Resensi oleh Noviane Asmara
THE HERETIC'S DAUGHTER:
Paranoia yang ironisnya menjamur di tengah ketaatan beribadah
Penulis : Kathlenn Kent
Penerjemah : Leinovar Bahfein
Korektor : Tisa Anggriani
Tebal : 282 Halaman
ISBN : 9786029625554
Cover : Soft Cover
Genre : Historical Fiction
Penerbit : Matahati
Cetakan : I, Mei 2011
Selalu
saja menarik untuk saya, bila suatu buku diangkat berdasarkan sejarah yang
pernah ada. Karena sejarah menandakan adanya peristiwa yang terjadi di masa
lalu. Sejarah tidak dapat diubah sampai kapan pun, bahkan bila hal itu telah
melewati beberapa dekade, abad atau milenium sekalipun.
Kali ini
Matahati menerbitkan buku dengan judul The Heretic’s Daugter yang ber-genre
fiksi sejarah. Buku yang mengambil setting Massachussets di
pertengahan abad 17 ini mengangkat isu tentang keberadaan penyihir yang hadir
di tengah kehidupan warga.
Isu yang
timbul di tengah maraknya wabah cacar yang melanda, dan juga di tengah
serangan-serangan brutal orang Indian yang datang berbertubi-tubi. Kesemuanya
itu diyakini sebagai bagian dari pekerjaan Iblis.
Kisah
berawal dari Keluarga Carrier yang mendadak harus mengungsi dari desanya,
karena salah satu anggota keluarga mereka terjangkit penyakit cacar. Mereka
terpaksa mengungsi dari Billerica―tempat mereka tinggal, agar tidak menyebarkan
virus yang mematikan itu kepada warga Bellarica.
Andover,
desa di mana nenek Sarah Carrier dari pihak ibu menetap, menjadi tujuannya.
Tetapi Thomas dan Martha Carrier, memutuskan untuk mengungsikan kembali kedua
putri mereka, Sarah dan Hannah secara diam-diam ke rumah bibi mereka di Bellarica,
karena dikhawatirkan akan tertular cacar juga bila tetap bersama keluarganya.
Di rumah
bibinya, Sarah dan Hannah mendapatkan kehidupan yang jauh lebih hangat daripada
di rumah mereka sendiri. Sampai-sampai Sarah menjadikan Paman, bibi dan
sepupunya itu idolanya.
Sarah
tidak pernah tahu, mengapa keluarganya dan keluarga bibinya tidak akur. Yang ia
tahu, pamannya tidak seperti yang diceritakan oleh ayah maupun ibunya. Tapi
kelak ia mengalami dilema saat perlahan-lahan kebenaran terungkap.
Jika
bukan untuk raja, maka untuk negara. Jika bukan untuk negara, maka untuk klan.
Jika bukan untuk klan, maka untuk saudaraku. Jika bukan untuk saudaraku, maka
tidak lain untuk rumahku.
Kesetiaan
kepada keluarga adalah nomor satu. (hal. 126)
Pepatah
itulah yang Martha katakan pada Sarah, ketika putrinya itu bertanya ikhwal
permusuhan yang terjadi antara Keluarga Carrier dan Toothaker, keluarga
pamannya.
Saat
wabah cacar mulai mereda, Sarah dan Hannah dijemput kembali oleh ayahnya. Tapi
Sarah merasa ada yang salah dengan keluarganya. Sikap ibunya tidak sehangat
bibinya di Billerica, padahal mereka adalah kakak-beradik.
Martha
Carrier merupakan wanita yang keras, berlidah tajam, kaku dan kukuh terhadap
prinsip. Ia tidak menyukai cara hidup tetangganya yang alih-alih terpuji dan
berkelakuan baik karena selalu rutin beribadah, malah menjadikan mereka sebagai
orang munafik dan selalu berprasangka buruk terhadap orang lain.
Dengan
alasan itulah, Martha dan segenap keluarganya dibenci oleh warga Andover.
Sampai akhirnya keluarga Carrier dituduh sebagai keluarga yang menganut aliran
sesat dan mempraktikkan sihir.
Puncak
peristiwa terjadi pada tahun Mei 1692. Pada tahun tersebut banyak wanita di
wilayah koloni Massachussets, dari berbagai desa ditangkap dan ditahan kemudian
dibawa ke Desa Salem untuk diadili. Mereka dituduh telah melakukan praktik
sihir yang menyebabkan kegilaan dan banyak kerusakan.
Hal ini
pun menimpa Keluarga Carrier. Mula-mula Martha Carrier ditahan karena tuduhan
yang dilakukan warga setempat kepadanya yang menyatakan bahwa ia seorang
penyihir. Terbukti dengan selalu menjadi nyata, sumpah serapah dan cacian yang
ia layangkan pada warga. Martha pun divonis hukum mati―gantung. Hukumannya bisa
menjadi lebih ringan bila ia mau mengakui atas semua yang dituduhkan pada
dirinya. Tetapi Martha lebih baik menyerahkan akhir hidupnya di tiang
gantungan, daripada harus mengakui hal-hal yang tidak ia pernah lakukan.
