterapi untuk
kesembuhannya. Wendy, anak Gwen Ellis menyarankan agar Ibunya memelihara kucing
sebagai teman di kala dia kesepian. Akhirnya hadirlah seekor kucing muda,
matanya cemerlang, dengan bulu dada, kaki dan telapak kaki putih, seperti yang
Ellis minta kepada putrinya. Ellis menamai kucing itu Charles Dickens.
Beberapa waktu setelah tinggal
bersama Ellis, Dickens terserang bersin-bersin hebat dan akhirya sakit. Tetapi
setelah delapan hari kemudian, tibalah titik balik. Dickens sembuh dan melompat
dengan sorot mata berseri-seri.
Sejak itu Ellis yakin, bahwa dia pun
akan tiba pada titik balik seperti halnya Dickens. Terbukti akhirnya dengan
semangatnya yang besar untuk sembuh dan didampingi oleh Dickens yang setiap
hari setia menemani pada malam-malam yang sepi, mengajak balapan naik tangga,
melompat ke ujung tempat tidur dan menunggu di kala kesakitan, setelah enam
bulan menjalani pengobatan, Gwen Ellis menemukan titik baliknya. Dia sembuh.
Tidak terlihat ada sel kanker di mana pun.
Itulah keajaiban yang dirasakan Gwen
Ellis bersama Charles Dickens si Kucing Pemberi Semangat.
Ada satu cerita yang menjadi cerita
favorit versi saya dari kedua puluh empat cerita yang masing-masing menarik
untuk disimak.
Cerita Penderita Anoreksia dan
Anak Kucing. Cerita itu begitu sangat menyentuh hati saya, sampai-sampai
saya menitikkan air mata. Bagaimana tidak? Seorang anak perempuan yang baru
berumur enam tahun, menderita anoreksia. Ironis sekali, dia tidak mau makan dan
bersedia menahan lapar dan menjadi kurus. Dia terobsesi dengan kelaparan.
Saking kurusnya, dia bak anak-anak yang dipakai sebagai model iklan pengumpulan
dana bagi negara dunia ketiga.
Orangtuanya berasal dari keluarga
kaya dan hampir menjadi bangkrut akibat terapi yang dilakukan untuk kesembuhan
Brenda. Brenda pernah mengikuti program di tiga rumah sakit, termasuk dirawat
di ICU. Tetapi semua usaha itu tidak membuahkan hasil. Sampai akhirnya orangtua
Brenda membawa dirinya ke sebuah klinik yang mempunyai program unik untuk
mengatasi kebiasaan makan yang buruk.
Di tempat inilah kehidupan Brenda
menjadi lebih baik. Dan itu semua tidak lepas dari peran dokter yang merawatnya
dengan menghadiahkan Brenda seekor anak kucing yang kecil dan lemah―nyaris
mati.
Mendapat ‘hadiah’ yang lebih
merupakan amanat untuk menjaga anak kucing kecil nan lemah itu agar tetap
hidup, membuat Brenda berpikir untuk makan. Karena yang diperlukan anak kucing
itu adalah makanan, seperti dirinya. Brenda menyayangi anak kucing itu dan
tidak mau membiarkannya mati. Demikian pula dengan dirinya. Akhirnya Brenda
dapat terbebas dari kebiasaan makan buruknya dan pulang untuk meneruskan
hidupnya.
Sementara si anak kucing tetap
tinggal di klinik dan dijuluki sebagai ‘kucing terapis’.
Betapa ajaibnya seekor kucing dalam
kelangsungan hidup beberapa manusia. Memang tekad dan niat sembuhlah yang
utama, sementara kucing, dokter dan obat-obatan hanya media perantara dan
pelengkap saja.
Cerita-cerita seru dan haru lainnya
mengenai ajaibnya pengaruh kucing dalam kehidupan manusia, masih bisa kita
dapatkan di dua puluh dua cerita lainnya.
Catatan tentang Callie Smith Grant
Dia seorang penyayang kucing. Selalu.
Dia menganggap kucing adalah hasil ciptaan Tuhan yang paling indah. Jadi,
membuat buku yang berisi kumpulan cerita singkat tentang kucing, dirasakannya
sebagai tugas yang menyenangkan.
Aku mau mpuss yg ini :p
BalasHapusaku juga mau :p :p :p
BalasHapus