Selang
beberapa waktu kemudian kelima anaknya, mengalami tuduhan yang sama. Richard,
Tom, Andrew, Sarah dan Hannah, harus rela mendekam di penjara dengan tuduhan
yang sama kejinya. Mereka masih mempunyai pilihan. Mengaku benar sebagai
penyihir dan diringankan dari hukuman, atau bersikukuh bersama idealisme mereka
dengan tiang gantungan sebagai ganjarannya.
Ada satu
misteri yang hingga buku ini selesai, tetap tidak terungkap. Yaitu isi sebuah
buku yang ditulis oleh Martha Carrier selama menikah dengan Thomas Carrier.
Buku besar bersampul merah yang diwariskan Martha kepada Sarah, dengan amanat
agar buku itu dibaca sampai Sarah siap. Tetapi hingga Sarah berusia 71 tahun,
buku yang disinyalir berisi tentang rahasia Thomas Carrier, ayahnya, tidak
pernah sanggup Sarah buka. Buku yang menurut ibunya diinginkan oleh sekelompok
orang, hingga mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan buku itu.
Jujur,
saya penasaran sekali dengan buku itu. Karena dalam The Heretic’s Daughter
ini, sedikit sekali hal yang dibahas tentang masa lalu Thomas Carrier, selain
hanya keterangan yang menyebutkan ia adalah seorang puritan dan mantan pengawal
raja.
Buku ini
menggambarkan bagaimana di abad itu, kehidupan penduduk Massachussets sarat
dengan konflik. Konflik sosial, politik dan agama. Disamping harus menghadapi
wabah cacar yang disebut sebagai penyakit yang berasal dari iblis, meraka juga
harus selalu waspada terhadap serangan beberapa suku Indian yang sering datang
dengan tiba-tiba, membantai warga dengan sangat sadis dan bebrapa diculik untuk
dimintai tebusan.
Selain
serangan penyakit dan serangan fisik yang datang dari luar. Warga Massachussets
pun harus menghadapi serangan yang lebih kejam lagi. Fitnah. Dengan
ditanamnya benih paranoia, yang menjadikan orang saling tuduh-menuduh untuk
menyelamatkan diri sendiri.
Banyak
hipotesis telah diutarakan untuk menjelaskan perilaku aneh yang terjadi di
Salem pada 1692. Salah satu studi paling konkret, yang diterbitkan di jurnal
Science pada tahun 1976 oleh psikolog Linnda Caporael, menyalahkan kebiasaan
abnormal para terdakwa pada jamur ergot, yang dapat ditemukan dalam gandum,
rumput gandum dan sereal lainnya. Ahli toksikologi ergot mengatakan bahwa makan
makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan kejang otot, muntah, delusi dan
halusinasi. Selain itu, jamur yang tumbuh subur di iklim yang hangat dan
lembap―tidak terlalu berbeda dengan padang rumput lebak di Desa Salem, di mana
gandum sebagai bahan pokok selama musim semi dan musim panas.
Sepintas
mengenai Sejarah Kota Salem.
Kota
Salem adalah satu-satunya kota di dunia yang diakui sebagai kota sihir yang
sangat penuh misteri. Kota sihir yang benar-benar ada, tepatnya di Negara
bagian Massachussets. Kota ini secara resmi telah ditetapkan sebagi Kota Sihir
oleh Michael Dukakis, Gubernur Massachussets pada masa itu.
Kota ini
ditetapkan sebagai kota sihir karena di kota ini pernah terjadi peristiwa yang
sangat mengerikan. Peristiwa The Salem Witch Trial, peristiwa di mana lebih
dari 150 penduduk kota ini ditangkap, diadili dan dihukum hanya karena dianggap
mempraktikkan sihir.
Membaca The
Heretic’s Daughter, membuat cairan empedu saya naik merayap ke tenggorokan.
Menjadikan sulit untuk bernapas beberapa saat dan jantung yang seolah-olah
berdetak tiga kali lebih kencang dari biasanya. Mual, menegangkan sekaligus
mendebarkan. Itu sensasi yang saya rasakan.
Alurnya
pun semakin lama semakin cepat. Dan kata-kata yang terangkai cukup mudah
diikuti dan dipahami.
Kathleen
Kent tinggal di Dallas bersama suami dan anaknya. The Heretic's Daughter
adalah novel pertamanya. Sebagian besar buku yang telah memengaruhi dan
menyentuhnya adalah fiksi sejarah.
Saat
kecil buku favoritnya adalah The Quincunx karya Charles Palliser,
"Instance of the Fingerpost karya Iain Pir, The Weight of Water
karya Anita Shreve, dan The Source karya James Mitchener.
Saat ini
ia sedang membaca sebuah buku berjudul "The Home Long" karya
William Gay yang menurutnya merupakan salah satu penulis fiksi terbaik di
Amerika saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar